8. Akankah Berakhir Indah?

105 10 0
                                    

Setelah pertemuan bahagia itu, Carlita sering bertemu cowo yang dinantinya itu di cafe sebrang hotel. Bahkan dalam waktu 3 hari saja mereka sudah bertukar chat tiap menit. Banyak hal yang mereka bahas, mulai dari makanan, fashion, gosip terpanas hingga curhat-curhat masalah sepele.

Bahkan hari ini, hari minggu ia diajak ke apertemen Rey yang berlokasi tidak jauh dari hotelnya. Rey susah bangun pagi jadi ia harus menyewa apertemen yang dekat agar tidak terlambat.

"Yah.. beginilah rumahku" celetuknya sambil mempersilahkan Carlita masuk.

"Hmm.. rapi ya, gak seperti yang ku bayangkan, hehe" candanya.

"Memang apa yang kamu bayangkan?" Tanyanya tak puas.

"Hehe ada deh" katanya berlalu ke ruang lain.

"Hei, aku belum selesai ngomong!"

Carlita berkeliling melihat apertemen dengan 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 ruang kerja dengan lemari buku besar yang terisi penuh.

Carlita mendekati lemari buku itu. Terdapat banyak buku berat berbahasa Inggris. Hmm ternyata orang ini cukup pintar juga.

Tak jauh dari tempat Carlita berdiri terdapat sebuah rak yang hanya berisi 1 buku. Saat ia menyadari dan melihatnya ternyata buku itu adalah sebuah novel. "The Starlight"

"Tak kusangka kamu suka baca novel seperti ini, Rey"

Rey melongok dari dapur ke arah ruang kerja, "Oh, hanya novel itu yang aku suka"

"Ceritanya bagus?"

"Hmm.. entah, aku tak bisa menilai sastra. Cuma aku merasa memiliki teman dari baca novel itu"

"Tentang apa emang?"

"Haha.. kamu baca aja sendiri"

Setelah lelah berkeliling apertemen Rey, Carlita duduk di ruang tamu dan minuman dingin sudah tersedia di meja. Akhirnya mereka habiskan dengan berbicara ringan hingga hari menjelang sore.

Kebahagiaannya melupakan dunia sesaat hingga ia menyadari besok hari senin yang berarti Ia harus bertemu Leo lagi.

------------
"Hai" sapa Leo yang berdiri di depan rumah Carlita.

Carlita menatap Leo yang berdiri di depan rumahnya. Wajah Carlita masih kusut belum dicuci dan masih menggukan piyamanya.

Setelah beberapa detik ia terdiam menatap Leo, akhirnya ia sadar dan segera menutup pintu rumahnya.

"Hei, jangan jahat dong. Dingin nih diluar"

Carlita membuka pintu lagi dan menatap langit yang sama sekali belum mengeluarkan sinar UV. Ia segera melongok ke jam di ruang tamunya. Jarum pendek menunjukan angka 5 dan jarum panjangnya menunjukan angka 2.

"Lo masih ngantuk, jam segini udah sampe sini?" Tanya Carlita kesal.

"Hehehe" Leo hanya tersenyum manis. Karena senyumannya itulah wajar cowo ini banyak yang suka. Jika Carlita tidak mengetahui sifat asli Leo dan belum bertemu Rey, mungkin aja ia bisa suka sama cowo ini.

Dengan sangat terpaksa ia membukakan pintu dan mempersilahkan Leo masuk.

"Lo doyan coklat panas gak?"

"Yang bisa dimakan mah gue doyan"

Carlita mempersilahkan Leo duduk dan ia menuju dapur. Sekitar 5 menit setelah Leo duduk, Carlita keluar dengan membawa coklat panas.

"Nih. Katanya di luar dingin. Tunggu aja di sini ya gue mau siap-siap dulu"

"Yes, mam!" Serunya sambil memberi hormat.
---------------

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang