Miu punya hobi baru selain malas-malasan. Mendandani Abrisam hingga mirip oppa-oppa favoritnya. Abrisam sebenarnya tidak percaya diri tiap kali mengenakan pakaian yang Miu minta supaya ia pakai. Namun, melihat Miu yang tersenyum antusias dan memujinya, Abrisam jadi senang dan bersedia memakainya. Apa saja akan ia lakukan kalau untuk Miu. Pernikahan mereka sudah berjalan hampir satu tahun dan mereka masih merahasiakan status mereka dengan rapi. Memang sempat ada kecurigaan di sana-sini, terutama Pak Pred yang matanya jeli. Namun, semuanya masih bisa diatasi.
"Sayang," panggil Abrisam saat Miu sedang menyiapkan sarapan.
"Hm?"
Abrisam mendekat, memeluk Miu dari belakang. "Pengen sup asparagus."
"Sekarang?" balas Miu kebingungan. "Tapi, kita nggak punya kepiting."
"Nanti malam aja ya," pinta Abrisam lagi.
Miu mengangguk. "Pulang kerja, kita belanja dulu ke supermarket."
Abrisam mengangguk senang, masih memeluk Miu manja. Miu membiarkan Abrisam sembari ia menyelesaikan pekerjaannya.
"Abe, kamu duduk dulu sana. Nanti kena kuali loh, panas ini," kata Miu, sedikit mendorong Abrisam.
Abrisam mencebik, menurut dan duduk di meja makan. "Sayang.
"Hm."
"Kamu nggak ada niat marahin karyawan yang kerjasama sama perusahaan kita?" tanya Abrisam membuat Miu meliriknya.
Miu melirik Abrisam sejenak, tersenyum dan menggeleng. Minggu lalu, perusahaan Abrisam harus bekerja sama dengan salah satu perusahaan kamera karena mereka sedang mengembangkan camera smartphone. Ada seorang utusan yang selalu datang tiap hari untuk membahas soal pekerjaan, tetapi ia juga sesekali menggoda Abrisam di depan hidung Miu.
Miu bukan tipe pencemburu. Yah, karena wanita itu juga bukan tipenya Abrisam. Dan Abrisam selalu memasang tampang risih. Lagipula, Miu percaya Abrisam.
"Males ah," balas Miu santai.
"Ih, kok males sih!" rengek Abrisam kesal. "Kamu kan istrinya aku! Masa nggak ada cemburu?"
"Terus, kamu pengen aku cemburu?" balas Miu, mendekat sambil meletakan sarapan di meja makan.
Abrisam mengangguk kencang. Miu tertawa. "Iya, nanti kalo ketemu tapi."
"Kok jawabnya gitu?" Abrisam merajuk.
Miu cuma terkekeh. "Ya, aku kan suka main cantik."
Abrisam merengut, mau merajuk. Miu tak pernah cemburu dan ia harusnya bersyukur. Namun, tingkah si karyawan perusahaan sebelah itu sudah keterlaluan. Kadang, ia suka memegang bahu bahkan meraba dada Abrisam di depan karyawan lain, termasuk Miu. Ia sungguhan risih, tetapi Miu cuma cekikikan menertawainya tanpa membantu. Abrisam kesal bukan main.
"Sarapan aja dulu." Miu melahap sarapannya, menatap Abrisam sambil tersenyum tapi otaknya memikirkan cara yang tepat melabrak karyawan ganjen yang mengganggu suaminya.
---
"Kamu lihat nggak sih, Leanna itu? Kok agresif betul sama Pak Abri," komentar Zoe geram. "Gayanya udah kayak istri Pak Abri kalau kemari."
Miu tertawa. "Kamu cemburu ya? Jangan-jangan naksir Bos nih."
"Ih, Miu! Bukan masalah naksir, cuma risih aja lihatnya! Ini dikantor loh, masa dia berani mepet-mepet terus pegang-pegang paha Pak Abri?" omel Zoe. "Coba kalau dulu dia ketemu Pak Abri, mana mungkin naksir! Sekarang aja dia naksir gegara stylenya udah keren."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Sekretarisku Berbeda?
Literatura FemininaDalam setiap kontrak kerja, pihak pertama yang berhak memutuskan kontrak pihak kedua sewaktu-waktu, bukannya pihak pertama yang mohon-mohon supaya pihak kedua balik kerja lagi sewaktu mengundurkan diri. Ini cerita tentang, Abrisam Reynand dan Miu Na...