Inequity

521 69 55
                                    

Soora kembali memencet bel pintu itu berkali-kali, bahkan yang terakhir terbilang cukup brutal. Ia sangat kesal, Soora dengan mudahnya ia pecahkan bel rumah itu dengan batu.

"Hey, Tuan! Buka pintunya! Kau harus bayar pesanannya!."

Belnya telah rusak. Ia beralih menggedor-gedor pintu laki-laki mabuk tadi. Namun, sang pemilik bahkan tidak menghiraukan sama sekali. Kesal,
VBoora kembali memukul pintu itu dengan tangannya sendiri.

"Ah...Soora. Kau benar-benar gadis bodoh penuh kesialan."

Soora lupa, akibat perbuatan tadi tangannya mengeluarkan darah yang banyak. Ia juga menendang pintu itu keras-keras.

"Baik tuan, aku akan pergi. Tunggu saja pembalasanku!" Soora memperingati tuan itu keras-keras hingga suaranya habis.

Detik berikutnya, Soora menggerutu. "Bagaimana ini... Akh, tanganku."
Ia beranjak pergi dari tempat itu, membiarkan darah di tangannya menetes. Tanpa khawatir lukanya bisa saja infeksi. Coba bayangkan saja, sudah tergores aspal, lalu ia gunakan untuk meninju pintu.

Sakit yang dirasakan Soora hilang, meluap begitu saja. Tergantikan dengan kekesalannya, ia gigit bibirnya keras-keras agar air mata yang ia bendung tidak keluar. Soora malu jika menangis. Bahkan rasanya Soora sudah lama sekali, ia berusaha kuat untuk tidak mengeluarkan air matanya.

Namun semenjak mimpi-mimpi itu hadir Soora seakan dibuat tersadar. Ia kecil, sendirian, dan dihinggapi ketakutan. Mimpi-mimpi itu kembali terputar di kepalanya, suara-suara itu kembali menyadarkannya.

Jangan sakiti dirimu lagi Soora

Saat ini ia cuma ingin pulang ke rumah. Mengeluarkan seluruh sakitnya. Ia ingin menangis sekencang-kencangnya, sebanyak-banyaknya sampai seluruh kesedihannya hilang.

Dengan berat hati, ia harus pergi. Tatapan matanya sebentar-sebentar kosong, tiba-tiba ia memikirkan betapa akan marah bosnya nanti saat mengetahui ia tidak berhasil mendapatkan uang. Terpaksa gajinya akan kembali dipotong. Langkah kakinya terasa berat.

***

"Dia terluka hyung!"

"Apa! Bagaimana bisa?"

"Nanti akan kuceritakan. Sungguh aku merasakan kesedihannya. Bolehkah aku menangis, hyung."

"Ya! kau sudah besar. Jangan menangis disana."

"Aku akan menemuinya. Aku tidak bisa melihatnya terluka, hyung!."

"Yak! Kau gila! Dia pasti akan menghindarimu."

"Itu tidak mungkin. Tidak ada yang bisa menghindariku. Hyung."

"Jangan la...."

Tutt...

Sambungan itu mati secara sepihak. Sosok lain kembali berjalan mengikuti kemana Soora akan pergi.

***
Soora tersadar saat seseorang menabrak bahunya dan hampir saja membuatnya terpental. Ia menghela napas.

"Apa lagi ini?" gumam Soora. Ia menunduk tanpa perlu repot-repot melihat siapa yang menabraknya dan melanjutkan perjalananya.

"Hey! Kalau jalan lihat-lihat" protes seseorang bertopi hitam.

"Mianhamnida (maaf)" Soora membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf, sekali lagi tanpa peduli siapa yang ia tabrak. Pikirannya masih belum merespon baik. Soora ingin berlalu begitu saja, sampai akhirnya seseorang itu kembali memanggil.

"Hey, nona. Itu saja yang bisa kau lakukan? Sekarang lihat! Baju putihku terkena noda merah karnamu." Laki-laki itu menyusul dan menyentuh sisi tubuh Soora. Lalu menunjukkan kepadanya baju yang terkena noda.

BTS - MAGIC SHOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang