Rasa Kasihan

30.9K 3.9K 143
                                    

"Mukamu itu loh, kalo ketemu sama saya pasti kusut," tegur Pak Pred membuat Miu menatap pria itu dengan wajah kesal.

Ya, kalau bukan gara-gara gosip yang diberitahukan Pak Pred, Miu jelas tak akan seperti ini. Ia merasa serba salah. Melihat wajah Abrisam membuatnya merasa kasihan, tetapi Miu juga tak mau ikut campur. Ia malah khawatir jika Abrisam tahu jika Miu ternyata mengetahui gosip tentang istrinya. Sudah beberapa hari ini, tingkah Miu berubah lebih kalem. Ia tidak menggerutu atau mengomel ketika Abrisam menyuruhnya lembur.

"Pak Pred sih! Kenapa ngirimin foto Kalana sama Bu Tasya!" keluh Miu sambil menggaruk kepalanya. "Saya jadi serba salah kalau ketemu Bos. Mau marah gara-gara kelakuannya nggak enak, nggak dimarahi bikin sebel!"

Pak Pred menyengir lebar. "Hehe, maaf. Kan namanya gosip, harus dibagikan. Sekalian kamu latihan sabar sama Pak Abri, mana tau kan abis ini dia ngelamar kamu."

Miu mengetuk meja heboh sambil komat-kamit, "amit-amit, amit-amit! Mendingan saya nggak nikah deh Pak, sampe umur 30 tahun juga nggak masalah."

"Jangan gitu dong! Ucapan adalah doa! Kamu sekarang pilihannya kalau nggak nikah sama Pak Abri, ya jomblo sampai umur 30 tahun," ledek Pak Pred.

"Ih, Pak Pred sih!" protes Miu sambil berdecak.

Ia melipat tangannya di dada, menatap Pak Pred yang terkekeh geli. Pria itu membuka rantang nasi yang dibekali oleh istrinya. Tiba-tiba saja, Miu teringat oleh Abrisam. Pria itu sama sekali belum meminta Miu membelikan makan siang untuknya dan Miu sendiri juga lupa. Lantas, Miu menepuk keningnya pelan dan segera meraih ponselnya untuk menelepon Abrisam.

"Halo?"

"Bos! Nggak pesen makan siang? Saya lupa tadi nanyain," kata Miu cepat.

"Oh. Hari ini, saya nggak makan siang. Lagi nggak pengen."

"Beneran?"

"Hm."

"Ya udah, tapi jangan masuk angin ya Bos. Soalnya kalo Bos masuk angin saya juga yang repot."

"Hm."

"Saya tutup ya."

"Hm."

Miu memutus sambungan telepon, berdecak sebal. "Ampun deh! Punya Bos ngomongnya irit banget! Nyusahin pula!"

Pak Pred yang sedang makan hampir tersedak karena menertawai Miu. Gadis itu mungkin selalu mengomel, tetapi ujung-ujungnya ia tetap memperdulikan Abrisam. Walau bar-bar, Miu tetaplah sekretaris yang baik.

"Makanya disayang-sayang lah, bosnya!" ledek Pak Pred.

Miu memutar mata malas, menyimpan ponselnya ke dalam saku. Ia menarik napas panjang, menopang dagu dengan wajah cemberut. "Kasian tau, Pak. Saya jujur jadi ngerasa nggak enak setelah tau. Mana selama ini kan saya sering denger Bos sama istrinya berantem."

Pak Pred melirik Miu sejenak. Gadis itu memasang wajah meringis masamnya. Jika diingat-ingat, Miu memang paling sering menganiaya Abrisam secara verbal. Walau memang sikap Miu seperti itu karena Abrisam kadang menyebalkan. Namun, tetap saja Miu paling sering memarahi bosnya itu.

"Daripada itu, saya lebih khawatir sama kamu," ujar Pak Pred membuat Miu mengerutkan kening heran.

"Kok saya?"

"Kamu kan lagi PDKT sama Kalana Indra. Dari gosip-gosipnya dia sama cewek-cewek aduhai yang banyaknya bisa sekampung itu, udah jelas dia bukan cowok baik-baik."

"Ye, kalau itu mah saya juga tahu!" celetuk Miu. "Jangan khawatir deh Pak, saya sama sekali nggak baper sama modelan Kalana Indra. Kan udah saya bilang, dia bukan tipenya saya."

Kenapa Sekretarisku Berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang