Abrisam menggenggam tangan Miu dengan perasaan harap-harap cemas sembari berjalan memasuki rumah Miu. Rumah orang tuanya lebih tepat. Perjalanan kembali ke kediaman orang tua Miu memakan waktu kurang dari dua jam. Abrisam tidak merasa terlalu kelelahan, lebih ke gugup.
Abrisam tak pernah melamar anak orang. Pernikahannya yang pertama berjalan tanpa perasaan. Lamaran pun tak ada. Ia hanya mengikuti semua yang sudah dipersiapkan.
"Maaa! Anakmu yang paling cantik pulang nih!" Miu melangkah masuk, mengumumkan kedatangannya keras. "Sambut dong!"
Seorang wanita seumuran ibu Abrisam keluar dari dapur dengan wajah malas. "Maaf, dek. Kayaknya kamu salah rumah."
Abrisam panik. Salah rumah? Salah rumah bagaimana? Masa Miu lupa rumahnya sendiri?
Miu berdecak. "Ya udah, aku balik ke kontrakan. Gak jadi ngenalin calon suami!"
Miu berbalik hendak pergi, tetapi wanita itu menarik kaus yang Miu kenakan dan memukul bahunya kesal. "Mau ke mana, heh! Kerja mulu sampe lupa pulang!" omelnya kemudian menjewer telinga Miu. "Lagian sok-sok ngenalin calon suami. Ada emang yang mau sama kamu?"
"Ya ada, lah!" protes Miu mencoba melepaskan tangan mamanya dari telinga. "Emang Mama doang, yang naksir cuma Papa!"
Abrisam melirik Miu dengan wajah heran, kemudian tersenyum geli. Miu masih sama, masih suka asal bicara. Bahkan pada mamanya sendiri. Ah, sudah lama ia tidak melihat kelakuan nyablak Miu. Soalnya, wanita itu bersikap sangat lembut dan pengertian padanya sejak ia bercerai.
"Ribut apa loh ini?" Seorang pria keluar masuk dari pintu depan. Papa Miu. Ia menghela napas melihat istri dan anaknya dan menggeleng. "Tom dan Jerry ketemu lagi, akhirnya. Eh, ini siapa?"
Abrisam membuka mulut, ingin menjawab tetapi Miu sudah menyambar. "Calon mantu Papa."
Papa Miu menatap Abrisam terkejut, sementara Mama Miu langsung melepas jeweran di telinga Miu dan mendekat menatap Abrisam. Abrisam tersenyum, menyapa kedua orang tua Miu canggung.
"Saya Abrisam, Pak, Bu." Abrisam memperkenalkan diri dengan senyum malu-malu.
"Bohong ah kamu! Masa yang ganteng begini mau sama kamu? Kamu pake pelet, pasti!" ceplos papanya membuat Miu langsung mendelik.
"Iya nih. Masa kamu mau sama Miu? Jelek loh dia, nggak ada manis-manisnya jadi anak perenpuan juga," sambar mama Miu menyetujui suaminya.
"Sembarangan!" gerutu Miu tak terima. "Dia yang kebelet mau ketemu Papa sama Mama. Mau minta restu katanya."
Papa dan mama Miu menatap Abrisam bertanya, seolah memastikan jika Abrisam datang dengan sukarela. Bukan dipaksa oleh Miu. Tatapan keduanya membuat Abrisam salah tingkah. Ia kembali tersenyum malu-malu dengan wajah bersemu merah dan mengangguk kecil.
"Oalah!" Papa Miu menepuk jidatnya. "Kasihan kamu! Fix Miu kasih pelet."
"Ih! Orang tuanya orang lain tuh anaknya dipuji-puji, disanjung-sanjung! Ini malah ngejelek-jelekin anak sendiri!" rajuk Miu kesal dengan kaki dihentak ke lantai. "Lihat tuh, orang tua tetangga kita! Si Tante Oni, tuh! Sayang anak, anaknya dipuji, dibanggain! Bukannya pulang-pulang difitnah kayak gini!"
Papa Miu turun tangan menyentil kening Miu gemas. "Enak aja bandingin sama tetangga!"
"Tau nih!" geram mamanya, menusuk pinggang Miu dengan jari telunjuk. "Kamu lihat tuh anaknya Tante Oni! Dia biar sibuk kerja tapi tetap ingat pulang rumah!"
Miu cemberut. "Abe ih! Aku dibully!"
Papa Miu langsung menarik Abrisam menjauh. "Udah, udah biarin aja! Sok manja dia tuh. Biasanya juga berantem sama preman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Sekretarisku Berbeda?
ChickLitDalam setiap kontrak kerja, pihak pertama yang berhak memutuskan kontrak pihak kedua sewaktu-waktu, bukannya pihak pertama yang mohon-mohon supaya pihak kedua balik kerja lagi sewaktu mengundurkan diri. Ini cerita tentang, Abrisam Reynand dan Miu Na...