Bisik-Bisik Satu Kantor

32.9K 3.9K 114
                                    

Beberapa hari sejak Miu makan siang bersama Kalana dan memberikan nomor teleponnya, pria itu jadi sering berkirim pesan padanya. Kadang jika sempat, ia akan menelepon Miu dan meminta gadis itu untuk menemaninya.

Sejauh ini, Miu nyaman-nyaman saja sih. Tidak ada yang aneh atau lebay dari tindakan Kalana. Pria itu sopan-sopan saja padanya, walau flirtingnya tetap jalan terus dan malah makin nampak jelas. Miu sebenarnya tak mengerti kenapa Kalana flirting padanya. Bukannya insecure, masalahnya, ayo realistis! Siapa sih yang akan tertarik pada Miu saat ia pakai baju kerja dengan rambut dikuncir sembarangan begini? Miu saja kadang masih kaget melihat tampangnya saat ia siang-siang bercermin ke toilet.

Bagaimana ceritanya, Kalana Indra yang ganteng dan macho itu naksir? Kalau Miu pakai susuk sih, akan masuk akal. Ini kan tidak!

Miu lagi apa? Masih kerja?

Bunyi teleponnya dan pop-out chat dari Kalana membuat Miu beralih dari layar komputernya. Ia meraih ponselnya, membalas pesan Kalana.

Lagi revisi proposal, Kang. Katanya syuting?

Kalana tak membalas. Mungkin pria itu syuting lagi? Miu meletakan ponselnya ke meja, melanjutkan revisiannya ketika Abrisam menelepon. Ah, pria itu pasti minta dipesankan makan siang lagi.

"Iya Bos?"

"Tolong bawa laporan keuangan cabang yang kemarin."

"Oke."

Miu menutup telepon, meraih laporan cabang yang sudah selesai ia rapikan dan membawanya pada Abrisam. Pria itu menatap Miu aneh ketika Miu masuk ke ruangannya dan memberikan laporan keuangan.

"Kamu ngegodain Kalana Indra?" Pertanyaan Abrisam membuat Miu mengerutkan kening.

"Nggak tuh," jawab Miu santai.

"Tapi Pak Pred bilang kamu makan siang sama Kalana Indra kemarin."

"Pas ketemu aja di lift. Dia minta ngikut, ya saya iyain aja sih. Lagian ditraktir."

Abrisam menatap Miu lama, nampak berpikir dan melirik gadis itu lagi. "Aktor biasanya playboy."

"Ya, saya kan nggak pacaran sama Kalana, Bos. Cuma makan siang sekali aja."

"Tim perencanaan pada heboh, soalnya Kalana langsung nyariin kamu waktu ke sini."

Miu memasang wajah bingung dan mengangkat bahu ringan. "Nggak tau deh saya kalo soal itu. Lagian, Bos pikir aja gimana mungkin saya pacaran sama aktor ganteng kayak gitu. Capek hati yang ada."

Abrisam mengalihkan pandangannya ke laporan. "Ya kalo kamu suka sih, urusan kamu. Cuma hati-hati aja sama aktor. Ceweknya banyak."

Miu mendengkus. "Kayak Bos kenal aktor aja," gumam Miu. "Bos siang ini mau dipesenin apa?"

Abrisam sempat tak menjawab, hanya menatap Miu tanpa berkedip selama beberapa detik. Setelahnya ia kembali menjawab.

"Saya mau yang ada kuahnya. Kalo bisa banyak sayur."

"Sayur lodeh?"

Abrisam mengangguk. "Boleh."

"Nanti saya pesen di rumah makan deket sini. Nggak ada yang lain kan?"

Abrisam menggeleng. Miu berbalik pergi setelah Abrisam menggeleng. Sementara pria itu melirik Miu yang menutup pintu ruangan dengan kening berkerut. Abrisam memeriksa laporannya selama beberapa saat, tetapi memutuskan berhenti karena tak fokus. Ia kemudian beranjak keluar, ingin menemui Miu. Namun, meja gadis itu sudah kosong. Mungkin ia sedang ke toilet atau memesan makan siangnya.

Kenapa Sekretarisku Berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang