1

101 7 0
                                    

"Lo baru sekolah nggk ada sehari disini tapi lo udah hampir bunuh temen sekelas, lo gila?!!"

Gadis didepannya hanya menanggapi omelan itu dengan biasa aja seolah perbuatannya bukan hal yang besar.

"Rheana Queenza Adibrata!"

Gadis itu baru memandang cowok didepannya yang katanya cowok idola diSMA Garuda sambil menaikkan sebelah alisnya tanda apa.

"Lo bisa ngomong nggk sih?! Gue tanya tuh dijawab bukan cuman diem doang!" kesabaran cowok itu habis hanya karna menanyai gadis didepannya. Kalau bukan karna tanggung jawabnya sebagai ketua osis, nggk bakalan mau dia berurusan dengan gadis gila didepannya.

"Besok bawa orang tuamu kesekolah" ucapnya lagi karna sudah lelah memghadapi gadis didepannya.

"Lo siapa?"

"Arthur Arentiano"

"Gue nggk tanya nama lo siapa, gue tanya apa hak lo nyuruh orang tua gue dateng kesekolah. Lo bukan guru bk"

"Gue ketua osis SMA Garuda jadi gue punya hak ngurusin siswa kayak lo.gue udh dapat stempel surat panggilan ortu lo dari guru bk" ucap arthur sambil memberi Rhea amplop putih bertuliskan 'konseling SMA Garuda'

Tanpa banyak bicara Rhea mengambil amplop itu kemudian berdiri hendak pergi dari ruang osis.

"Gue belom selesai bicara"

"RHEANA QUEENZA ADIBRATA!" teriak Arthur saat Rhea menghiraukan panggilannya.

"RHEA!" Anggota osis lainnya hanya memandang Rhea bingung saat ketua osis mereka diabaikan begitu saja.

-

Bel pulang sekolah berbunyi. Banyak siswa SMA Garuda berjalan keluar untuk pulang. Tak terkecuali Rhea yang masih membereskan meja miliknya.

"Rhe lu mau ikut ke mall nggk?"

Rhea memandang Gadis yang duduk didepannya yang sedang tersenyum kearahnya. Ia melihat nama dibajunya 'kannaya aqilla'.

Rhea menggeleng sebagai jawaban gadis itu.

"Ayolah, gue pengen jalan-jalan sama temen" bujuk Naya.

Rhea tetap menggeleng kemudian berdiri dan meninggalkan kelas tanpa memerdulikan panggilan naya.

-

Arthur baru keluar dari parkiran melihat gadis yang membuatnya darah tinggi tadi sedang berdiri di depan gerbang dengan airpods ditelinganya. Tatapan matanya tetap datar.

Tak lama kemuadian mobil BMW mewah berhenti didepan gadis itu kemudian gadis itu masuk kedalamnya.

"Thur nggk pulang lo" tepukan dipundaknya membuat ia menoleh kearah bara-teman sekelasnya-.

"Ini gue mau balik"

"Ikut ke warkop nggk?"

"Nggk dulu deh gue cape mau pulang"

"Yaudah gue kesana sama anak anak" ucap Bara kemudian menyalakan motornya dan meninggalkan Arthur.

"Kenapa gue jadi mikirin gadis troublemaker itu sih"

-

Plak!!

Suara tamparan menggema dirumah mewah keluarga Adibrata. Sang tuan rumah baru saja menampar anak gadis semata wayangnya tanpa kasihan membuat luka disudut bibir gadis cantik itu.

"DASAR ANAK NGGK GUNA! MASIH SEKOLAH SEHARI DAN SUDAH BIKIN ULAH?!"

Plak!!

Rhea hanya terdiam saat menerima tamparan ayahnya lagi membuat luka diwajahnya semakin parah. Para maid disana hanya bisa melihat tanpa bisa membantu nona mudanya karna takut dipecat.

"ANAK NGGK TAU DIRI! TAUNYA CUMAN BISA BIKIN MALU KELUARGA!"

Tuan Adibrata menarik tangan Rhea keras membuat Rhea jatuh berlutut didepannya yang notabennya anak kandungnya. Rhea hanya tetap diam saat ayahnya melepas gesper dipinggangnya kemudian mulai memukul tubuhnya berkali kali.

Ptarr

"DASAR ANAK NGGK GUNA"

Ptarr

Tak ada air mata diwajah Rhea saat ayahnya terus memukul tubuhnya menggunakan gesper. Percuma ia menangis ayahnya tidak akan berhenti hanya karna melihat ia menangis malah akan semakin ganas.

Rhea sudah biasa dengan siksaan ayahnya. Apalagi saat ayahnya pulang dengan keadaan mabuk, maka tubuhnya yang akan jadi samsak kekesalan ayahnya.

RHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang