8

43 3 0
                                    

Rhea terbangun dari tidurnya dengan posisi yang masih berada dilantai. Bahkan kepalanya terasa sangat berat, Tubuhnya sangat sakit untuk sekedar digerakkan. Rhea menoleh ke arah jendela yang gordennya tak pernah tertutup. Diposisi kepala bersandar diranjang, Rhea bisa mengamati langit yang malam ini tampak banyak sekali bintang.

Tatapan Rhea tampak kosong, ia lelah. Tak hanya tubuh, ia lelah dengan hati bahkan pikirannya. Ingin rasanya ia menyerah. Banyak hal yang sudah Rhea lakukan untuk mengakhiri hidupnya, tetapi Tuhan seakan tak mengijinkan rhea untuk mengakhiri penderitaannya.

Rhea menyentuh luka sayatan dilehernya, beralih ke perutnya yang terdapat luka tusukan pisau disana. Semua luka tusukan ataupun sayatan dia yang membuatnya. Biasanya Rhea akan melukai dirinya saat pikirannya kacau tetapi tak menemukan obat-obatan dimana pun. Entah kenapa melihat darah yang mengalir dari tubuhnya membuatnya tenang.

Rhea mencoba berdiri sambil meringis memegangi perutnya, ia berjalan tertatih mengambil ponselnya yang sejak tadi pagi belum ia sentuh sama sekali.

Rhea tersenyum kecil saat terdapat banyak sekali sms dari Arthur. Saat asik membaca pesan-pesan dari Arthur, Rhea terlonjak kaget saat tiba-tiba pria itu menelfon dirinya.

Rhea berdehem sebelum memutuskan untuk mengangkat panggilan ketos yang menurutnya menyebalkan itu,

"Rhea lo kemana aja sih? Bolos kan lo?!" Sentak Arthur keras membuat Rhea mendengus kesal sambil menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Brisik! Lo mau gue budek ha?!"

"Ya maaf"

"Hm, napa lo nelfon gue malem-malem?" Tanya Rhea.

"Itu anu"

"Anu anu apa?! Cepetan kalo gak gue tutup nih! Gak jelas banget"

"Ck sabar napa!. Tadi lo dicariin Pak Banu" tukas Arthur.

"Oh"

Jawaban singkat Rhea membuat Arthur disebrang sana mendengus jengkel, "Lo niat ikut olim nggak sih?!"

"Ngga"

"Trus kenapa lo ikut?! Nyusahin aja tau gak" omel Arthur.

"Yang maksa gue ikut kan Daddy gue bukan gue" acuh Rhea.

"Ya tap-"

"Dahlah gak penting gue tutup bye!" Rhea memotong ucapan Arthur kemudian langsung mematikan telfon tersebut membuat Arthur tambah jengkel.

*****************

Rhea berjalan menuruni tangga rumahnya dengan seragam yang berantakan seperti biasanya. Luka-luka ditubuhnya tampak tak terlihat karna ia menutupinya dengan make up. Kecuali luka disudut bibir dan pelipisnya yang tampak masi sedikit mengeluarkan darah.

Rhea berjalan melewati ruang makan tanpa menghiraukan Daddy serta Siska yang tampak makan dengan hangat.

"Rhea kamu berangkat sama Siska dia sekolah sama kamu" ucapan Adibrata membuat Rhea menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

"Dia nggak lumpuh bisa berangkat sendiri, udah numpang hidup gak usah manja" ucap pedas Rhea kemudian langsung melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan teriakan Daddynya.

****************

Setelah memarkirkan motor besarnya, Rhea segera berjalan masuk dengan perasaan yang entah kenapa hari ini ia sedikit senang sehabis melontarkan kata-kata pedas ke siska dihadapan Daddynya.

Dikoridor, Rhea melihat Arthur berjalan didepannya. Ntah ide dari mana ia berjalan mengendap endap kebelakang Arthur kemudian menggelitik pinggang Arthur membuat pria itu berjengit kaget.

RHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang