Boyfriendable

164 26 16
                                    

"Soora..."

Suara Namjoon membuyarkan lamunan Soora. "Ayo turun."

"Sebaiknya aku menunggu di mobil saja."

Sebagai seseorang yang tengah hadir di kehidupan seorang idol. Tentu ini menjadi sebuah kebahagian dan ketakutan tersendiri.

"Hei, kita sudah sampai. Jadi kau harus turun." Namjoon mengulurkan tangannya ke hadapan Soora.

"Tapi, aku takut." Jawab Soora pelan.
Namjoon menghela napas, kemudian menggenggam tangan Soora. "Tidak ada yang perlu kau takutkan. Kami semua bersamamu."

Tatapan Namjoon kembali menyihir Soora, setelah beberapa waktu Soora berpikir dan mereka saling berpandangan. Akhirnya ia mengangguk, dan ikut membalas tautan tangan Namjoon.

Genggaman tangan Namjoon yang mengerat, memberikan kehangatan hingga relung hati Soora. Seakan ia mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Namjoon berusaha untuk selalu menyamakan langkahku yang kecil dan terkesan lambat. Padahal ia bisa melangkah lebih lebar dan melihat berbagai macam lukisan dengan hikmat tanpa harus menungguku.

Di setiap perjalanan, Namjoon selalu bertanya, apa kau suka lukisan ini? apa kau sudah selesai memandangnya?
Seperti adegan membaca buku bersama kekasih yang sering muncul dalam drama, hanya saja Soora dan Namjoon versi pameran. Sungguh romantis.

"Tema Pameran ini, The Dreams of Modernity Planting a Flowering Tree. Terinspirasi dari novel Lee Taejoon yang berjudul Menanam Pohon Berbunga. Realitas yang diwakilinya mungkin keras dan parah, tetapi berlimpah dan indah sekaligus."
Soora melihat Namjoon begitu besar, terkesima dengan setiap tutur kata yang pria itu ucapkan. Beginikah rasanya saat jalan dengan orang genius?

Matahari semakin terik, tetapi pengunjung justru semakin banyak berdatangan. Soora yang menyadari tali sepatunya terlepas, berusaha untuk menyingkir mencari tempat di sudut tanpa melapaskan tautan tangan keduanya.

"Sebentar, aku harus membereskan tali sepatuku."

"Biar aku saja."

"Tidak perlu Oppa, biar aku saja."

Dengan lembut, Soora memindahkan tangan Namjoon yang sudah menyentuh tali sepatunya.

"Asal Oppa tahu, aku suka sekali mengikat tali sepatu. Dulu, saat masih kecil, aku paling tidak bisa membuat tali pada sepatu. Teman-teman di sekolah sampai mengejekku. Katanya aku lamban, membuat tali sepatu saja tidak bisa. Tapi sekarang sudah bisa."

Mereka berdua bangkit dari posisi berjongkoknya, Namjoon sekali lagi memastikan tali sepatu Soora telah terikat dengan kencang.

"Aku sampai kesal karena ibu selalu saja membelikan sepatu model rekat kepadaku. Aku merajuk satu hari dan tidak ingin masuk sekolah. Sepatuku juga sudah rusak, tapi ibu tidak pernah menggantinya." Lanjut Soora.

"Tapi akhirnya, di hari kedua. Ibu datang dengan membawa sepatu baru bertali dengan hiasan bunga berwarna pink yang lucu. Karena itu, ia juga mengajari membuat tali sepatu sampai aku bisa dan pada saat ini entah kenapa aku jadi bertekad untuk menjadi perempuan yang serba bisa seperti ibu."

Namjoon tersenyum dan mengusap puncak kepala Soora, seperti ayah yang bangga pada anaknya.

"Aku berangkat sekolah dengan kepala yang tegak seperti prajurit dan membuat teman-temanku terpana,"

"Ah, aku jadi rindu ibu, di usiaku saat ini, aku sudah jadi sebatang kara."

Namjoon yang mengerti, menarik Soora untuk mendekat dan merangkul bahunya.

"Apakah kau lihat pohon besar di depan sana."

Soora mengangguk.

"Soora, profesorku pernah mengatakan padaku. Saat usia 20 tahun, kita akan memiliki banyak pemikiran, seperti ranting pohon yang bercabang."

Tangan Namjoon bergerak seperti melukiskan ranting-ranting pohon. "Nah, jika otakku adalah sebuah pohon, maka akan sangat banyak ranting. Ada kesedihan, keputusasaan, kehancuran, kebahagiaan, harapan, dan semuanya."

Namjoon menarik kepala Soora agar menempel ke dadanya. "Tapi, saat kita menua, semuanya terpotong. Artinya, kita harus merasakan sakit dan harus mengalami banyak hal. Jika kalian mendapatkan banyak ranting di usia 20 tahunan, saat di usia 30-40 tahun kita akan menjadi pohon yang indah,"

"Kau dan aku, akan menjadi pohon yang indah."

Soora tersenyum dalam dekapan Namjoon. Merasakan setiap sentuhan lembut yang mengusap kepalanya.

Ngomong-ngomong adegan seperti ini apa tidak ketahuan dengan paparazi? Jawabannya adalah, Soora telah menggunakan sihir untuk menjadikan ia dan Namjoon transparan. Hahaha.

Tapi bohong. Canda Bohong.

Soora memang merasa seakan dunia hanya miliknya dan Namjoon. Serius. Semua orang seakan sibuk dengan urusannya masing-masing, sibuk dengan lukisan pameran dan tidak menghiraukan Soora dan Namjoon. Ini sebuah Magic.

BTS - MAGIC SHOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang