Author POVDisebuah ruangan kecil nan gelap, terdapat seorang gadis tertidur lelap diatas tempat tidurnya. Memiliki wajah cantik dengan bibir merah muda alami serta rambut panjang bergelombang khas dari ibu kandungnya.
"Ibu.." ucapnya pelan dengan mata yang masih tertutup rapat dan raut wajah gelisah.
"Ibu..jangan pergi, Calista takut sendirian bu.." ucapnya lagi tanpa sadar.
"IBU..!" pekiknya keras hingga terbangun dan tersadar bahwa itu semua hanyalah mimpi.
**
Calista POV
"IBU..!"
Aku terbangun dan tersadar saat melihat seisi kamar ku yang gelap.
'Mimpi itu lagi.' ucapku lirih dalam hati.
Mataku menatap lurus kearah jam yang tertempel di dinding menunjukan waktu pukul 03.00 dini hari.
"Ibu disana apa kabar?" ucapku saat mengambil sebuah bingkai foto yang ada diatas meja disamping tempat tidur. "Ibu pasti kangen ya sama Calista?"
"Ibu..hiks..ibu harus baik-baik ya disana." ucapku sambil mengelus lembut foto ibu. Seperti biasa, aku tidak kuasa membendung air mata yang kini jatuh membasahi pipi.
"Maaf bu, Calista jadi cengeng, tapi Calista janji akan menjadi gadis yang kuat dan menjaga ayah sebaik mungkin."
"Calista sayang ibu." ucapku lalu mencium dan memeluk erat bingkai foto ibu.
PRANG!
"CALISTA..! DIMANA KAMU!"
"CALISTA..!" pekik seseorang dari luar.
'Ayah?'
Dengan cepat aku bangun dari tempat tidur lalu melangkah keluar dan melihat ayah berdiri didepan pintu.
"SINI KAMU!"
"A-ayah baru pulang?" ucapku terbata tapi tetap mendekat. "DASAR PEMBUNUH!"
PLAK!
Tamparan keras itu dengan cepat mengenai pipi kananku. Tubuhku bergetar hebat saat melihat darah keluar dari sudut bibirku.
"Calista bukan pembunuh, yah.."
Belum sempat aku menghindar, ayah lebih dulu menarik kasar rambutku.
"ANAK KURANG AJAR!"
BUGH
BUGH
Seketika tubuhku terlempar hingga membentur dinding. Lagi-lagi tubuhku remuk. Rasanya sakit sekali.
"Am-ampun ayah.." ucapku lirih memohon sambil menahan sakit diperutku.
"Ampun?"
"Tidak..jangan yah..jangan.." ucapku kembali memohon saat ayah membuka ikat pinggangnya dan berjalan mendekat kearahku.
TASH!
Suara nyaring yang berasal dari ikat pinggang itupun seketika menghantam punggungku.
"DASAR PEMBUNUH! KAMU TIDAK BERHAK UNTUK HIDUP!"
Tes
Air mataku kembali jatuh saat mendengar ucapan menyakitkan dari orang yang paling aku sayang.
"Calista minta maaf ayah..calista minta maaf.." ucapku memeluk kaki ayah. "Jangan pernah berani menyentuhku!" ucap ayah menendangku kasar hingga kembali membentur dinding.
BRAK!
Dengan keras Ayah membanting pintu lalu pergi melangkah keluar dari rumah. Lagi.
"Hiks..Calista minta maaf, yah." ucapku lirih dan menangis seraya menahan sakit.
Aku hanya bisa menatap kepergian ayah dengan menahan isak tangis yang sangat menyesakkan dada.
***
Sampai disini dulu ya..jangan lupa vote dan komen.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALISTA
Teen Fiction"Apakah kebahagiaan itu nyata? Apa aku salah jika aku menuntut sebuah kebahagiaan yang tak kunjung datang? Atau, apa aku saja yang tak pantas untuk bahagia?" - CALISTA Menceritakan tentang seorang gadis cantik berumur 17 tahun dengan kehidupan...