The Show

346 60 40
                                    

Soora tersentak bangun dari tidurnya. Terengah-engah dengan bulir keringat yang terus berjatuhan. Ia memegang bagian dadanya yang berdegup kencang. Sudah lama ia tidak mengalami mimpi buruk. Malam ini mimpi yang dialaminya terasa nyata.

"HHH...!" Soora mengusap wajahnya, ia mencoba mengatur nafasnya agar lebih baik. Menarik dan menghembuskan secara perlahan. Bola matanya lantas menatap sekelilingnya. Mengamati keadaan yang seharusnya ia lihat, lemari pakaian, dinding kamarnya yang terasa nyata. Semua masih sama.

Aku baik-baik saja, ini bukan rumah sakit seperti dalam mimpimu Soora.
Soora basahi kerongkongannya dengan segelas air putih yang ia ambil dari atas nakas. Kembali mengingat kegiatan terakhirnya.

Ah, karena terlalu lapar dan lelah ia langsung tertidur tanpa mengganti pakaian.
Malam telah berganti menjadi pagi, Soora menilik cahaya di balik gorden kamarnya. Hari ini ia punya jadwal kuliah, jadi dengan segera ia beranjak dari ranjang untuk mengarahkan kakinya ke kamar mandi.

Soora juga menemukan tangannya tidak lagi sakit. Meski sempat heran bagaimana tangannya bisa semudah itu untuk sembuh, ia tersenyum senang. Itu berita baik, Soora jadi bisa mencari pekerjaan lagi. Mematut diri pada cermin supaya tidak terlihat buruk. Setidaknya ia harus terlihat layaknya manusia pada umumnya, bukan seperti zombie yang muncul di film-film.

Fighting Soora, hari ini kau harus lebih baik
Tiba-tiba perutnya terus berbunyi karena belum diisi, beruntung masih ada makanan yang mampu ia makan di flat kecilnya. Sembari mengunyah roti-roti yang tersisa. Soora bertekad hari ini harus mendapatkan pekerjaan untuk tetap melanjutkan hidup.
 
***
Disamping kerja kerasnya, Soora memiliki otak yang cerdas untuk mendapatkan beasiswa agar tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Ya, meski itu tidak sebanding dengan pergaulannya yang cenderung tertutup. Yang Soora tahu, ia hanya bertekad untuk hidup lebih baik dan bisa menggapai mimpi-mimpinya. Ia hanya harus bertahan dan terus berjuang bukan?

Langkah kaki-kaki kecilnya mulai memasuki kelas. Soora mulai mencari tempat duduk yang nyaman. Sendirian. Ah mengenai itu, sedari dulu memang sudah terbiasa sendirian. Ia sih berani, tapi malas jika harus berurusan dengan orang banyak kalau bukan kepentingannya. Pojokan kelas adalah tempat yang nyaman dan aman baginya, namun seseorang dengan sengaja menghalangi jalannya.

"Kau menghalangi jalanku." Ucap Soora sopan.

"Hey, memangnya kau siapa? Beraninya bicara begitu?" Perempuan itu justru menghardiknya. Soora tak habis pikir masih saja sifat kekanakan SMA dibawa hingga masa perkuliahan sungguh sudah tidak jaman dan terdengar ironi.

"Haish... pagi-pagi sudah melihat pemandangan sepertimu membuat moodku buruk. Sebaiknya orang sepertimu disingkirkan saja." Waow, dengar! Kasar sekali bicaranya.

Dasar manusia-manusia haus akan pujaan. Rutuk Soora dalam hati.

Ia sudah hapal di luar kepala, Song Yeonha memang saingannya sejak dulu. Lebih tepatnya ia selalu mendapat peringkat di bawah Soora. Rasa kesal karena tidak bisa mengalahkan Soora mungkin masih ada menghantui hidup Song Yeonha. Mungkin saja, sebab Yeonha tidak pernah berhenti mempermalukan Soora, kelebihannya selain punya otak yang cerdas, ia juga berasal dari keluarga orang yang kaya. Sehingga bisa berbuat seenaknya. Entah kenapa tuhan kembali mempertemukan mereka di bangku perkuliahan.

"Kau harus minta maaf padaku." Lanjutnya sembari mengulurkan tangan pada Soora. Sedari tadi Yeonha tidak beranjak dari hadapannya. Hingga Soora mulai gerah dengan kelakuan Yeonha, tanpa pikir panjang menyalami tangannya tanpa mengucapkan satu katapun, ia hendak melengos pergi namun kembali ditahan.

"Tunggu, bukan seperti itu caranya minta maaf, apa kau tidak pernah diajarkan ibumu cara meminta maaf yang baik--Soora-ssi?" Yeonha tersenyum miring dengan raut wajah meremehkan presensi perempuan yang ada di hadapannya.

BTS - MAGIC SHOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang