"Pa, jujur deh ya, mami kalo boleh milih mantu, maunya Jeffan sama Bara aja deh." Celetuk Mami Dira ditengah acara ngemil santainya bersama sang suami.
Papa Richard noleh ke istrinya. "Kok gitu ?"
"Iyalah, Pa. Mereka berdua itu bibit unggul tau. Mereka ganteng, ramah, perhatian juga. Jeffannya kuliah manajemen, Bara juga udah jadi chef." jelas istrinya.
"Maksud Mami, Risa sama Bara terus Jeffan sama Rosa gitu ?" tanya Papa Richard lagi.
"Bara sama Rosa aja. Nanti anaknya Pak Jaka bisa tertekan kalo sama si bungsu! Kalo Jeffan sih, mami rasa udah kuat mentalnya."
"Haduuuhh, si mami. Orang pada lulus kuliah aja juga belum. Terus ya, waktu itu Papa denger dari istrinya Pak Jaka kalau Bara juga mau nerusin pendidikan di luar negeri."
"Oh ya ?" keterkejutan Mami Dira diangguki.
"...negara mana ?"
Papa Richard nggeleng, "belum tau. Katanya biar Bara sendiri yang milih."
Mami Dira tampak antusias. Pikirannya mulai melayang jauh seolah menerawang masa depan.
"ADUUUUHHH, MAMI NGGAK SABAR BANGET PENGEN GENDONG CUCU !!"
"Biar mereka lulus S1 dulu, Mi !"
________________________
Dari jendela besar pusat perbelanjaan, keliatan kalau hujan baru ngguyur Jakarta lagi siang ini.
Bara mendesah pasrah kalau begini."Diluar Hujan,," kata sang wira.
Gadis disebelahnya menoleh, "Kan Lo bawa mobil."
"Iya. Tapi hujan gini pasti macet. Kasian Lo kalo kelamaan di mobil." terang pemuda itu sambil tetep natap keluar.
"...kita makan siang dulu. Ya ?"
Tawaran Bara barusan diangguki Rosa. Toh satu cup brown sugar milk dengan tambahan ekstra Boba pun rasanya tak cukup menggeyahkan rasa lapar.
"Boleh."
"Oke. Di lantai dua makanannya enak-enak-enak. Mau turun lewat lift atau eskalator ?"
"Bedanya ?"
"Kalo lift di situ, kalo eskalator kan masih ke sono lagi. Lo capek nggak ?"
Rosa justru tertawa mendengar pertanyaan yang Bara lontarkan. Harusnya ia yang bertanya pada pemuda itu. Pasalnya, lelaki muda berambut hitam ini terus berdiri selama kurang lebih 1 jam lamanya. Mulai dari mereka masuk mall, mencari kado, mengantri Boba, hingga saat ini. Padahal Rosa sudah sempat duduk santai saat Bara mengantri minuman tadi.
"Aneh Lo. Kaki Lo emang ga capek ? Udah bawa barang, berdiri mulu lagi."
"Ya gimana, orang kebiasaan. Kerja gue kan berdiri terus." jawab sang wira. Tampaknya Rosa yang salah melontarkan pertanyaan disini. "...jadi ?" Bara meminta kepastian.
"Lift boleh deh. Eskalator rame itu." tunjuk Rosa.
Mereka berdua berjalan ke arah lift yang tak begitu jauh dari tempat mereka berdiri tadi. Rosa menekan tombolnya, mereka harus menunggu sesaat sebelum lift terbuka.
"Eh Bar, emang kerja Lo beneran berdiri terus ?" tanya Rosa disela acara mengunggunya.
"Iyalah. Masa di kitchen mau duduk."
"Sama sekali nggak ada duduk ?" tanya puan cantik ini. Tapi denting lift lebih dulu terdengar, dan mereka memilih melangkah masuk.
Lift tertutup dan Bara memberikan jawabannya, "ya ada dong kaya pas makan atau istirahat. Tapi kerjaan gue didominasi berdiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Twins!
FanfictionFt. Idol 97line Jika umumnya anak kembar selalu punya sifat dan kegemaran yang sama, maka tidak dengan dua gadis kembar flaternal ini. Rosa dan Risa adalah dua gadis kembar yang punya banyak sekali perbedaan. . . . . . ©raihannisahayy, 2021