17. Akhir

114 7 0
                                    

"Hei kenapa menarik gue sih!" Gerutu Leo.

"Dasar lo gak peka ya! Itu ruang buat mereka! Dan sekarang lo udah tau juga kan kalo dugaan kita bener!"

Leo menunduk. "Yah..."

"Gue laper. Ayo kita makan!"

Leo dan Carlita berjalan menuju tempat makan.

"Hmm pesen parfait, expresso sama teh tawar ya!"

Carlita menoleh ke arah Leo. "Lo suka parfait?"

"Kagalah buat lo itu tau!"

Carlita teringat ia ingin berpacaran dengan cowo yang bisa mengerti dia. Tapi Leo.. rasanya bukan kandidat yang tepat kan?

-------------

Hubungan Phinelia dan Rey membaik. Bahkan sekarang Rey sudah terang-terangan memakai cincin kawinnya dan menolak cewe yang mendekatinya. Bagus! Itu yang seharusnya ia lakukan!

Kemesraan Rey dan Phinelia diumbar dimana-mana bahkan sampai membuat Leo eneg. Akhirnya Leo habiskan waktu dengan Carlita dari pada melihat pasangan bodoh itu.

Pernah sesekali Phinelia dan Rey mengajak Carlita dan Leo makan malam bersama. Yah karena bantuan mereka hubungan mereka membaik.

"Leo kalian akrab sekali. Kenapa gak pacaran aja sih?" Celetuk Phinelia.

"Hah? Enggak lah! Haha" jawab Leo enteng.

Carlita terdiam dan merasa sakit mendengar perkataan Leo. Kenapa ia merasakan hal itu? Apakah secara tak sadar sebenarnya Carlita sudah mencintai Leo?

Saat perjalanan pulang Carlita memberanikan diri bertanya.

"Leo. Kenapa kita gak pacaran sungguhan aja?"

"Hah? Kenapa lo? Sakit ya? Haha kita kan udah kaya temen gini masa pacaran sih!"

"Haha iya juga ya."

Malamnya Carlita menangis dan besoknya ia berangkat lebih pagi dari biasanya.

"Carlita!" Panggil Leo saat Carlita ingin berjalan ke kantin.

Carlita menoleh dan melihat Leo tepat di belakangnya. "Kenapa?" Jawabnya ringan.

"Kok pergi duluan sih! Aku kan..."

"Udahlah. Gue udah capek. Kita akhiri aja di sini"

"Hah apa maksud lo? Kita ini sedang di..."

"Ya.. permainan ini... gue udah capek. Yah rasanya kita harus jalan masing-masing lagi. Apalagi sekarang kita sudah kelas 3. Kita hrus mulai fokus pada Ujian. Toh 1 tahun sudah waktu yang sangat lama kan?"

Mata Leo membesar. "Ya udah terserah kalo emang kemuan lo! Terimakasih sudah menamani gue bermain"

---------------------

Berita putusnya Leo dan Carlita berkembang pesat di sekolahnya. Yah rutinitas Leo sebelumnya terulang kembali. Dirubung dengan banyak cewe yang terlihat minta diajarin tapi sebenarnya modus.

Leo duduk di depan bersama gengnya dan beberapa cewe bertanya padanya. Leo menatap Carlita yang duduk di daerah belakang sendiri sambil membaca buku.

Sampai kemarin ia masih bercanda bersama dengan cewe itu. Entah kenapa bersama gerombolan cewe-cewe ini 1000 kali membosankan dari pada Carlita.

-------------------

"Bodoh! Kamu bilang gitu sama Carlita?"celoteh Rey.

"Ah dasar kakak beradik yang tak peka!" Tambah Phinelia.

"Apa yang harus aku lakukan dong? Aku dari kemarin merasa begitu!" Bela Leo.

"Ya udah kalo kamu ngrasa teman mah biarin aja Carlita! Jangan sampe kamu nyesel waktu Carlita bener-bener pacaran sama cowo lain" lanjut Rey.

"Kan kita teman... cuma aku kesepian aja gak ada dia."

----------------

Leo diam sendiri di kelasnya. Kenapa rasanya kelas menjadi lama ya? Bahkan istirahat pun terasa lama. Sudah berapa lama ya ia tak berbicara dengan Carlita.

"Eh denger deh! Katanya Willy kelas XII IPA 1 mau nembak Carlita di lapangan lhoo!" Kata seorang anak cewe di kelasnya.

"Serius lo?" Tanya temannya.

"Iya ini lagi di lapangan rame tuh!"

"Masa? Mau liat ah!"

Cewe itu berlalu. Leo mengingat kata-kata Rey jangan sampai ia menyesal jika Carlita pacaran sama cowo lain. Leo membayangkan Carlita berjalan dengan Willy. Tidak. Itu tak bisa dibiarkan. Segera ia berlari dan melihat lapangan dari lantai 2.

Di sana terlihat Willy berlutut di depan Carlita sambil membawa bunga. Di belakangnya terdapat teman-temannya yang entah aksi apa yang dilakukannya tadi bergerak kiri kanan mengikuti alunan biola yang dimainkan oleh temannya. Sial! Walau tak melihat atraksi apa yang dilakukan Willy yang jelas ini penuh perhitungan dan hal itu membuat luluh Carlita. Ia tahu bahwa Carlita lemah dengan hal begituan.

"Maukan berpacaran denganku?" Tanya Willy pada Carlita.

Carlita terdiam.

"Kalo mau kamu boleh ambil bunga ini."

"Ambil ambil ambil" teriak teman-teman Willy dan murid yang lain.

"TIDAK BOLEH!"

Semua melihat ke sumber suara termasuk Carlita dan ternyata itu Leo?!

Semua hening dan disusul Leo berlari turun ke bawah. Dan berlari ke arah Carlita.

"Carlita milik gue!" Katanya berlari menarik Carlita.

Diikuti oleh sorakan siswa lain Leo dan Carlita keluar dari sekolah.

"Apa yang..?" Tanya Carlita.

"Yah lo boleh bilang gue bego, gak peka dan sebagainya! Yang jelas... aku suka kamu"

Carlita terdiam sejenak. "Tapi aku enggak!" Lanjutnya.

"Hei! Aku sudah sampai begini kamu malah..."

Carlita tertawa dan berlari menjauhi Leo.

"Hei.. kita belum selesai bicara!"

"Kamu gak modal. Willy dong lebih modal. Kamu tau gak tadi tuh temennya Willy sampai bikin piramid tau!"

"Ah sudahlah yang penting tuh perasaan bukan modalnya!"

"Ah kata siapa...."


End.

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang