2

84 5 0
                                    

Rhea berjalan dikoridor tanpa memerdulikan bisikan setiap orang yang ia lewati. Luka diwajahnya tampak samar-samar terlihat. Selain itu juga, ia memakai sweater panjang untuk menutupi luka dilengannya.

Saat asik berjalan dengan wajah datarnya, tak sengaja ada yang menyenggol tubuhnya hingga sedikit terhuyung kebelakang. "kalo jalan lihat-lihat dong!!". Rhea menaikkan sebelah alisnya tanda bingung,bukankah ia yang ditabrak?

Karna pagi ini Rhea malas untuk ribut ia hanya memutar bola matanya dan kemudian melenggang pergi.

"Heh lo anak baru nggak sopan banget sama kakel" Rhea melihat pergelangan tangannya yang dipegang oleh cewek didepannya.

"Ngapain gue harus sopan sama lo? Bapak lo presiden?"

"Lo berani ngelawan gue? Udah bosen hidup?" Udh banyak orang yang berkerumun melihat drama pagi apalagi kali ini.

"Yang gue takutin apa? Lo? Rok pendek, lipstick kayak disengat tawon, pipi kayak habis ditampar, dempul 5meter sendiri. Tempat lo di perempatan bukan di sekolah cabe!" perkataan Rhea berhasil membuat banyak orang tertawa.

PLAK!!

Rhea mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah lagi, "Oh gini ya rasanya ditampar sama cabe, lumayan juga"

"Lo-"

"Mau gue ajarin cara nampar orang sampe kapok?" Tatapan Rhea menggelap membuat semua orang takut melihatnya. tatapan itu sama seperti kemarin saat ia hampir membunuh teman sekelasnya.

PLAAKK!!

Semua orang tau seberapa keras tamparan Rhea sampai membuat Sarah terduduk dengan bibir mengeluarkan darah.

Seakan belum puas menampar Sarah, rhea menendang kaki Sarah dengan keras mungkin sampai membuat Sarah pincang. "AKHHH" teriak Sarah sambil memegangi kakinya yang mungkin membiru.

"SIALAN!" Rhea mengumpat sekaligus mengusap kasar wajahnya saat tau ia lepas kendali.

Rhea menatap Sarah yang tampak menangis didepannya. "Gue males ribut hari ini tapi lo mancing amarah gue! Dan gue masih bisa ngelakuin hal yang lebih parah dari ini".

"INI CONTOH SEKALIGUS PERINGATAN BUAT KALIAN SEMUA! GUE GAK AKAN GANGGU LO KALO LO GAK GANGGU GUE!" Saat melihat banyak orang yang mengangguk paham baru Rhea berjalan meninggal kerumunan tanpa peduli pada korbannya pagi ini.

-

Karna mood paginya sudah hancur gara-gara cabe sekolah, Rhea memutuskan untuk membolos di rooftop sambil menikmati rokok ditangannya. Ia melihat pemandangan SMA Garuda yang sepi dari atas karena semua murid masuk dikelas 10menit yang lalu.

Rhea mendengus kesal saat rokok ditangannya direbut. Kapan sih ia bisa hidup tenang sebentar saja. "Lo berani banget bolos disini, ngerokok lagi"

Rhea mendengus saat tau ketua osis nyebelin yang merebut rokoknya. "Apaan sih lo! Balikin rokok gue"

"Lo cewek ngerokok?"

"Serah gue dong! Belinya juga pake duit gue"

Arthur mendengus mendengar jawaban cewek didepannya. Ia merogoh saku jaketnya mengambil permen rasa strawberry dan memberikannya ke Rhea."Nih gue kasih permen, masih pelajar gak usah ngerokok. Masalah bolos sama ngerokok gak akan gue laporin ke BK"

"Oh"

"Sekarang duduk"

"Siapa lo suruh² gue"

Arthur harus sabar menghadapi cewek didepannya ini. Ia menarik lengan Rhea untuk duduk disebelahnya.

"Akhh" pekikan Rhea membuat arthur melepaskan tangannya dari lengan Rhea.

"Kenapa lengan lo?"

"Gak bukan apa-apa"

Arthur meraih tangan Rhea kemudian menaikkan lengan sweater Rhea sedikit. Matanya melotot saat tau lengan gadis didepannya banyak biru-biru.

"Siapa yang mukulin lo sampai kayak gini?"

"Bukan urusan lo"

Arthur menatap gadis didepannya iba.

"Singkirin tatapan iba lo atau gue buat lo buta" Rhea paling benci saat seseorang menatapnya iba.

"Mau kemana lo? Gue belum ngobatin luka lo" Arthur melihat Rhea berdiri mengambil tasnya kemudian berjalan pergi.

"Gue gak butuh lo buat perduli ke gue"

-

Arthur duduk terdiam diruang osis. Ntah kenapa ia masih memikirkan Rhea yang berhasil menyita semua perhatiannya.

"THUR!" Arthur terlonjak kaget saat Bagas─waketos─ memanggilnya.

"Huh?"

"Lo kenapa? Ada masalah? Gue panggil daritadi gak jawab"

"Gak ada. btw kenapa?"

"Oh ini proposal buat classmeeting bulan depan lo liat lagi ada yang salah atau kurang" ucap Bagas sambil memberikan map warna merah kepada Arthur.

"Udah selesai semua?"

"Udah tinggal tunggu ini disetujui kepsek habis itu prepare lapangan"

"Bagus kalo gitu. ini gue cek dulu kalo udah gue ajuin ke kepsek"

"Woke"

-

Kelas 11 MIPA 2

Suasana riuh kelas tiba² hening saat guru BK SMA Garuda masuk kelas mereka.

"Rheana mana?" tanya Pak Banu saat tak melihat siswi yang dicarinya.

semua orang menoleh kearah pojok belakang ketempat seorang gadis yang tengah tidur dengan airpods ditelinganya.

"Rhe bangun, dicari Pak Banu" ucap Naya. Hanya Naya yang berani berkomunikasi dengan Rhea dikelas ini.

Rhea membuka matanya saat merasa ada yang mengusik tidurnya. Ia bingung saat semua orang menatap dirinya.

"Rheana ikut saya ke kantor"

-

"Saya menolak Pak" ucap tegas Rhea saat ia mendengar ucapan guru didepannya.

"Saya nggak butuh persetujuanmu rhea. Pak Banu udah bilang ke ayahmu dan ayahmu setuju"

"Tapi kan Pak"

"Nggak ada tapi-tapian. Udah diputuskan kamu akan ikut olimpiade fisika dan Arthur olimpiade matematika. kamu setuju kan Thur?"

"Saya setuju saja Pak" ucap Arthur yang sedari tadi diam melihat perdebatan Rhea dan guru bk sekolahnya.

"Yaudah kalian bikin jadwal belajar bareng. Dan ini kunci perpustakaan kalo sewaktu waktu kalian ingin pinjam buku" ucap Pak Banu sembari memberikan kunci perpustakaan ke Arthur.

"Makasih Pak. Kami pamit dulu"

Arthur dan Rhea beranjak untuk pergi keluar ruangan BK.

"Rhea!" Arthur memanggil Rhea saat mereka sudah diluar ruang bk.

"Kenapa?"

"Sharelock rumah lo nanti malem gue kesana buat belajar"

"Jangan kerumah gue, sharelock rumah lo aja gue yang kesana"

"Ok"

-

Rhea melihat rumah didepannya lama. Tak sebesar rumahnya tapi indah karna banyak tanaman didepannya. Ia memencet bel tak lama kemudian seorang wanita paruh baya yang tampak masih cantik dengan hijab hijau dikepalanya menyambutnya.

"Temannya arthur?"

"I-iya tante" Rhea gugup saat melihat senyuman tulus yang iya yakini ibu dari pria menyebalkan itu.

"Ayo masuk. Jangan panggil tante. Panggil bunda aja. Semua teman Arthur panggil tante bunda kamu juga"

"Baik b-bunda"

"Bunda panggil Arthur dulu kamu duduk disini ya"

"Iya tan-eh bun" Rhea kikuk. Sudah malah ia tak memanggil seseorang dengan sebutan bunda.

RHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang