Kenapa Kamu Memilih Dia?

28.4K 3K 29
                                    

Beberapa hari setelah makan malam itu, Abrisam menjadi lebih ceria. Pria itu lebih sering tersenyum dan semakin sering lagi merengek dan bermanja-manja pada Miu. Hanya pada Miu, ia membuka hatinya dan menunjukan jati diri yang sebenarnya. Abrisam juga lebih cerewet. Dan pria itu juga tak bisa jauh-jauh dari Miu. Jika Miu meninggalkannya untuk makan siang, ia akan menyusul ke pantry dengan wajah merengut, seperti anak kecil merajuk.

Miu sebenarnya senang melihat Abrisam yang lebih ceria dan ekspresif, tetapi kerepotan juga karena Abrisam jadi tak bisa menyembunyikan hubungan mereka. Padahal, Miu sudah berusaha bersikap selayaknya untuk menjaga kerahasiaan hubungan mereka. Apalagi, Pak Pred mulai curiga.

"Kamu jangan nyusulin ke pantry terus dong. Nggak enak tahu diliatin Pak Pred sama Zoe," dumal Miu, mencubiti pinggang Abrisam sebal.

"Kan aku nggak bisa ditinggalin lama-lama," balas Abrisam. "Kamu makannya bareng aku aja terus."

"Ogah ah, nanti aku ketinggalan gosip sama Pak Pred. Lagian, makan siang kan cuma sejam."

Abrisam merengek dengan nada kekanakam. "Nggak mau."

"Manjaaaaa!" Miu mencubit pipi Abrisam, sungguhan gemas mau menggigit pria itu.

Abrisam merengek lagi, tidak terima dengan ucapan Miu. Padahal, kenyataannya pria itu memang manja. Tidak mau ditinggalkan, tidak mau jauh-jauh, maunya cuma menempel terus pada Miu. Miu tertawa geli, terhibur melihat Abrisam yang merengek.

Pintu ruangan Abrisam tiba-tiba terbuka ketika Miu masih mencubit gemas pipinya. Miu tersentak kaget dan melangkah menjauh dari Abrisam secara refleks. Kalana berdiri di depan pintu, menatap Miu dan Abrisam bergantian.

Abrisam mengulurkan tangannya, memeluk pinggang Miu sementara ia masih duduk di kursinya dengan gaya posesif. Seolah, ia sengaja menunjukan pada Kalana jika Miu adalah wanitanya. Miu terkejut, tetapi tidak menolak pelukan Abrisam. Sementara tatapan Kalana langsung terarah pada Abrisam yang memeluk Miu posesif.

"Jadi benar, kalian memang punya hubungan spesial," katanya dengan nada menyatakan.

Miu menatap Abrisam sejenak, mengelus rambutnya dan memberi kode supaya Abrisam melepaskan pelukannya. Abrisam menurut, membiarkan Miu melangkah mundur. Pria itu melirik Kalana, beranjak bangkit dan menyembunyikan Miu ke belakang tubuhnya.

"Ada apa kamu ke sini?" tanya Abrisam datar.

"Saya mau ketemu Miu," jawab Kalana, menatap Abrisam tanpa ekspresi.

"Lalu, kenapa kamu masuk ke ruangan saya?" tanya Abrisam lagi, membuat Kalana mengerutkan keningnya.

Namun, ia tak menjawab. Ia menatap pada Miu yang berdiri di belakang Abrisam, tak banyak bicara dan menatap keduanya.

"Bisa kita bicara sebentar?" pinta Kalana.

"Tidak," sambar Abrisam dengan nada tak suka. "Miu tidak mau bicara sama kamu."

Kalana tersenyum mengejek. "Kamu bukan siapa-siapanya. Kenapa mengatur dia?"

"Saya suaminya," balas Abrisam tak mau mengalah.

"Ayah tidak merestui. Ibumu juga. Mereka mau kamu rujuk dengan Tasya," ujar Kalana merasa menang.

"Saya tidak perduli. Kamu bisa bersama dengan Tasya jika kamu mau. Bukankah kamu selingkuh dengan dia saat masih jadi istri saya?"

Kalana tutup mulut, beralih pada Miu sepenuhnya.

"Miu, aku mau ngomong sama kamu."

Abrisam menggertakan gigi geram, tidak suka jika Kalana menatap Miu. Miu menarik napas panjang.

Kenapa Sekretarisku Berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang