12. Keluarga Santoso

116 6 0
                                    

Santoso grup adalah sebuah perusahaan yang memiliki 15 anak perusahaan. Perusahaan ini bergerak di bidang makanan, pariwisata dan perbankan. Andalan utama Santoso grup adalah pariwisata. Setidaknya ia memiliki hotel, mall, taman bermain yang sudah memiliki cabang di seluruh Indonesia terutama Bali.

Pada genarasi sekarang. Kelurga Santoso memiliki 2 anak laki-laki yang pintar dan tampan. Anak sulung dari dulu tidak suka dikekang dan sering bolos. Sedangkan anak bungsu lebih patuh. Selisih keduanya adalah 7 tahun.

"Kak. Mau kemana?" Tanya si bungsu saat dijalan masuk gerbang sekolahnya.

"Aku mau pergi sama temen dulu ya" tangannya melepas gandengan adiknya.

"Tapi aku jadi sendiri dong kak?"

"Dengar Leo sekarang kamu sudah masuk SD. Sebagai seorang laki-laki kamu tuh harus berani sendiri. Leo anak laki-laki kan?"

Si bungsu mengangguk.

"Ayo sana masuk sendiri ya!" Segera ia berlalu.

Si bungsu menatap kakaknya bertemu dengan temannya yang terlihat seram. Merokok, berdindik, seragam tak rapi. "Apakah jika aku dewasa akan berteman dengan orang seperti itu ya?" Katanya dalam hati.
---------
"Rey!! Rey!!" Teriak ayahnya dari luar secara menggelegar. Teriakannya menyebabkan si sulung dan si bungsu yang sedang asik bermain PS kaget.

Pintu kamar mereka terbuka dengan paksa. "Apa maksudnya ini Rey?" Ayahnya sudah di depan kamar sambil membawa surat pemanggilan orang tua dari sekolah.

"Surat pemanggilan" jawabnya enteng.

Terlihat wajah ayahnya memerah. "Kamu mau mempermalukan papa dengan melakukan ini hah?!"

Si sulung terlihat cuek dan menambah kepitaman ayahnya. Segera ayahnya menariknya keluar.

Si bungsu yang melihat kakaknya yang terlihat begitu bebas membuatnya kagum.

"Leo, kamu jangan tiru kakakmu ya!" Wanti ibunya putus asa melihat anaknya.

Si bungsu hanya mengangguk.

---------

Setahun kemudian si bungsu sedang asik menanam bunga di kebunnya. Ia menggali tanah yang tak cukup dalam sehingga bunga yang ia tanam tak bisa berdiri. Ia mencoba membuat berdiri bunganya dengan tangannya tapi ketika tangannya dilepas kemudian bunga itu jatuh lagi.

"Kamu galinya kurang dalam."

Suara itu membuat si bungsu menoleh ke sumber suara. Ia meliah seorang anak perempuan berambut panjang yang diikat setengah dengan dress simple perwarna putih.

Anak itu segera mengambil sekop si bungsu dan menggalinya lagi.

"Ah" komentar si bungsu tak mau bunganya digali lagi.

"Kalo kamu mau bunga ini tumbuh kamu harus melakukan ini dulu. Galian untuk bungamu kurang dalam jadi bunganya gak bisa berdiri dan kalo gak bisa berdiri lama-lama bakal mati lho. Kamu mau bunga ini mati?"

Si bungsu hanya menggeleng.

Anak itu menggali dan mengeluarkan bunganya. Kemudian menggali tanahnya lebih dalam dan kemudian mengembalikan bunga itu dan segera mengubur akar bunga itu dengan tanah. Setelah terkurbur dengan sempurna ia melepaskan pegangannya pada bunga dan bunga itu tetap berdiri.

"Wah.. iya" kagum si bungsu.

"Hehe. Nama kamu siapa? Kenalin aku Phinelia kelas 5 SD."

"Aku Leo. Kelas 2 SD. Kok kamu bisa ke sini?"

"Papiku lagi ada urusan di sini." Ia menunjuk seseorang yang berbicara dengan ayah si bungsu. "Takut aku mengganggu, jadinya aku disuruh jalan-jalan sendiri eh ketemu kamu"

"Oh gitu"

"Iya.. kan bosen kalo sendirian. Kamu lagi apa mau aku bantu lagi?"

Si bungsu menunjuk tumpukan bunga dibelakangnya.

"Kamu mau menanam itu semua?"

Si bungsu mengangguk.

"Oke ayo kita lakukan."

----------

Setelah pertemuan itu, anak perempuan itu sering datang ke rumah mereka ketika para ayah sedang membicarakan bisnis. Berbeda dengan si bungsu, si sulung malah lebih cepat akrab dengan anak perempuan itu. Seringkali si sulung bercanda dengan anak perempuan itu sedangkan si bungsu hanya diam menatap kakaknya. Kedekatan mereka itu menyebabkan tak jarang si sulung dan si bungsu bermain ke rumah anak perempuan itu.

Hingga saat anak perempuan itu kelas 2 SMP, suatu ketika mereka sedang bermain di kamar anak perempuan itu.

Praaakkk. Si sulung tak sengaja menjatuhkan sebuah pajangan keramik dari kamar anak perempuan itu.

"Kak Rey. Kok dijatuhkan sih" katanya dengan berkaca-kaca.

"Ah maaf. Udahlah gak usah nangis barang kaya gini juga bisa aku beliin lagi" katanya enteng.

"Barang itu gak bisa digantiin tau!"

"Hah? Barang murahan gini..."

"Aku benci kak Rey!" Katanya pergi keluar.

"Bodoh!" Celetuk si bungsu sebelum mengejar anak perempuan itu.

Si sulung tak mengerti kenapa ia bisa nangis semudah itu. Dia juga tak tahu barang apa yang sudah ia jatuhkan. Tapi si bungsu tahu barang itu adalah hadiah ulang tahun si sulung kepada anak perempuan itu sekitar beberapa tahun lalu. Si bungsu juga tahu betapa anak perempuan itu begitu menyayangi dan merawat benda itu. Ia menganggapnya benda berharga. Dan lebih parahnya lagi, orang yang bersangkutan bahkan tak sadar akan hal itu.

Hari berikutnya anak perempuan itu masih marah dengan si sulung karena ia tak peka dengan kesalahannya.

Lama kelamaan hal itu menjadi biasa dan si sulung pun tak mencoba untuk menghubungi anak itu lagi. Sedangkan anak itu terlalu gengsi untuk sekedar menyapa si sulung.

Tepat setelah si sulung lulus SMA, ia menghilang. Entah dia kuliah dimana, atau langsunh bekerja yang jelas si sulung sudah tidak ada di rumah lagi. Si bungsu tak tahu keberadaan kakaknya dan mencoba bertanya dengan ayahnya.

"Pa. Kakak kemana?"

Sang ayah yang duduk di belakang meja kerjanya dan sedang membaca beberapa laporan terhenti dan menatap si bungsu. "Sudah kamu gak usah mikirin hal itu. Lebih baik kamu berusaha menjadi lebih baik agar papa tidak malu menjadi besan keluarga Sanjaya." (Keluarga Sanjaya adalah keluarga Phinelia).

Pewaris keluarga memang tak dapat memilih pasangan hidupnya karena pasti akan dinikahkan dengan keluarga yang pasti akan menguntungkan dengan keluarganya. Perasaan gembira muncul di dalam diri si bungsu. Ia mencoba menjadi yang terbaik agar tidak mempermalukan ayah dan calon mertuanya.

--------

"Leo. Kudengar katanya keluargamu melamar keluargaku ya?" Tanya anak perempuan itu setelah ia selesai mengerjalan UN SMA hari terakhir dan dijemput oleh si bungsu dengan motornya.

"Hah? Oh ya? Aku gak pernah dengar." Padalah ia sudah tahu bahwa keluarga mereka akan menjadi besan.

"Hmm baguslah kalo begitu. Aku udah tahu kalo pernikahanku pasti akan dijodohkan. Tapi untung jodohnya adalah orang yang aku kenal sehingga tak perlu was-was dan curiga kalo begini"

Leo hanya terdiam.

"Berarti pernikahannya setelah kamu lulus SMA dong ya?? Hmm sekitar 3 tahun lagi."

"Sudahlah jangan bicara hal seperti itu. Tabu tau"

Si bungsu tahu bahwa orang yang sebenarnya ingin melamarnya adalah kakaknya.

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang