16

52 4 0
                                    

HAPPY READING✨🌼

Rhea mulai membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Badannya kembali merasakan sakit terutama kepala dan juga dadanya yang terasa nyeri. Rhea sedikit meringis saat tangannya akan ia gerakkan untuk melepas masker oksigen yang terpasang dihidungnya.

Akibat ringisannya, Arthur yang saat ini tengah tertidur dikursi samping ranjang Rhea pun terbangun. Mata Arthur membelalak kaget saat mengetahui Rhea telah siuman. Dengan semangat, ia segera memencet tombol darurat untuk memanggil dokter agar memeriksa keadaan Rhea saat ini.

Arthur menggenggam tangan kanan Rhea dan memandangnya dengan penuh syukur, "Syukurlah akhirnya lo bangun juga, Rhe."

"Berapa lama kali ini gue gak sadar?" Tanya Rhea tak jelas karna terhalang masker oksigen.

"4 hari." Saat Rhea hendak menjawab kembali, suara pintu terbuka menampilkan dokter dan perawat masuk dengan terburu-buru.

"Bagaimana kondisi anda, Nona? Apa ada yang sakit?" Rhea menggeleng. Rhea melirik Arthur yang berjalan keluar karna menelfon seseorang.

"Saya telah berdiskusi dengan Ibu Roselyn terkait masalah rehabilitasi yang akan nona jalani," Ucapan Dokter disampingnya membuat Rhea menoleh kaget.

"Ibu siapa?" Tanya Rhea memastikan.

"Ibu Roselyn."

"Mommy?" Rhea menggeleng tak percaya.

"Ibu dan ayah anda sudah kami kabari dan mereka ak—"

"KELUAR!" Ucapan dokter muda itu terpotong oleh bentakan Rhea. Mereka segera keluar karna tak ingin terkena amukan pasien yang baru aja bangun itu.

Sementara itu, Arthur segera memasuki ruang rawat Rhea saat mendengar teriakan gadis itu ditambah dokter dan perawat yang keluar dengan wajah sedikit takut. Arthur segera berlari kearah brankar Rhea dan mencoba menenangkan gadis itu. "Hei, ada apa?"

Rhea hanya diam dengan wajah memerah tanda emosi. Tangannya terkepal dan urat wajahnya tampak terlihat. "Gue mau sendiri."

"Oke, gue keluar. Tapi tahan emosi, lo baru aja sadar jangan mikir yang berat," Ucap Arthur kemudian berlalu pergi tak lupa menutut ruang rawat Rhea.

Arthur memilih pergi kekantin untuk membeli air mineral dan sedikit roti untuk ia makan didepan ruang rawat Rhea nanti.

Sesampainya dikantin, tak butuh waktu lama Arthur memilih air mineral dan roti kemudian ia segera membayarnya. Sesampainya dilorong ruang rawat Rhea, Arthur melihat Roselyn dan Bramasta yang tampak panik berbicara dengan security.

"Ada apa, Tan?" Tanya Arthur.

"Arthur, kamu tadi yang jaga Rhea, kan?" Tanya balik Roselyn dengan wajah paniknya.

"Iya, Tan. Baru aja Arthur tinggal sebentar buat beli minum. Emang Rhea kenapa, Tan?" Arthur ikut panik saat melihat Roselyn yang juga panik.

"Rhea gak ada diruang rawatnya."

"Apa?! Tapi bagaimana bisa?"

"Tante juga gak tau." Roselyn tampak bingung dan juga khawatir.

"Kamu tenang aja, tadi ada saksi mata kalau Rhea keluar sendirian bukan diculik seseorang." Ucap Bramasta sehabis berbicara dengan security.

"Aku gak bisa tenang, Brams. Rhea baru aja sadar, kalau dijalan dia sakit lagi gimana?" Bramasta segera memeluk Roselyn saat wanita itu mulai menangis.

Arthur yang melihat itu segera ikut menenangkan Roselyn, "Tante gausah panik, Arthur bakal cari Rhea sampai ketemu." Ucap Rhea yang kemudian dibalas anggukan oleh Bramasta.

—————————————————————————

Sementara diwaktu lain, Rhea tengah duduk lemas dikursi penumpang taxi. Dengan modal uang yang ia ambil dari dompet Arthur dan juga jaket pria itu, ia melarikan diri dari rumah sakit.

Saat ini, Rhea sangat membutuhkan waktu sendiri. Dan juga, ia belum siap untuk melihat Mommynya yang sudah meninggalkannya diwaktu terpuruknya. Punggung tangan yang berlumuran darah ditambah baju rumah sakit yang hanya dibalut jaket itu mengalihkan perhatian sang supir taxi.

"Tangan mbaknya berdarah." Ucapnya.

"Ini darah tadi kok, Pak. Udah berhenti sekarang." Ucap Rhea sesopan mungkin.

"Ini beneran mau ke pantai, mbak?"

"Iya, Pak."

"Kalau gitu, mbaknya tidur aja dulu nanti saya bangunin. Soalnya wajah mbaknya pucat banget."

"Makasih, Pak." Rhea memejamkan matanya karna sejujurnya saat ini ia merasa sangat pusing.

Setengah jam kemudian, Rhea pun dibangunkan oleh sang supir taxi karna  sudah sampai ditempat yang dituju. Rhea yang sudah terbangun pun segera membayar kemudian tersenyum dan segera keluar dari taxi tersebut.

Rhea memandang sekitaran pantai yang hari ini tampak sepi. Mungkin karna ini bukan weekend jadi tak terlalu banyak pengunjung. Tapi dalam hati Rhea bersyukur karna setidaknya dia benar-benar bisa sendirian untuk saat ini.

Rhea berjalan ke arah dermaga dengan pelan sembari memegang luka bekas operasinya. Rhea melihat ada beberapa nelayan yang mungkin akan segera berlayar menangkap ikan. Sesampainya diujung dermaga, Rhea mendudukkan dirinya dan membuat kakinya menggantung di atas air laut.

Ia memandang laut didepannya dengan tatapan kosong. Sudah lama ia tak merasakan kedamaian seperti ini. Suara ombak dan juga burung sungguh membuatnya tenang.

Langit biru hari ini tampak sangat cantik dimata Rhea, "Nana udah sering nangisin kamu ya, Rak. Awas aja kalau diatas kamu gak bahagia. Nana bakal betot kalau Nana udah nyusul nanti." Ucap Rhea parau.

"Aku balik lagi kesini setelah tiga tahun lamanya. Dan tentunya, tanpa kamu disini."

"Maaf, aku kesini alih-alih ke makam milikmu. Kalau aku kesana mungkin mereka sudah menemukanku. Hanya tempat ini yang mungkin gak ada dipikiran mereka kalau aku bakal kesini."

"Raka, kayaknya aku mulai suka seseorang deh. Tapi, salah sasaran hahaha." Rhea tersenyum kecut menyadarinya.

"Kata orang LDR paling menyakitkan itu kematian sama beda agama. Aku udah ngerasain LDR beda dunia dan sekarang kayaknya aku bakal ngerasain LDR beda keyakinan." Rhea tak menyangka kisah cintanya sedikit tragis.

—————————————————————————

Arthur saat ini tengah khawatir dengan kondisi Rhea. Ia sudah menelfon Naya dan kedua temannya untuk ikut membantu mencari keberadaan Rhea.

Arthur sudah mencari di area makam Raka ataupun rumah impian, tapi tak menemukan hasil. Naya pun begitu, ia sudah mencari dirumah pinggiran kota yang pernah dia kunjungi bersama Rhea tapi nihil, Rhea tak disana. Sedangkan Dewa dan Bagas berkeliling dijalan berharap membuahkan hasil.

Arthur saat ini benar-benar kalut. Ia khawatir karna gadis itu sudah menghilang selama lima jam, ditambah dia baru saja bangun dari komanya. "Lo kemana sih, Rhe?"

—————————————————————————

Disebuah ruangan yang bisa dibilang mewah, terdapat seorang pria muda tengah berbincang dengan bawahannya.

"Dimana gadisku?"

"Nona sedang duduk didermaga, Tuan."

"Gadis nakal, baru bangun sudah membuatku khawatir. Tetap awasi gadisku jangan sampai terluka sedikit pun."

"Baik, Tuan."

—————————————————————————

HAI PREND!!
AKHIRNYA BISA UP JUGA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
jgn lupa follow igku
@elyaaxfn

THANK YOU!!

RHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang