[] (Bukan) Papamu • 2

12 3 0
                                    

(Bukan) Papamu
Oleh: kesinikesana

[] Action x Drama []

[] Action x Drama []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Setelah selesai meng-scan bola mata dan fingerprint ke-20 orang tadi, sistem di HP-ku mengkonfirmasi semuanya ke klien, dan pekerjaanku secara resmi selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai meng-scan bola mata dan fingerprint ke-20 orang tadi, sistem di HP-ku mengkonfirmasi semuanya ke klien, dan pekerjaanku secara resmi selesai. Upahku untuk ini Rp100.000.000 per orang. Aku juga tidak lupa memanggil tim penghapus jejak untuk membereskan mayat-mayat yang berserakan ini. Setelah mengganti bajuku dengan baju baru yang tidak ternodai oleh darah, aku menaruh baju bekasku tadi ke dalam plastik dan memasukkanya ke dalam tailbag motorku. Normalnya, aku akan langsung pergi dan membiarkan tim penghapus jejak membereskan semuanya, aku nanti akan bertemu Dito, yang super cerewet dan biasanya dia mengganggu hariku. Namun, aku lebih memilih untuk mengambil first aid kit, dan menyuruh Nadia duduk.

"Ah, Papa, aku bisa sendiri -"

"Jangan begitu, kamu diam saja."

"Oh, okayyy."

Lagi-lagi, bersama dengan Nadia membawaku ke memori lain saat aku dulu masih bisa bercanda tawa dengan Ayla.

"Papa, sakitttt."

"Iya, Ayla, ini Papa kasih plester dulu ya."

Aku mengingat hari itu adalah hari ulang tahun Ayla yang ke-5. Aku dan istriku memutuskan untuk membelikannya sepeda. Putriku yang tercinta memang cepat belajar. Dengan 5 hari latihan, dia sudah ingin mencoba sepeda roda tiga, jadi roda keempatnya kami copot. Namun karena kecerobohanku... Ayla jatuh dan terluka saat aku sedang mengobrol dengan tetangga sebelah.

"Papa, dicium dulu dong lukanya biar rasa sakitnya pergi jauhhh banget."

Aku tersenyum akan tingkah gemasnya. Ingin rasanya aku mencubit pipinya. Namun karena ia tidak menyukai pipinya dicubit, aku menahannya. Aku kemudian menuruti keinginannya dan mencium lututnya yang ditutupi oleh plester.

Gempita ShastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang