13. Phinelia's

88 6 0
                                    

Hallo namaku Phinelia. Aku adalah anak tunggal dari keluarga Sanjaya. Keluargaku adalah keluarga pebisnis yang cukup sukses dari generasi kakekku. Papiku telah memiliki beberapa saham pada Santoso grup. Yah Santoso grup sebuah perusahaan besar yang telah sukses di tanah air.

Sebagai anak tunggal aku tahu suatu hari nanti aku pasti akan dijodohkan dengan seseorang dari keluarga kolongmerat juga yang dapat membantu bisnis papiku. Kenapa? Karena papi dan mamiku memang berakhir seperti itu. Apalagi aku.

Aku adalah teman dekat dari kakan beradik kelurga Santoso. Sebenarnya aku menyukai si kakak alias kak Rey. Ia sering mengajakku bercanda dan menjemputku dari sekolah. Entahlah aku tak tahu kapan hal itu terjadi yang jelas saat aku ingat aku menyukainya. Walau ia berusia 4 tahun lebih tua tapi tak menggapku anak-anak. Hehe banyak hal lah yang bisa aku ceritain tentang dia jadi mending cukup disini aja. Yang jelas aku suka eh tidak aku cinta dia. Aduh jadi malu sendiri.

Pada aku umur 12 tahun kak Rey memberiku hadia sebuah pajangan dari keramik. Pajangan itu berbentuk patung seorang anak cewe dan cowo. Si cowo mencium dahi anak cewe. Apakah perasaab kak Rey seperti itu kepadaku? Kyaaa aku terlalu banyak berhayal.

Yah hubunganku dengan kak Rey baik-baik saja walau dari lingkungan SMP terdengar bahwa kak Rey sering ditembak cewe tapi ditolaknya. Haha hal itu membuatku semakin melayang. Apakah karena ada aku di hatinya? Astaga aku malu sendiri lagi dari pernyataan yang aku keluarkan. Oke semua hal baik itu berakhir ketika secara tak sengaja kak Rey menjatuhkan pajangan hadiahnya itu. Dan parahnya lagi dia gak sadar kalo itu pemberiannya dan bilang barang murah. Sebal rasanya. Kalo sekarang dipikir kenapa aku begitu kekanakan ya waktu itu. Harusnya aku gak semarah itu ya.

Oke nasi sudah menjadi bubur hal itu sudah berlalu. Dan memang saat itu aku kesalnya bukan main jadi terpaksa aku mendiamkan dia yang sangat tak peka. Entah sejak kapan akhirnya ia menyerah untuk mengajakku bicara dan aku juga jadi canggung untuk mengajaknya berbicara lagi. Pernah suatu ketika aku memberanikan diri menyapanya ia hanya menjawab "ya" dengan wajah cuek dan sangat-sangat tak enak. Sejak itu akupun tak lagi menyapanya.

Begitu ia lulus SMA, tiba-tiba ia menghilang dan bahkan ketika aku tanya pada adiknya pun tak tahu. Yah mungkin ini saatnya aku harus mengucapkan selamat tinggal sama cinta pertamaku.

Tepat setelah aku mengikuti UN SMA, aku mendapat kabar dari orangtuaku bahwa aku akan dijodohkan dengan keluarga Santoso. Yah walau aku tahu aku akan dijodohkan tapi aku tak menyangka bahwa ternyata dengan keluarga Santoso. Hmm mungkin Leo bukan pasangan yang buruk. Mungkin memang ia lebih muda 3 tahun dariku tapi ia cukup baik dan menghiburku ketika aku sedih saat bertengkar dengan kak Rey. Sudahlah aku tak perlu terlalu memikirkan.

Hari ini adalah pertemuan dengan calon tunanganku ini. Memang formalitas sih toh aku sudah sering ngobrol dengan Leo. Tak kusangka secepat ini. Kukira menunggu Leo sampai lulus SMA. Hmm mungkin pertunangan dulu kali ya.

------------

Aku tertunduk diam dengan duduk di depan meja. Tak lama sebelumnya papi dan mamiku dan keluarga Santoso ada disini di sampingku. Tapi untuk privasi mereka akhirnya orangtuanya dan orangtuaku pergi mengambil meja yang agak jauh dari sini.

Pikiranku melayang harusnya aku tak seperti ini. Harusnya saat ini adalah waktunya bercanda dengan Leo dan berbicara seperti biasanya. Bukannya terdiam canggung seperti ini. Kenapa yang duduk di depanku bukan Leo tapi Kak Rey.

"Ehem" deham kak Rey.

Dehamannya serontak membuatku menatap dia. Sudah sekitar 4 tahun lebih aku tak melihatnya. Sekarang ia jadi semakin manly. Wajahnya juga terlihat lebih dewasa. Tapi tatapan enggannya masih ada di matanya.

Entah susah untuk diungkapkan perasaanku ini. Antara bahagia ternyata orang yang dijodohkan denganku Kak Rey dan segan berbicara dengannya. Tapi tatapan enggannya yang membuatku putus asa. Kenapa? Apakah kau mau membatalkan pertungan ini? Apakah kau kecewa bahwa aku yang jadi tunangannya? Pikiranku pecah saat ia mengatakan kalimat selanjutnya.

"Ayo kita buat perjanjian"

Aku menatapnya dengan mengerutkan dahi.

"Yah aku sangat paham dengan hubungan kita dan tak seharusnya kita melakukan pertunangan ini."

Tepat seperti aku duga. Ia tak akan menyukai situasi ini.

"Tapi jika kita batalkan pertungan ini hubungan kelurga kita akan pecah. Apalagi pecahnya hubungan ini akan berakibat buruk bagi keluargamu kan?! Apa kamu mau mengakhiri pertunangan ini?"

Aku hanya menggeleng. Memang jika batal posisi papiku yang lebih buruk dibanding papanya karena kekayaannya lebih dari papiku. Tapi alasan terbesarku tak mau membatalkan adalah karena aku suka dia.

"Karena itu ayo kita buat perjanjian agar hubungan keluarga kita tetap baik dan tidak mengganggu kita masing-masing"

"Apa?" Tanyaku tak mengerti.

"Yah setelah kita menikah jangan pernah mengganggu masing-masing privasi kita. Jadi jika seandainya kamu suka sama seseorang aku tak akan keberatan kamu pacaran dengannya. Begitu pula dengan kamu tak perlu menganggu privasiku. Hanya di depan kelurgaku dan keluargamu kita bersikap seperti layaknya suami istri tapi di belakang itu kita bebas melakukan sesuatu. Bagaimana? Dengan perjanjian ini pernikahan ini bukan menjadi suatu beban untuk kita kan?"

Perkataannya seperti petir yang menyambarku di siang bolong padahal ini sudah malam. Tapi sebagai orang yang membenci pasangan perjodohannya mungkin ini adalah hal yang terpikirkan agar tetap dapat hidup dari pernikahan ini. Karena itu aku tahu betapa bencinya ia padaku. Tapi aku juga tak mau pertunangan ini batal. Jadi hanya anggukan setuju yang bisa aku berikan atas perjanjian itu.

----------

Tak lama setelah aku lulus SMA, pernikahanku dengan Rey sudah diputuskan. Dihadapan semua orang ia memeluk dan menciumku dengan mesra. Bahagia rasanya membayangkan bahwa ini adalah nyata. Tapi saat orang banyak tak melihat ia segera melepaskanku. Di saat itu aku sadar bahwa semua ini hanyalah kebohongan. Tapi aku akan menjadikannya kenyataan dengan membuatnya benar-benar mencintaiku. Pikiran naifku saat itu.

Saat aku bangun pagi pada malam pertamaku, aku tak melihat Rey di sampingku. Aku merasa semalam ia ada di sampingku setelah papi mami dan papa mama pergi. Tapi kenapa sekarang tak ada?

Aku segera mengecek ke kamar mandi dan itu tak ada orang. Segera aku keluar kamar hotelku berfikir ia sedang sarapan di restauran hotel. Saat aku mengelurkan kepalaku dari pintu kamar, aku melihat Rey keluar dari kamar lain sekitar 2 kamar dari tempatku. Tak lama setelah ia keluar diikuti oleh wanita lain keluar dari kamar itu.

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang