[16] Dua Pangeran

566 88 6
                                    


"Butuh status jadi pacar Lo."

Satu kalimat berisi lima kata, dan tersusun atas 22 huruf mampu membuat Rosa terkejut bukan main. Apa maksudnya ?

"Maksud Lo ?" sentak Rosa mendesak si pemuda untuk memberinya jawaban lebih

"Sorry nih kalo gue ngagetin, tapi gue mau ngajak Lo kondangan."

Rosa menghela nafas lega, setidaknya bukan sebuah ungkapan perasaan. Gadis blonde itu mengangguk. "Oke, habis itu klarifikasi ya ?"

"Iya-iya, kalo perlu gue ajakin Lo buat bikin video klarifikasi deh." seloroh si pemuda bangir itu lagi.

Rosa tertawa,yang barusan itu terlalu berlebihan menurutnya. Membuat video klarifikasi ,seolah-olah mereka berdua melakukan kesalahan besar yang melanggar hukum.

"Acaranya kapan ?" tanya si pemudi manis ini.

Bara tampak mengingat, manik kelamnya menatap langit malam yang gelap, "Lusa sih, oh iya sekalian temenin gue beli kado ya,  besok gue jemput ke rumah Lo."

"Iya santai aja."

_____________________________

Pancaran sinar violet di ufuk timur tampak cantik berpadu dengan langit yang semakin membiru. Aroma tanah basah karena hujan yang mengguyur Jakarta dini hari tadi menyeruak indra penciuman. Terasa lebih segar, apalagi jika tinggal di komplek perumahan elit seperti seorang Jeffan Jey Ardian.

Sinar mentari belum menyentuh tanah, dan pemuda kelahiran Februari itu sudah bersiap untuk melatih tubuh sebelum memulai hari. Celana training berwarna biru, juga kaus tanpa lengan berwarna dominan ungu dengan nomor punggung 14 itu ia kenakan.

Perlahan langkahnya ia tapakkan menuju area luar komplek. Ia bahkan tak ragu untuk menyapa petugas satuan pengamanan yang setia menjaga kawasan huniannya 24 jam.

Ingatannya berjalan mundur, memutar kembali kejadian tadi malam. Obrolan ringan yang ia dan Risa lakukan rasanya menyenangkan. Ia seperti menemukan teman berbagi segala keluh kesah yang selama ini hanya bisa ia pendam.

Ia teringat, salah satu makanan kesukaan si kembar. Risa bilang mereka berdua gemar makan soto babat kaki lima di Jalan Sadewa. Tidak terlalu jauh dari komplek perumahannya. Niat hati ingin makan ditempat, kali ini Jeffan memilih membungkus pesanannya. Bermodalkan uang 90 ribu rupiah, dia membawa pulang 5 porsi soto babat bersama pelengkapnya.

Jujur, Jeffan sedang diet. Dia pantang untuk makan makanan berlemak dan bersantan seperti soto babat ini. Tapi jika bukan karena ini kegemaran Risa dan kembarannya, pemuda tinggi ini tidak akan ada niatan untuk membelinya.

Pemuda itu pulang, buru-buru ia mandi dan bersiap untuk pergi ke kediaman keluarga Lavercyn. Jika terlalu banyak menunda, maka soto yang dibelinya akan dingin ketika mereka santap.
.

.

.
Disisi lain Risa dan Rosa tengah bersiap untuk kegiatan mereka. Risa sibuk menyapu ruang tamu dan Rosa tengah bersiap diri dikamarnya. Si sulung, tengah asik menimang, tas mana yang akan dia bawa.

"Kuning atau pink ? Atau yang transparan ini ?" ucapnya menimang tiga pilihan tas yang sudah ia urutkan diatas kasur.

Dan kita beralih ke ruang tamu, si bungsu kali ini tampak giat. Biasanya ia enggan memegang sapu dan kemoceng, tapi kali ini berhubung tamunya yang akan datang, dia yang akan mencoba membereskan ruang tamunya.

Sang kakak turun, raut wajahnya bingung tatkala melihat si adik menata buket bunga di vas keramik milik ibunda mereka yang dibeli di Mongolia waktu itu.

"Ris, siapa yang mau dateng ? Menteri ?"

Si bungsu menggeleng, "bukan." jawabnya.

"Terus ?" sang kakak meminta jawaban pengganti.

Hello, Twins! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang