13

38 4 0
                                    

"Kemana?"

"Ntar lo juga tau. lemot banget sih?! ayok" Kesal Rhea saat Arthur hanya diam disamping motornya.

"Iyaa" Arthur terkekeh melihat raut wajah Rhea yang kesal. ingin sekali ia mencubit pipi tembam gadis itu.

"Pegangan, gue gak tanggung ya kalo lo kejungkal"

"Dih modus" Tak urung, Rhea pun berpegangan pada jaket Arthur. 

Sepanjang perjalanan tak hentinya Rhea tersenyum. Ntah kenapa, Rhea bisa secepat ini nyaman bersama Arthur. Hatinya tenang dan beban yang berada dipundaknya serasa menghilang. Apakah ini waktunya untuk ia membuka lembaran baru? memperbaiki hidup yang berantakan 3 tahun ini dan mengembalikannya seperti semula? dan apakah Arthur adalah jawaban disetiap doa yang ia panjatkan. Semua pertanyaan itu memenuhi isi kepala Rhea saat ini.

"Arthur berhenti!" Teriakan Rhea  berhasil membuat Arthur kaget dan membuatnya mengerem mendadak motor gede miliknya.

"Lo apa-apaan sih, Rhe? bahay-" Ucapan Arthur terpotong saat mengetahui gadis diboncengannya tak ada ditempatnya. pandangannya mengedar mencari dan menemukan Rhea yang sedang menggendong anak kecil di jembatan yang baru saja mereka lewati.

Arthur segera melepas helmnya dan berlari menghampiri Rhea yang saat ini tengah beradu mulut dengan wanita yang mencoba merebut anak digendongan Rhea. "Rhe, kenapa? ada masalah?" Tanya Arthur beruntun.

Sebelum Rhea menjawab, wanita itu terlebih dahulu menyahut, "Oh kamu pacarnya wanita gak jelas ini? tolong beritahu pacar kamu ini untuk balikin anak saya sekarang juga!" marah wanita itu.

"Gak akan! kalo anda mau bunuh diri silakan lompat sendirian kenapa harus mengajak anak anda yang masih kecil untuk ikut mati bersama anda?!" Arthur yang awalnya kebingungan dengan situasi ini perlahan paham. dan sekarang Arthur tengah menghadang wanita itu untuk tak mendekati Rhea.

"Itu bukan urusanmu! mau aku mati sendiri atau mengajak anakku itu urusanku bukan urusanmu."

Rhea yang hendak menjawab pun mengurungkan niatnya saat tau anak dalan gendongannya bergetar ketakutan. ia membawa anak dalam gendongannya menjauh dari jembatan.

"Minggir kau! Hei gadis gila mau kau bawa kemana anakku! kembalikan anak sial itu padaku sekarang juga!!"

"Sebaiknya anda tenang, saya sudah menghubungi polisi dan sebentar lagi mereka akan datang." Kata Arthur tegas.

"Sial"  Wanita itu berniat kabur akan tetapi kalah cepat karena Arthur segera mengunci pergerakannya.

Disisi lain, Rhea saat ini tengah mencoba menenangkan anak didepannya. "Hei udah ya, kamu aman ada kakak disini." ucap Rhea sembari mengelap air mata anak tersebut.

"Kenapa ibu pengen aku mati kak? apa ibu gak sayang aku? kata ibu guruku semua ibu itu sayang sama anaknya, tapi kenapa ibu selalu memarahi dan memukulku. apa karna aku anak sial ya kak?" Rhea terenyuh mendengar ucapan sendu anak didepannya. segera ia merengkuh tubuh kecil itu dan menghapus air mata yang tak sengaja meluncur bebas dari matanya saat melihat Arthur berjalan kearahnya.

"Didunia ini nggak ada anak sial. kamu bukan anak sial." ucap Arthur ikut jongkok disamping mereka. "Hei jagoan siapa namamu?" tanyanya.

"Keinan om." jawabnya polos

"Kok om, kamu aja manggil Kak Rhea masa manggil Kak Arthur make om?"

"Hehehe becanda kak." 

Rhea beridiri diikuti Arthur, "Gimana dia Thur?" Tanya Rhea pelan agar Keinan tak mendengar percakapannya.

"Diurus pengacara keluargaku."

"Apa Keinan harus kekantor polisi?"

"Iya, tapi gak sekarang. takutnya sekarang Keinan masih syok jadi gak bisa ditanyain hal kayak gitu." Rhea hanya mengangguk mengerti. kemudian ia kembali berjongkok menyamakan tingginya dengan Keinan.

RHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang