Eat Jin

87 11 0
                                    

Sementara Seokjin memasak, Soora membantunya memotong wortel. Ia sangat terkejut ketika mendengar teriakan Jin.

"Kenapa kau memotongnya seperti ini."

"Salah jika aku memotongnya begini?"

Seokjin mengusap rambutnya frustasi, "ah! Kenapa kau persis seperti RM."

Soora meringis. "Aku tak tahu kalau hasilnya begini. Tapi kita masih punya satu wortel."

"Ya! Kalian benar-benar mirip."

"Sudahlah, sini kucontohkan nanti kau lanjutkan. Okey." Seokjin mengambil alih wortel dan pisau dari tangan Soora kemudian mengajari perempuan itu bagaimana memotong wortel yang bagus untuk bibimbap. Asal kalian tahu, Soora memotong wortel dengan model cacah. Membuatnya terbelah menjadi bagian-bagian kecil. Untuk tampilan bibimbap sangat tidak cocok. Terlalu halus.

"Baiklah." Setelah dicontohkan oleh Seokjin, Soora mulai melanjutkan pekerjaannya.

"Jangan sampai kau salah memasukkan gula menjadi garam. Jika iya kau benar-benar persis seperti RM."

"Hem... Oppa asal kau tahu aku juga pernah mengalami hal seperti itu."

"Aku tak habis pikir. Yak! Apa kalian kakak adik yang telah lama tidak bertemu?"

Keduanya tertawa.

Ah! Seru sekali bisa memasak bersama Seokjin. Hal yang jarang Soora lakukan karena ia sibuk bekerja. Ia terlalu sering makan-makanan instan, yang penting perutnya terisi.

"Aku seperti sedang memasak bersama koki internasional."

"Ya, benar kau memang sedang bersama koki internasional dan tampan." Dengan percaya diri Seokjin menunjukkan ketampanannya. Tangannya membentuk logo sepatu yang diletakkan di dagunya. Bergaya semaunya mencoba menunjukkan pesonanya. Tak lupa flying kiss diberikan untuk Soora.

"Ah, sepertinya aku salah bicara." Gumam Soora-- sengaja dibuat kencang.

"Ya! Durhaka. Kukutuk baru tahu rasa."

"Itu tak akan mempan." Soora menjulurkan lidahnya.

Seokjin mengusap kepala Soora lembut. "Ah tapi aku juga melihat diri Jungkook ada padamu. Suka sekali meledekku."

"Ah, benarkah. Tapi aku kan imut."

Seokjin tertawa, "ya benar kau imut." Ia juga menjentikkan jarinya ke jidat Soora. Wah, dasar kejam.

Pada akhirnya semua masakan dihandle oleh Seokjin. Soora hanya memperhatikan setiap pergerakan pria yang katanya koki internasional itu. Di sela waktu Seokjin juga mengingatkan Soora untuk menggunakan resepnya saat kembali ke flat nanti. Ia juga mengingatkan supaya Soora tidak sering mengonsumsi makanan instan, melainkan lebih baik memasak.

Mata Soora berbinar saat masakan telah matang. Baunya juga harum. Perutnya jadi semakin lapar.

"Jangan menatapnya seperti itu. Kau benar-benar seperti anjing kelaparan."
Canda Seokjin.

"Oppa..." Soora merengek. Enak saja ia dibilang anjing. Soora kan perempuan yang cantik masa disamakan dengan anjing. Menyebalkan.

"Iya. Aku hanya bercanda."

"Baiklah, aku kita pindahkan ke meja. Ini sudah masuk waktunya Eat Jin." Seokjin berteriak senang, memamerkan nama programnya. Eat Jin!

"Ayo!" Ajak Soora bersemangat.

****

"Bagaimana rasanya?" Tanya Seokjin sesaat setelah Soora memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya.

Masih mengunyah penuh, Soora hanya menjawabnya dengan memberikan dua jempol.

Seokjin memijit keningnya, "ya aku tahu masakanku memang yang terbaik."

Soora memutar bola matanya malas. Mulai lagi.

Tapi benar, Seokjin memang pantas percaya diri. Semua yang dia ucapkan adalah sebuah kenyataan. Seokjin tampan dan juga jago memasak. Boleh tidak Soora bawa pulang saja?

"Hei, apa yang kau pikirkan. Jangan melamun." Seokjin membuyarkan lamunan Soora dan memberikannya suapan dari piring lainnya. "Kau coba ini, rasanya pasti lezat."

Ya, mereka memang hanya memasak bibimbap. Tetapi Seokjin juga memesan makanan dari luar seperti gochujang, kimchi, steak dan masih banyak lagi. Sepertinya hari ini perut Soora akan kenyang dan gendut seperti babi.

"Rasanya enak." Puji Soora.

"Benar. Makan yang banyak, supaya pulang kau bisa gendut seperti babi."
Seokjin dengan mulutnya memang selalu jujur.

Soora berdecak dan memukul lengan Jin. "Ck, jahat sekali." Wajahnya tertekuk.

"Hei, jangan cemberut begitu. Kau itu kurus sekali tahu. Makan sebanyak ini tidak akan membuatmu seperti Babi." Seokjin mencoba membujuk Soora, sedangkan yang dibujuk tidak terpengaruh sama sekali. Bibir Soora masih maju lima senti.

"Lagipula kau akan tetap cantik dan imut. Percaya padaku."

Mata Soora berbinar, "benarkah?" Tanya Soora.

Seokjin mengangguk, "aku ini jujur."

Jawaban Seokjin membuat Soora tersenyum. "Baiklah aku akan menghabiskan semuanya." Soora mengambil makanan sana-sini.  Semuanya diambil rata.

"Ya! Pelan-pelan aku juga tak akan merebutnya." Lain di bibir lain ditindakan. Seokjin justru ikut membantu memasukkan makanan-makanan itu ke dalam mulut Soora.

Seokjin menepuk-nepuk pelan kepala Soora. "Makanan yang banyak, adikku."

Soora tersenyum mendengarnya.

Ah, beginikah punya kakak laki-laki.
Manisnya.

Tak mau kalah dengan Seokjin, Soora juga menyumpitkan makanan dan memberikan pada Seokjin.

"Oppa, aku akan menyuapimu. Buka mulutmu. Aaa"

Satu suapan mendarat ke mulut Seokjin dan diterima dengan senang hati.

"Suatu hari nanti kau harus mencoba masakanku. Oke."

Seokjin mengangguk.

"Aku akan masak banyak sekali makanan untukmu."

Seokjin mengangguk.

"Dijamin rasanya tidak kalah dengan punyamu."

Seokjin mengangguk.

"Yak, Oppa! Jangan mengangguk-angguk saja."

Seokjin tertawa, "iya, adikku. Aku akan menunggu waktu itu. Tolong masak kan aku makanan yang enak dan suapi aku. Oke."

Soora ingin menangis mendengar ucapan Seokjin. Sudah lama, dirinya tak dinanti-nanti dan merasa sendirian. Mendengar Seokjin menanti masakannya membuat hati Soora bahagia.

"Kenapa matamu berair? Kau menangis? Bagaimana bisa?" Seokjin memegang pundak Soora, menatap lekat perempuan di sebelahnya. Memastikan kebenaran bahwa Soora hendak menangis.

"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu." Ucap Soora sembari mengalihkan pandangannya.

"Uh, baiklah. Sini ku peluk." Seokjin akhirnya menarik Soora ke dalam pelukannya.

Dan di dalam pelukan itu, tangisan Soora semakin kencang.

"Oke, menangislah sepuasmu."
Seokjin melerai pelukannya.

"Tapi ingat, jangan sampai ingusmu menempel di kaosku."

Soora merengek, "jahat sekali."

Tapi Seokjin kembali menarik Soora ke dalam pelukannya. Menepuk-nepuk kepala Soora.

"Utuk utuk utuk. Adikku Soora yang manis."

Ah, hari-hari Soora selalu dihiasi pelukan dan tangisan setiap menghadapi member BTS. Membuat iri saja.

Setelah sekian purnama, akhirnya update lagi. Alhamdulillah ya sesuatu hihi...
Gimana nih Army pada sehat gak lo? Pas liat BTS makin shinnering simmering splendit... mleyot gak? Wkwkwkwk

BTS - MAGIC SHOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang