Abrisam tak bicara apa-apa soal kotak gelang berlian yang Miu belikan. Juga tak ada kabar lagi selama beberapa hari terakhir sejak hari jadi kedua mereka. Miu tak repot-repot mau bertanya. Bukan urusannya kalau tidak digaji. Ia sedang sibuk mengumpulkan model untuk ponsel pintar terbaru mereka.
Kebanyakan karyawan perusahaan (yang rata-rata pejantan) maunya supaya artis-artis cantik seperti Pevita Pearce atau Chelsea Islan yang jadi model. Miu maunya EXO atau sekalian Ahn Bo Hyun saja yang jadi model. Lumayan, ia bisa modus minta foto atau tanda tangan. Cuma rintangannya ya Abrisam. Pria itu mau tidak mengundang EXO atau Ahn Bo Hyun?
Miu sibuk memfilter artis mana yang cocok untuk citra perusahaan mereka. Harusnya sih, ini urusan manajer perencanaan, tetapi Abrisam menyuruh manajer perencanaan supaya menyerahkan proposal pada Miu. Biar Miu yang memilah, ia tinggal terima beres. Abrisam mana mau tahu soal model perusahaannya. Yang penting, produknya laku keras.
Dalam kesibukannya, Miu mendengar derap langkah menuju ke arahnya. Ia menoleh, mendapati seorang wanita; yang mengaku dihamili Abrisam kemarin menerobos masuk, sementara di belakangnya ada satpam yang mengejar. Hamil omong kosong! Mana ada wanita hamil larinya kayak kuda begitu? Apa nggak goyang-goyang jabang bayi dalam perutnya?
"Mana Mas Abri! Aku harus ketemu!" teriaknya sambil memukul meja Miu keras-keras.
Ew, drama banget! Miu menatapnya dengan wajah mengernyit setengah jijik, melirik satpam yang terengah-engah kemudian meraih sikut wanita itu. Ia langsung meraung-raung, seperti kesurupan. Miu jadi curiga jika wanita itu akan meneriakan aing maung sebentar lagi.
"Heh, heh! Lepasin dulu!" kata Miu membuat satpam melepas sikut wanita itu. "Nama kamu siapa?"
"Asmara," jawabnya.
Miu menarik napas panjang, memberi kode pada satpam agar pergi dan meraih gagang telepon untuk menelepon Abrisam di dalam ruangannya yang kedap suara.
"Bos, Asmara menantimu nih."
"Asmara siapa?"
"Mana saya tahu, orang dia ngaku dibuntingin sama Bos!"
Suara hela napas Abrisam terdengar panjang. "Suruh dia masuk. Kamu juga siap-siap."
Miu memutar bola mata. Kalau sudah di suruh siap-siap begini, Miu tahu ujung-ujungnya dia yang kena imbas. Ia melirik pada Asmara yang sudah menunggu.
"Masuk sono!" suruhnya tanpa sopan santun dan berbalik menatap komputernya.
Asmara melirik Miu sekilas, agak kesal tetapi melangkah lurus masuk ke ruang Abrisam. Ruang Abrisam itu terlalu besar untuk satu orang yang bekerja. Ia menatap sekeliling, mengarahkan pandangan pada Abrisam yang sedang menatap dokumen dengan wajah serius. Asmara mendekat.
"Mas Abri ..."
Abrisam melirik Asmara, berkata rendah, "saya bukan Mas kamu."
Asmara memulai dramanya. "Mas kenapa kasar sama aku? Mas janji kan mau nikahi aku kalau aku hamil?"
"Saya nggak kenal kamu, masalahnya," kata Abrisam dengan wajah bingung.
"Jangan bohong, Mas!" Wanita itu mulai menangis. "Mas malu sama aku?"
"Bos sih nggak malu, saya yang malu liat kelakuan kamu!" kata Miu yang entah bagaimana bisa masuk ke ruangan Abrisam tanpa terdengar suara. "Woi, murah! Lo nggak berduit lagi apa gimana? Gila aja ngaku-ngaku hamil anak Bos!"
"Tahu apa kamu? Ini urusan saya sama Mas Abri!" pekiknya nyaring ke arah Miu.
Miu mengorek telinganya dengan wajah malas. "iya, nggak usah pake teriak juga, bego! Suara lo cempreng bukannya bagus kayak Arianna Grande!" ketus Miu berkacak pinggang. "Lagian, lo ngapain sih ngaku-ngaku dihamilin Bos gue? Disewa wartawan mana lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Sekretarisku Berbeda?
Literatura KobiecaDalam setiap kontrak kerja, pihak pertama yang berhak memutuskan kontrak pihak kedua sewaktu-waktu, bukannya pihak pertama yang mohon-mohon supaya pihak kedua balik kerja lagi sewaktu mengundurkan diri. Ini cerita tentang, Abrisam Reynand dan Miu Na...