Akhir Pekan yang Panjang

35.4K 3.7K 132
                                    

"Cie yang besok cuti," ujar Pak Pred menggoda Miu.

Miu tersenyum cerah. Ya, besok ia akan mengambil waktunya untuk berberes, rebahan dan menonton drama atau apa saja. Atau ia juga bisa fangirling.

"Tumben kamu ambil cuti panjang? Biasanya kan dijadiin uang lembur?" celetuk Zoe.

Miu memang tak pernah mengambil cuti panjang selama ini. Biasanya, ia membiarkan cutinya penuh supaya bisa diuangkan. Lumayanlah, menambah tunjangannya.

"Capek kerja," kata Miu membuat Pak Pred meliriknya.

"Capek kerja atau capek ngurusin Pak Abri?"

"Dua-duanya," lanjut Miu tanpa berpikir. "Saya juga butuh rehat sebentar."

"Iya juga sih. Akhir-akhir ini kan kamu selalu nemenin Pak Abri makan," kata Zoe mengiyakan. "Kasian ya? Pasti dia sedih cerai sama Bu Tasya."

"Kalau kata saya sih, dia malah seneng akhirnya bisa cerai," timpal Pak Pred. "Tahu sendiri kan kalian."

Miu manggut-manggut. Selama ini, Miu tak pernah menanyai bagaimana perasaan Abrisam. Ia lebih memperhatikan kondisi tubuhnya, menjaga supaya Abrisam makan tepat waktu karena ia malas makan akhir-akhir ini. Tentunya, Abrisam pasti banyak pikiran juga. Dari proyek perusahaan, proses sidang perceraiannya, cecaran orang tuanya yang sering dialihkan pada Miu dan juga media massa yang haus gosip.

Namun, sejauh ini Miu tahu Abrisam tidak memiliki masalah atas mental dan emosionalnya. Mungkin ada, tetapi pria itu tak menunjukannya. Miu tak yakin juga, tetapi ia yakin pria itu bisa bertahan meski fisik dan pikirannya kelelahan.

"Dia kelihatannya baik-baik aja sih," komentar Miu membuat Pak Pred langsung meliriknya.

Miu banyak berubah akhir-akhir ini. Ia tak lagi curhat atau marah-marah pada Abrisam. Jika bertemu Miu, biasanya mereka akan bergosip tentang hal lain, bukan Abrisam. Miu juga tak pernah lagi banyak berkomentar buruk mengenai atasan mereka yang satu itu. Dan, walau tak nampak, ia juga melihat perbedaan sikap Abrisam pada Miu.

Sebenarnya, Pak Pred sudah sejak lama menyadari jika Abrisam punya soft spot tersendiri untuk Miu. Sejak pertama bertemu dengan Miu, Abrisam selalu memperlakukan Miu berbeda dari sekretaris-sekretarisnya yang terdahulu. Makanya ia selalu meledek Miu akan menjadi istri kedua Abrisam begitu Abrisam menikahi Tasya.

"Ngomong-ngomong, kamu kok masih minum bir sih? Kemarin kan udah dilarang Pak Abri," ujar Zoe.

Miu mengangkat bahunya, meneguk bir kalengnya tak peduli. "Nggak ada orangnya di sini. Biarin aja."

Baru juga Miu berujar begitu, Abrisam sudah berada di pantry. Matanya langsung menangkap Miu yang sedang memegang bir kalengnya, langsung mengambil bir dari tangan Miu dan membuangnya.

"Nggak boleh, nanti lambungmu sakit," tegur Abrisam membuat Miu menatapnya sekilas.

Pak Pred dan Zoe terdiam, mengira Miu akan mengumpati pimpinan mereka. Namun, Miu tidak marah. Ia justru mengiyakan teguran Abrisam.

"Iya, cuma dikit doang."

Dan nada bicaranya juga terdengar tenang, terkesan lembut. Pak Pred dan Zoe bertatapan, terkejut.

"Tetap nggak boleh," larang Abrisam.

"Iya," balas Miu mengalah.

Abrisam melirik Pak Pred dan Zoe sekilas, menatap Miu seraya memberi kode supaya ia menemaninya di ruangannya. Miu beranjak bangkit dari kursinya.

"Saya naik dulu ya, Pak Pred, Zoe," pamit Miu, keluar dari pantry bersama Abrisam dengan tenang.

Pak Pred tercengang. Daripada menegur sebagai atasan, bukannya sikap Abrisam yang tadi itu lebih mirip sikap pasangan yang menegur? Perasaannya saja atau kedua orang itu mulai menjadi spesial satu sama lain?

Kenapa Sekretarisku Berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang