3. Perjanjian

200 31 1
                                    

Carlita terdiam menatap Leandro yang sedang bercanda dengan temannya yang juga good looking sehingga tampak seperti lukisan. Kelasnya memang kelas yang paling beruntung karena banyak siswa-siswi good looking masuk ke kelas itu. Lumayan lah buat cuci mata.

Leandro cs duduk di kursi koridor dekat pintu dan dari bangku Carlita dapat melihatnya dengan jelas.Senyum Leandro memang menawan, tak heran bayak cewek yang menyukainya. Carlita melihat senyum manisnya saat bercanda dengan temannya.

"Ayo, Jes. Coba tanyain aja deh" kata seorang cewek tak jauh dari situ kepada temannya yang tampak manis.

"Yakin lo dia bakal jawab pertanyaan gue?" Tanyanya tak yakin.

"Tenang aja, Leo kan orangnya baik, pasti mau deh"

Akhirnya dua cewek itu datang mendekat ke gerombolan Leandro.

"Leo" panggil cewek manis itu dengan manja.

Seketika senyum Leandro hilang dan menatap cewek tersebut, "ya?" Katanya dengan mengerutkan alis.

"Gue boleh tanya yang bagian ini gak?" Katanya sambil menyodorkan buku.

Leo tersenyum ramah, "boleh, mana?"

"Tuh kan pasti mau deh" bisik temannya senang.

Carlita melihat kejadian itu dan bagi Carlita, sang "prince" itu sebenarnya merasa keberatan. Terlihat dari senyum bisnis dari wajahnya. Mungkin orang lain tak menyadarinya tapi Carlita menyadarinya, karena ia sering melakukannya.

-------------------------------------------------------

Otak Carlita tak henti memikirkan apakah Leo akan menyebarkan aib baginya itu. Hal itulah penyebab ia memperhatikan Leo akhir-akhir ini.

Memang Leo termasuk cowok yang digemari cewek tapi Carlita tak tertarik, walau mengakui bahwa Leo itu memang lebih dari cukup.

"Apa harus ditanyakan ke orangnya ya?" Pikirnya dalam hati. "Tapi kapan? Dia kan selalu bersama temannya?" Lanjutnya dalam hati sambil menggeleng. "Kalo manggil dia saat bersama temen-temennya ntar dikira gue mau nembak dia, yah maklum cewek yang manggil dia kan selalu untuk alasan itu, astaga gue harus gimana?" Gerutunya dalam hati.

Pikirannya yang penuh dengan cowok itu menyebabkan ia tak menyadari bel pulang sudah berbunyi. Ia masih duduk di bangkunya bersama lamunannya.

"Leo ayo balik" ajak salah seorang temannya.

"Hmm bentar lagi deh gue, nanggung bentar lagi selesai nih" jawabnya sambil asik menulis di bukunya.

"Rajin banget sih lo. Ya udah gue duluan ya, cewek gue udah nunggu"

"Iya gue juga" seru temannya yang lain.

"Ye ye sono jangan ganggu ah, haha"

Sementara itu Carlita akhirnya sadar dari lamunannya. Ia tersentak menyadari kelasnya yang sudah kosong.

"Astaga, kenapa gue hari ini?" Sesalnya dalam hati.

Ia segera membereskan barangnya masuk ke dalam tas. Saat ia menoleh ke belakang, ia melihat Leo masih duduk di bangkunya. Dan lagi sendiriam di kelasnya.

Ini keberuntungannya atau memang takdirnya? Senyum muncul di wajahnya. Solusi dari hal yang dia pikirkan sampai tidak menyimak pelajaran muncul. Leo seorang diri di kelas. Tak akan ada yang salah paham dan memgira dia akan nembak Leo.

Tanpa basa basi lagi ia mendekati Leo. "Hmm sorry, masalah gue kemaren...."

Cowok itu mendongak dan melihat Carlita berdiri di depan mejanya. Senyum bisinisnya muncul, "iya kenapa?"

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang