17

52 4 0
                                    

HAPPY READING✨🌼

Deburan omban dan kicauan burung ditambah penampakan matahari yang hendak tenggelam begitu menyejukkan mata. Tak terasa sudah lebih dari setengah hari Rhea duduk diujung dermaga. Posisinya tak berubah sama sekali. Tampak sekali pandangan Rhea kosong memperlihatkan banyak sekali beban dipikirannya. Kesadarannya kembali saat merasakan endusan dikaki miliknya. Rhea terkejut saat menemukan seekor anjing kecil sejenis Maltese yang tampak sangat ketara kotor dibulu putihnya. Karna gemas, Rhea mengangkat anjing kecil itu kepangkuannya dan mengelus kepalanya sayang.

"Kenapa kamu kotor sekali, dimana pemilikmu?" Anjing itu hanya memandang Rhea kemudian menduselkan kepalanya ketangan Rhea.

"Oke karna gak ada yang ngaku, sekarang kamu jadi punyaku. Em, aku kasih kamu nama Molly." Mata Rhea tampak berbinar bahagia saat mendapatkan peliharaan baru.

Rhea mengedarkan pandangannya kesekeliling saat merasakan lapar diperutnya. Saat sudah menemukan sebuah kedai dipinggir pantai, Rhea segera berdiri tak lupa dengan Molly ditangannya untuk berjalan pelan menghampiri kedai tersebut.

"Bu, Tolong air mineralnya sama roti satu, ya." Pinta Rhea kepada seorang wanita paruh baya penjaga kedai tersebut.

"Ini pesanannya, Dek. Totalnya sepuluh ribu."

"Makasih ya, Bu." Selepas menerima pesanannya, Rhea segera mendudukkan dirinya dikursi yang tersedia di kedai tersebut dengan Molly yang setia dipangkuannya.

Rhea membuka tutup air mineralnya dan kemudian meminumnya setengah. Saat melihat Molly yang menatapnya berharap mendapatkan air juga, Rhea terkekeh pelan. Segera ia memberi Molly air tersebut. Walaupun tampak lapar, Rhea tak berani memberikan makanan sembarang kepada Molly. Karna ia tau anjing sejenis Molly tak bisa sembarangan memakan sesuatu.

"Nama adek siapa?" Pertanyaan tiba-tiba yang dilayangkan penjaga kedai membuat Rhea menoleh.

"Rheana, Bu." Jawab Rhea sopan.

"Lagi ada masalah, ya?" Pernyataan barusan membuat Rhea terjengit kaget. "Gak usah kaget. Ibu bisa bilang gitu karna kamu udah duduk disitu hampir seharian. Ibu daritadi perhatiin kamu, takut kamu berbuat nekat." Jelasnya.

Rhea tertegun sekaligus terharu mendengarnya. Orang yang tak kenal dia sekalipun peduli kepadanya, tapi kenapa orang terdekatnya malah berkali kali mendorong dirinya dititik keputusasaan.

"Mungkin kamu udah gak butuh kata semangat, tapi ibu cuman mau bilang makasih kamu udah bertahan sejauh ini. Ibu memang gak tau seberat apa masalahmu, tapi dilihat dari tatapan kosong dan juga luka dipergelangan tanganmu pasti berat banget, ya." Ibu penjaga kedai segera mendekap erat Rhea saat mendengar isakan gadis itu.

"Gapapa, tumpahin semuanya. Jangan dipendam lagi. Kamu hebat."

Setelah dirasa puas, Rhea segera mengurai pelukannya dan menghapus jejak air mata dipipinya.

"Udah lega?" Rhea mengangguk tulus kemudian tersenyum kearah ibu tersebut.

"Terimakasih." Ucapnya.

"Sama-sama. Kamu telfon keluargamu, ya. Mereka pasti khawatir kamu kabur dari rumah sakit."

"Kok ibu bisa tau?" Kaget Rhea.

"Kalau mau kabur, baju rumah sakitnya diganti dulu." Canda ibu itu yang hanya dibalas kekehan oleh Rhea.

"Saya gak bawa hp."

"Pakai hp milik ibu."

————————————————————————————

Sesampainya dipantai, Arthur segera berlari mencari Rhea. Arthur bernafas lega saat mendapati Rhea tengah bermain dengan seekor anjing kecil disebuah kedai. Segera ia berlari dan memeluk erat Rhea.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang