6. Rahasia

148 15 1
                                    

Leo tersentak begitu mengingat cewek yang diajaknya kemari. Segera ia melihat jam tangannya dan telah 2 jam berlalu semenjak ia meninggalkannya.

"Hmm udah ya gue lupa nih, gue lagi ajak temen, kayanya dia bakal marah deh sama gue soalnya gue kacangin"

"Dasar lo, parah banget. Temen lo cewek cowok? Kalo cewek bisa kali kenalin gue" jawab seorang temennya.

"Cewek. Gampang itu mah yang penting dia gak ngambek sama gue, haha" segera ia berlalu.

Leo melirik sekitar mencari sosok cewek manis itu tapi tak ia temukan. Ia sedikit berjalan berputar mengelilingi ruangan itu hingga ia menemukan sosok yang ia cari di pojokan tengah berdiri kaku dengan menatap sesuatu di tangannya. Tanpa buang waktu ia segera mendekatinya.

"Lagi liatin apa Car?" Sapanya sok akrab.

Sadar akan suara Leo, ia segera menyembunyikan kartu nama di tangannya itu, "bukan apa-apa!" Jawabnya sebal.

"Lo marah?" Tanyanya polos.

"Gue, mau pulang!" Jawabnya menekan.

Leo menghela nafas, "oke-oke, ayo kita pulang"

----------------------------------------------------

Leo berjalan dengan motor ninjanya pelan. Ia masih memikirkan kejadian kemarin malam. Akibat ia melupakan cewek itu, ia harus berangkat dan pulang sendiri tanpa cewek itu selama beberapa hari ini.

Ia melewati jalan depan hotel kemarin ia datangi. "Ini gara-gara harus ke hotel ini, makanya gue jadi sial" eluhnya sebal.

Saat ia berjalan pelan di jalan satu arah itu, mata kanannya menemukan sesosok yang ia kenal. Yah cewek cantik yang sedang ia pikirkan ada di sebuah cafe dengan penuh kaca sehingga terlihat jelas dari luar. Ia merapatkan motornya di dekat trotoar bagian kanan tepat di depan cewek itu duduk yang sedang menatap jauh.

---------------------------------------------------

Carlita berpikir bagaimana ia bisa menemukan cowok itu lagi. Di saat kegalauannya, ia telah berjalan di trotoar depan hotel kemarin ia datangi.

Otaknya memikirkan beberapa alternatif yang bisa dia lakukan. Seperti, masuk dan bertanya pada resepsionis 'mbak bisa bertemu dengan Reynald Jonathan Santoso?' Kemudian bagian resepsionis bertanya 'oh iya, sudah bikin janji atau belum?', 'belum', 'hmm ada keperluan apa ya kalo gitu?' Arghh tidakkk, ia tidak bisa menjawab jika ditanya begitu.

Alternatif selanjutnya, ia masuk dan mondar mandir di dalam hotel berharap di suatu tempat bertemu dan ia bisa berkata 'eh, kamu yang kemarin, kebetulan sekali!' tapi kemudian pikiriannya melayang saat ia mondar mandir maka satpam yang melihat dan merasa mencurigakan mendekati Carlita, 'Ada perlu apa mbak?' Argghh kali ini juga tidak bisa.

Aduh apa? Apalagi alternatif yang dapat dia lakukan? Kemudian ia berpikir sejanak, seandainya ia menunggu di luar hotel dan bertemu, siasat kebetulan bertemu masih bisa diterapkan. Tapi kalo menunggu di depan hotel rasanya... Ia menatap sekeliling dan hmm.. rasanya ia bisa menunggu disana, senyumnya.

--------------------------------------------------

Sudah beberapa hari Carlita datang ke kafe itu untuk menunggu pria itu keluar dari hotel itu. Tapi hasilnya selalu nihil. Hal ini belum membuat Carlita putus asa.

Carlita serius memperhatikan depan hotel berharap orang itu akan kebetulan keluar. Mungkinkah hal seperti itu terjadi. Rasa pesimisnya muncul seolah-olah semua hanya mimpi.

Lamunannya pecah begitu parfait pesannya datang di depan mejanya. Iya menyendok sedikit es dari gelas itu. 'Hmm. Yummy' pikirnya. Beberapa kali ayunan sendok kecil itu masuk ke mulutnya hingga ia terperanga saat tak sengaja melihat cowok dengan motor ninjanya terparkir di trotoar dekat kafe ia kunjungi itu.

"Leo" gumamnya.

---------------------------------------------

Begitu menyadari dia adalah cewek yang cowok itu perhatikan beberapa menit sebelumnya, cowok itu segera memacu motornya dan meninggalkan tempatnya itu.

"Aduh.." pikirnya bingung.

Tak lama setelah pikirnya berkutat tentang cowok itu, cowok itu sudah duduk di depan mejanya menghadap dia.

"Jadi selama ini lo selalu ke sini?" Tanyanya datar.

"Hmm" angguknya.

"Kenapa? Kemarin lo nemu orang yang lo suka?"

"Hah?? Enggak kok.." jawabnya kaget.

"Kalo memang ada bukannya lebih baik lo crita ke gue. Jadi gue bisa bantu. Kalo disembunyiin gini gimana gue tau" jawabnya.

Iya juga ya. Kenapa harus gue sembunyiin toh dia juga tahu juga masalah gue.

"Hmm.. sebenernya..." bicaranya terputus begitu suara wanita itu memecah pembicaraan.

"Leo, Carlita!" Serunya.

Serempak, Leo dan Carlita melihat ke sumber suara.

"Nanas?" Seru Leo, "kak Phinelia" seru Carlita serempak.

"Ih jahat banget kamu masih panggil aku begitu." Gerutunya pada Leo. Perhatiaanya teralih pada parfait di depan Carlita. "Hmm yang itu parfaitnya enak gak? Aku udah pesen yang itu nih" tanyanya.

"Hmm.. enak kok"

"Wah. Untung deh aku beli... itu..." perhatiannya teralih pada gerombolan cowok ganteng dengan setelan jas keluar dari hotel itu.

Salah satu diantaranya terdapat Reynald. Mata Carlita juga terperanjat.

"Jadi lo kesini cuma mau liat cowok brengsek itu?" Tanya Leo kesal.

Phinelia tersentak, "bukan parfait disini memeng enak kok" jawabnya tak yakin.

"Sudahlah!" Jawabnya kesal. Ia melihat Carlita yang juga memperhatikan gerombolan itu, "jangan bilang kalo cowok yang lo suka ada di antara mereka juga?"

"Hah?? Enggak!! Enak aja. Gue cuma liat ternyata di Indonesia masih berlimpah cowok cakep ya" jawabnya meyakinkan tapi terlihat sedikit bohong karena seperti bukan sifat Carlita yang tergila-gila dengan hanya sekedar cowok cakep.

Leo berdiri dan mendekati Carlita sambil membisikkan sesuatu, "dengar ya! Cowok yang bekerja di hotel itu semuanya playboy. Apalagi gerombolan itu, lebih baik lupakan dan cari cowok lain" segera ia berlalu denga kesal.

Phinelia duduk pelan semeja dengan Carlita. Tak lama parfait pesanan Phinelia datang dan mereka hanya menghabiskan waktu dengan diam saat itu.

'Rasanya memang harus berusaha sendiri nih' pikirnya.

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang