Motor sport berwarna hijau hitam berhenti di depan rumah mewah dengan nomor 61. Hampir bersamaan, saat sebuah mobil sedan mewah berwarna dark grey juga berhenti di tempat yang sama.
Si perempuan didalam mobil memicing, merasa mengenali sosok yang mengantarkan sang adik pulang sampai depan gerbang rumah mereka. Jaket dan sepatunya benar-benar tidak asing untuk Rosa.
"Itu kembaran Lo kan ? Bareng siapa ?" tanya Bara heran. Tadi Rosa bilang padanya, kalau setelah pulang ia akan mengambil motor lainnya dan menjemput sang adik yang telah menunggunya lama.
Rosa hanya memberikan gelengan ke Bara, dan buru-buru turun. Sang pengendara motor membuka helmnya, kemudian menyugar rambutnya ke belakang.
"Ris, kok Lo bareng dia ?" tanya Rosa kaget. Pasalnya ada Jeffan, pemuda yang mencegah jambakan kakak tingkatnya dikantin waktu itu.
"Ketemu tadi. Habisnya Lo lama banget. Lo sendiri bareng siapa tuh ?" tunjuk Risa ke sosok dibalik kemudi mobil Mercedes Benz E-class tersebut.
"Nanti gue cerita, buka gerbangnya dulu. Kayanya Papa sama Mami baru pergi." titah sang kakak langsung di iyakan oleh si adik kembar.
Rosa beralih ke orang yang baru saja mengantarnya. "Mau mampir dulu ?" tawar Rosa walaupun hanya basa-basi.
"Nggak usah, badan gue udah pegel banget. Thank you tawarannya." tolak Bara halus.
"Tuh badan Lo pegel, mampir dulu sini, gue panggilin tukang pijet langganan bokap gue." bujuk Rosa lagi. Demi apapun, Rosa benar-benar tidak enak hati pada Bara.
"Next time aja deh, besok gue harus kerja. Masuk sana, istirahat."
"Kalo itu mau lo, yaudah. Thank you juga udah banyak dibantu."
Bara mengangguk, "sama-sama." balasnya.
Mobil Bara melaju kembali dijalanan, sementara Jeffan masih stay diatas motornya, menatap wajah Risa dan Rosa bergantian. Wajah keduanya yang berbanding lurus dengan persentase kemiripan 98%, sementara kelakuan berbanding terbalik 180°.
"Ris, Lo nggak mau nawarin gue mampir dulu gitu ?" celetuk Jeffan kepada Risa.
"Gak! Udah malem. Balik sono." tolakan mentah dan kalimat pengusiran yang tegas Risa lontarkan.
"Hmmm, btw sama-sama."
Risa mencebik. Ia gengsi saat ketahuan lupa berterimakasih. "Thanks tumpangannya."
Rosa hanya menatap Risa yang masuk ke rumahnya duluan. Dia beralih pada Jeffan yang masih belum beranjak dari tempatnya.
"Sorry ya, Risa emang kaya gitu. Ketus banget. And thank you udah mau nganter kembaran gue. Gue bersyukur Risa ketemu Lo, bukan orang lain." tutur sang kakak panjang.
Jeffan tersenyum menampilkan lesung pipinya yang menawan. "Sama-sama, udah sana masuk. Udah malem."
Rosa menutup gerbangnya kemudian menguncinya dari dalam. Jeffan masih tersenyum, seolah bayang senyum manis Rosa masih tampak nyata.
"Gue juga bersyukur, bisa ketemu cewe sesopan dan semanis elo, Rosa."
____________________________
Pagi hari tiba, mentari menyingsing diufuk timur dengan cahaya semburat violet yang begitu cantik. Si kembar sedang bersiap melakukan aktivitas fisik yang rutin mereka lakukan demi menjaga kesehatan jasmani mereka.
"Lo mau cerita nggak tentang semalem ?" tanya Risa sambil melakukan beberapa gerakan peregangan.
Rosa mengernyit, "yang mana ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Twins!
FanfictionFt. Idol 97line Jika umumnya anak kembar selalu punya sifat dan kegemaran yang sama, maka tidak dengan dua gadis kembar flaternal ini. Rosa dan Risa adalah dua gadis kembar yang punya banyak sekali perbedaan. . . . . . ©raihannisahayy, 2021