15. Misi

72 4 1
                                    

Carlita meletakan novel The Starlight di depan Leo.

"Apa ini?"

"Seperti yang penah gue ceritain. Gue pernah ke apatemen Rey dan di sana hanya ada buku-buku berat dan 1 novel dengan judul The Starlight. Saar gue tanya dan katanya cerita ini sangat mirip dengan kehidupannya."

"Lalu?"

"Coba lo baca. Apakah pikiran lo sama seperti gue."

Leo membaca novel itu dan setengah jam ia berhasil menyelesaikannya.

"Jadi gimana? Menurut lo apa yang sama?"

"Kayanya cuma keluarga kaya dan menikah selebihnya gak ada menurut gue."

"Jika hanya latar belakang keluarga apa menurut lo bakal membuat orang suka dengan ceritanya dan menganggap seperti dirinya?"

Leo menggeleng tak yakin.

"Tapi beda cerita jika..."

"Lo mau bilang kalo sebenarnya Rey suka Phinelia? Sudah cukup bercandanya. Kalo suka tak mungkin ia memperlakukan wanita yang ia suka seperti ini. Seperti ini sang pria pun tetap baik dengan sang wanita walau sang wanita sangat ketus dengannya. Yah itu seharusnya sikap seorang yang mencintainya!" Jawabnya dengan penuh emosi.

"Kenapa lo bersikap begini? Berarti lo udah mikirin ini sebelumnya tapi mencoba untuk menolak kenyataan ini kan?"

Leo tersentak kaget.

"Trus gue mau tanya. Apa style Phinelia dari dulu seperti ini?"

"Style? Phinelia memang suka dengan gaya simple tapi elegan kok. Dari dulu juga dia suka. Emang kenapa?"

"Gue beberapa hari lalu gak sengaja melihat Rey sedang menatap Phinelia."

Mata Leo membesar "Hah? Dimana?"

Carlita menceritakan pengintaian yang ia lakukan kemarin. Leo hanya terdiam mendengarkan.

"Jadi mau kita lakukan?"

"Lakukan apa?" Tanya Leo bingung.

"Menyelesaikan benang kusut salah paham ini"

"Bagaimana jika memang bukan salah paham dan sebenarnya...."

"Kita akan cari tahu kebenarannya dulu. Jika memang kenyataan seperti yang lo katakan gue akan angkat tangan. Tapi jika ternyata seperti yang gue pikirin maka gue gak akan diam melihat Phinelia yang seharusnya bahagia."

Leo berpikir sejenak. "Baik ayo kita lakukan"

------------

"Hallo Rey? Ini aku Carlita. Maaf kejadian kemarin aku cuma shock melihat perkelahian itu." Katanya di samping telepon.

"Oh iya Carlita. Gak papa itu juga salahku." Jawab di ujung telpon.

"Hmm bagaimana kalo besok sabtu kita jalan? Aku yang traktir deh... sebagai permintaan maaf"

"Boleh.. tapi aku gak mau kamu yanh traktir karena sebagai cowo..."

"Hehe iya iya... yang penting kamu mau kan?" Katanya sambil membulatkan jempol dan telunjuk san jari lain berdiri, mengisyaratkan oke ke Leo.

Leo membalasnya dengan acungan jempol.

"Oh iya.. oke oke... sampai jumpa besok" Carlita menutup telepon. "Sudah sekarang giliranmu!"

Leo memencet hpnya dan menelepon seseorang, "hallo Phinelia.. aku kemarin udah beli tiket main di taman bermain tapi ternyata Carlita yang mau aku ajak malah ada acara... jadi biar gak mubazir temenin aku donk.... hmm iya... iya.... besok sabtu gmn? Bisa?.... hmm oke deh besok sabtu aku jemput ya! Bye" lalu Leo menutup hpnya, "ini juga beres!"

"Bagus! Misi kita pasti berhasil!"

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang