Sesuai kata Carlita, Leo tercengang melihat Carlita. Kali ini Carlita sudah berdiri di depan Leo dengan menggunakan gaun warna pastel pendek di atas lutut yang simple tapi terlihat elegan dengan high heels putihnya membuatnya terlihat sempurna. Make up yang sesuai dengan gaunnya juga tidak telihat menor tapi memberikan kesan manis.
"Bagaimana?" Tanyanya sombong.
"Haha. Benar-benar. Gue akui gue tercengang. Ayo pergi. Mana bokap nyokap lo?"
"Belom pulang. Masih kerja. Kita langsung aja" jawabnya singkat.
"Oh, begitu. Oke ayo jalan"
------------------------------------------------------
Kali ini Carlita duduk terdiam menatap Leo yang sedang asik bercakap-cakap ria bersama temannya. Ia mengingat kembali kejadian waktu awal ia masuk hotel itu.
***
Leo berhenti membelokkan mobilnya ke sebuah hotel. Saat Carlita melihat ternyata hotel itu adalah Hotel Fatamorgana, hotel bintang lima yang memiliki pelayanan super seolah melihat fatamorgana pada gurun. Hotel ini sudah berada di berbagai tempat wisata dan kota besar di Indonesia. Dan tentu saja biaya permalamnya mungkin setara gaji karyawan sebulan. Tak heran hanya orang berkelas yang bisa masuk hotel itu.
Carlita tercengang melihat kemewahan yang ditawarkan hotel itu. Ini kali pertama ia masuk hotel itu. Memang Carlita bukan orang susah tapi tetap saja hotel itu masih tak terjangkau baginya.
Carlita mengikuti Leo dengan menyembunyikan rasa takjubnya pada hotel itu, maklum harga dirinya tak mengijinkan ia terlihat kampungan
"Leo?" Panggil seseorang di balik mereka.
Leo dan Carlita menoleh. Mereka mendapati seorang cewek manis tersenyum di belakang mereka.
"Nanas?" Panggil Leo menggoda.
Cewek itu mendekati dengan bersungut-sungut. "Hei, yang sopan donk!" Protesnya. Ia menatap Carlita, "dia pacarmu Leo? Cantik deh kamu beruntung!" Serunya.
"Bukan. Cuma temen" jawabnya singkat. Sepertinya ia tak suka dengan sikap cewek itu. "Hmm Car, kenalin ini kakak ipar gue, namanya Phinelia. Tapi lo bisa panggil dia 'nanas'. Berbeda dari penampilannya yang terlihat seperti anak SMA sebenarnya dia itu sudah tante-tante..." celetuknya tanpa henti.
Cewek itu menjitak Leo yang menyebabkan Leo berhenti dari celotehnya. Cewek itu tersenyum ramah pada Carlita sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan. "Maaf atas ketidaksopannan Leo ya! Anak ini memang begitu dari dulu. Kenalin aku Phinelia, istri dari kakak Leo. Walau sudah menikah tapi umurku tak jauh dari kalian kok" senyumnya ramah.
Carlita membalasnya dengan senyuman, "oh iya, aku Carlita, teman sekelas Leo."
"Oke selamat menikmati acaranya ya. Aku masih ada yang harus dikerjakan"
Ia berlalu setelah melambaikan tangannya.
"Memang umurnya berapa Leo? Sampai lo bilang 'tante' gitu?"
"Haha. Kepo ya lo!"
"Sialan lo, gue gak tanya lagi ah" jawabnya kesal.
"Haha. Sudah ayo masuk, temen gue udah nunggu"
Mereka berjalan menuju ballroom tempat teman Leo menikah.
"Hmm lo makan aja yang lo mau. Gue mau ngobrol bentar sama temen gue dulu. Kalo ada yang cocok sama lo ntar bilang gue aj, gue bakal kenalin" segera ia berlalu setelah berkata demikian.
Carlita kesal dengan perlakuan Leo tapi mencoba menerimanya dengan mencicip beberapa makanan dan berkeliling.
Sudah semua jenis makanan ia cincipi dan Leo masih asik berbincang-bincang dengan temannya. Akibat terlalu kesal Carlita duduk di kursi pojokan dan menatap Leo kesal.
***
Sepertinya sabarnya sudah habis. Ia seperti kambing congek diam sendiri di situ, orang yang mengajaknya malah asik ngobrol sendiri. Ia serentak berdiri dengan kesal dan tak menyadari terdapat seseorang yang sedang lewat di depannya sehingga ia menabrak orang itu.
Orang iti sedang membawa minuman merah yang tumpah ke baju orang itu dan Carlita. Ia melihat gaun kesayangannya itu terdapat bercak merah. Udah kesal dicuekin, gak nemu apa-apa sekarang malah ia harus menanggung malu bajunya kotor. Ia merasa sial sekali hari itu, rasanya ingin pulang, bahkan air matanya nyaris jatuh.
Segera orang itu melap baju Carlita yang kotor dengan sapu tangannya. "Maaf nona, apakah anda baik-baik saja?"
Carlita mendongak dan melihat seorang cowok dengan kemeja merah maroon dan setelan jas yang tampak terlihat eksekutif muda. Cowok itu tersenyum dewasa dan terlihat manis. Wajah Carlita tiba-tiba terasa panas melihat cowok seperti itu dari dekat.
"Hmm.. aku... aku baik-baik aja... kok" katanya terbata-bata tapi dalam hati ia mengutuki diri sendiri karena bersikap seperti itu.
"Sepertinya gaun nona susah untuk di bersihkan" ia mengambil sebuah kartu nama dari kantongnya. "Ini kartu nama saya, biaya laundry biar saya tanggung, kalo masih tidak bersih juga hubungi saya dan saya akan menggantinya yanh baru"
"Ah.. tidak perlu. Tapi tadi anda juga kena juga kan?!"
"Nona tak perlu pedulikan saya. Mudah-mudahan nona nyaman di sini. Selamat menikmati acaranya" ia berlalu setelah Carlita menerima kartu namanya.
Wajah Carlita masih memanas dan tak henti menatap kartu namanya cowok itu. Reynald Jonathan Santoso, CEO hotel Fatamorgana
KAMU SEDANG MEMBACA
I am not
RandomCarlita adalah cewek cantik yang pintar sehingga menjadi primadona di sekolahnya. Semua cewek di sekolah merasa iri karena kelebihannya sehingga menyebabkan Carlita tak memiliki teman cewek. Menjadi primadona sekolah bukan berarti kisah cintanya ber...