Setelah hari itu, Leo tak pernah nampak di sekolahnya. Tentu saja karena dia sedang mengikuti kejuaraan karate di Bandung sehingga seminggu itu Carlita dapat bebas ke cafe itu.
Ia berharap dalam waktu seminggu itu ia bisa bertemu dengan lelaki itu. Hari pertama yang ia temukan hanya Phinelia yang duduk di depannya dengan memesan pesanan yang sama dengannya.
"Wah, pesanan kita bisa sama lagi!" Celetuknya.
Carlita hanya membalasnya dengan senyuman. Hari itu hanya berakhir dengan bincang-bincang ringan yang cukup menyenangkan dari kedua perempuan itu.
Begitu pula dengan hari kedua dan ketiga. Pada hari tersebut memang pesanan makanan Phinelia berbeda dengan Carlita tapi akhirnya masih sama yaitu bincang-bincang ringan.
Dari ketiga hari itu, Carlita mengetahui bahwa ia menikah dengan kakak Leo karena hubungan politik dari kedua keluarga. Tapi sepertinya Phinelia mencintai suaminya sedangkan suaminya tidak. Dari ketiga hari itu, Carlita dapat merasakan bagaimana rasanya memiliki teman.
Pada hari keempat, entah mengapa bukan menjadi prioritas Carlita untuk menemukan lelaki itu, tapi bercerita dengan Phinelia kejadian lucu yang terjadi di sekolahnya tadi.
Ia menatap jam tangannya dengan gelisah. Kenapa belum datang, pikirnya. Biasanya pukul segini Phinelia sudah datang. Rasa kecewa sedikit muncul di wajahnya. Tapi mau bagaimana lagi? Selama ini dia memang tidak pernah janjian akan bertemu di sana, jadi mungkin saja hari ini Phinelia memang ada kegiatan.
Carlita memainkan sedotannya bosan hingga tiba-tiba sesosok lelaki yang sangat familiar duduk di depannya.
"Selamat siang nona" sapanya.
Carlita terdiam beberapa detik dan tersentak begitu menyadari lelaki yang di depannya itu menunggu jawaban darinya, "ah iya selamat siang" balasnya.
"Apakah nona masih ingat dengan saya?" Tanyanya dengan senyum ramah.
Tentu saja! Ia adalah lelaki yang ia tunggu di cafe itu selama 2 minggu terakhir ini.
"Enggak, siapa ya?" Jawabnya spontan.
Aduh kenapa pake bohong segala sih? Umpatnya dalam hati. Tapi jika bilang kenal nanti disangka suka lagi, yah walau memang iya sih.
Lelaki itu tersenyum, "memang kita bertemu sebentar sih wajar kalo nona tidak ingat." Ia mengeluarkan kartu namanya dari kantongnya dan memberikan pada Carlita. "Nama saya Reynald biasa dipanggil Rey. Saya adalah orang yang menabrak anda pada saat pesta 2 minggu lalu di hotel itu, apakah anda mengingatnya?"
"Oh... iya saya ingat" jawabnya pura-pura ingat sambil melihat kartu nama yang ia berikan.
"Nama saya Reynald, bagaimana apakah noda pada gaun yang kemarin masih tertinggal?" Tanyanya ramah.
"Oh, nama saya Carlita, iya sih masih sedikit tertinggal but it's okay." Jawabnya tak ramah.
"Benarkah? Kalau begitu perkanankan saya mengganti gaun yang baru."
"Ah. Gak usah, kenapa harus segitunya bertanggung jawab sih? Saya aja udah lupa"
"Maaf, mungkin nona kurang nyaman, tapi kepuasan pelanggan adalah prioritas kami, jadi..."
"Oke oke.. ya udahlah jika anda memaksa!"
Yippy, soraknya dalam hati tapi tentu saja tak tampak di wajahnya. Bisa jalan berduaan donk? Hehe mimpi apa coba semalam.
"Baiklah nona, mari saya antar" katanya sambil mengarahkan Carlita keluar kafe.
Setelah Carlita keluar cafe, Reynald meminta ijin mengambil mobilnya di hotel. Tak lama mobil BMW hitam berhenti di depannya dan kaca mobil pengemudi di buka. That's right he is Reynald.
Reynald tersenyum, "ayo silahkan naik!"
----------Carlita terdiam dikasurnya sambil melihat gaun cantik berwarna pastel itu. Sesekali ia tersenyum mengingat kejadian yang tak pernah ia sangka sebelumnya.
"Kamu cantik menggunakan gaun itu kok" kata yang terngiang di kepala Carlita.
Ia segera berdiri dan memakai gaun itu sambil menatap kacanya. Pikirannya jauh mengingat kejadian tadi siang.
***
Carlita turun dari mobil menuju sebuah butik yang terlihat sangat girly. Segera pria itu masuk dan diikuti oleh Carlita."Oke nona Carlita, silahkan melihat mungkin ada yang sesuai dengan selera kamu"
"Hmm" angguknya.
Setelah sekian lama melihat-lihat dan dibantu oleh pekerja butik itu, akhirnya Carlita mencoba beberapa gaun manis. Tapi pilihannya jatuh pada sebuah gaun berwarna pastel itu ketika pria yang menemaninya mengomentari dirinya.
"Kamu cantik menggunakan gaun itu kok"
"Oh ya?"
"Iya mbak, mbaknya kan putih nih apalagi di badan mbak pas banget" komentar pekerja butik itu. "Pacar masnya jadi cantik banget" lanjutnya pada Rey.
"Haha. Mbak bisa aja" jawabnya ringan. "Mbak, saya beli yang itu saja." Lanjutnya lagi
Hah? Dibilang pacarnya tapi gak disanggah?? Apa jangan-jangan cowo ini juga...
Pikiran Carlita lari kemana-mana saat ia berganti pakaiannya itu.
***Senyumnya menghiasi wajahnya lagi.
Entah sudah berapa kali ia seperti itu."Mungkinkah kali ini akan berhasil?" Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am not
RandomCarlita adalah cewek cantik yang pintar sehingga menjadi primadona di sekolahnya. Semua cewek di sekolah merasa iri karena kelebihannya sehingga menyebabkan Carlita tak memiliki teman cewek. Menjadi primadona sekolah bukan berarti kisah cintanya ber...