"Dad, Siska mau dong ikutan Olimpiade bareng kak Arthur" Pinta Siska dengan nada manjanya
"Arthur? bukannya dia partner Olimpiade kakakmu kan?"
"Iya, biar aku gantiin kak Rhea ya Dad"
"Tapi kan udah ditentuin sekolah"
"Daddy urus lah, lagian kak Rhea juga gak terlalu meduliin Olimpiade ini"
"Iya ntar Daddy usahain"
"Pokoknya Siska harus bisa ikut Olimpiade bareng kak Arthur! kalo gak Siska mau mogok makan" Adibrata hanya menghembuskan nafas pelan melihat anak kesayangannya pergi dan mengancam akan mogok makan bila tak dituruti keinginannya.
********************
Rhea berjalan santai dikoridor sekolah sambil bersenandung santai. Saat ini sekolah lumayan sepi karna hampir waktunya bel masuk. sesampainya dikelas, ia melihat Naya yang tampak murung dikursinya. Tatapannya kosong kedepan mengabaikan seisi kelas yang berisik.
Rhea memilih berdiri disamping Naya, "Tumben murung lo, ada yang gangguin lo?" Naya memang bukan dari keluarga kaya seperti Rhea. Keluarganya hanya memiliki rumah makan sederhana yang lumayan rame. oleh karena itu, ia sering mengalami bullying dari siswa lain.
"Hah? nggak Rhe, gue cuman lagi males aja"
"Serius?" Mata Rhea memicing tanda curiga.
Naya hanya terkekeh melihat Rhea kemudia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum agar Rhea percaya.
"Baguslah kalo begitu"
Tak lama kemudian, Guru Matematika memasuki kelas Rhea sambil membawa kayu rotan kesayangannya.
"Siapkan satu kertas sama bolpoin diatas meja kita ulangan hari ini" ucapan BuRik alias Bu Rika mendapat sorakan protes dari seisi kelas.
"Gak usah protes! bagi yang bisa selesai duluan bisa istirahat lebih awal."
Ulangan Matematika sudah berjalan sekitar 20 menit. Rhea yang sudah mengisi semua soal ditangannya pun berdiri dari kursinya membuat atensi seluruh kelas menoleh kearahnya. ada yang memandang Rhea takjub karna sudah selelsai mengerjakan soal yang sangat sulit bagi mereka.
Rhea berjalan kearah rooftop untuk menghabiskan waktu sampai istirahat tiba. Seperti biasa, ia akan duduk dipembatas kemudian mengambil sebatang rokok disakunya. Fokusnya beralih saat ponselnya bergetar tanda ada telepon masuk.
"Hm, kapan barang gue dateng?"
"............."
"Gue gak mau tau, Gue maunya bentuk pil!"
"..........."
"Shit, Gue bayar 5 kali lipat asal bentuk pil gue gak mau bubuk!. Ntah mau lu cetak atau apapun gue gak peduli yang penting itu barang sampe ke gue 2 hari lagi!" Rhea langsung mematikan telponnya tanpa mendengar jawaban orang tersebut.
Pandangan Rhea terfokus kearah langit dan sesekali menghirup nikotin ditangannya. Langit yang tampak cerah dan angin yang tak terlalu kencang membuat Rhea tenang. Ditambah suasana sekolah yang masih sepi mengingat bel istirahat baru akan berbunyi 20 menit lagi.
Kringgg.....
Rhea berdiri dari duduknya kemudian membuang putung rokok dan menginjaknya. Ia berjalan turun dari rooftop menuju kantin untuk menemui Naya, ia takut gadis itu akan mengalami bullyan sama seperti ia tak masuk sekolah kemarin. Rhea berjalan santai sambil bersenandung kecil selama di koridar tak lupa dengan wajah datar andalannya. Sesampainya ia dikantin, ia melihat Naya yang lagi dan lagi tampak melamun dimeja pojok sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA
Teen Fiction⚠️18+ [Terdapat adegan kekerasan, Kata kasar, dan juga beberapa adegan yang kurang baik dilihat anak dibawah 18 tahun]⚠️ Tentang Rheana Queenza Adibrata yang harus selalu terima menjadi samsak kekesalan sang Daddy. Tubuh babak belur, ujung bibir sob...