9. Kenyataan

102 9 2
                                    

Carlita berkeliling melihat buku, dari komik, cerita bergambar hingga buku masak. Sudah sekitar setengah jam berlalu dari ia berpisah dari Leo. Wajah Leo terlihat seram, bahkan Carlita belum pernah melihat ekspresi Leo seperti itu sebelumnya.

Ada apa dengan dia? Kenapa dia begitu? Tadi itu benar benar Phinelia kan? Atau salah lihat ya?

Drrr drrrr

Getaran HPnya memecah lamunannya.

"Sorry banget Car lo pulang sendiri aja ya.
Jangan marah besok gue traktir steak deh.
Kalo gak lu mw makan apa ato mw minta apa gue kasih tapi hari ini gue gak bisa anter pulang."

Segera ia mematikan HPnya dan memasukan ke tasnya. Padahal siapa yang ngajakin dia jalan? Trus siapa juga yang nyuruh dia pulang sendirian? Ada apa sih dengan tuh anak.

Akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja karena semakin lama di sana semakin kesel bawaannya.
Ia berjalan keluar mall dan tak sengaja melewati booth makanan jepang yang ditinggalkan oleh Leo.

Carlita melirik ke dalam dan benar Leo dan Phinelia masih ada di situ. Phinelia terlihat mengusap air matanya dan Leo terdiam menatap Phinelia penuh perhatian. Ia teringat film Korea yang sempat membuatnya benar-benar ingin punya pacar yaitu tatapan mata penuh perhatian pria untuknya. Siapa juga yang gak bakal leleh jika ditatap seperti itu.

Ia segera memutuskan untuk berlalu. Kenapa ia tidak bisa mendapatkan hal itu? Ia hanya ingin pria yang perhatian dengannya dan mengerti tentang dia. Apakah sesulit itu menemukan pria yang seperti itu?

Ia berjalan tak semangat menuju pintu keluar hingga tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Carlita"

Ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara. Matanya berputar mencari sumber suara dan berhenti pada sesosok yang ia kenal.

"Rey?" Jawabnya tak yakin. Ia melihat Rey sepertinya dari sebuah booth yang menjual baju formal dan membawa bungkusan dari booth tersebut. "Ngapain kesini?" Tanyanya mendekati Rey dan Rey mendekati Carlita.

"Aku tadi abis bertemu sama client, trus ya sekalian deh. Hehe. Kamu sendiri sedang apa?"

"Yah tadi ada temen yang katanya lagi bete di rumah minta temenin. Tapi yaahhh akhirnya aku ditinggalin karena ada hal lain." Jelasnya kesal.

"Wah wah.. ya udah bareng aku yuk pulangnya."

Hmm? Wah beruntung nih. Ah biarin aja tuh si Leo gak tau diuntung.

Carlita mengangguk.

Mungkin ini ya yang namanya hikmah dibalik kesialan. Mood Carlita langsung naik dan tak memperdulikan Leo. Buat apa peduli sama dia toh dianya juga peduli kan?
------------------
Besoknya Carlita berangkat ke sekolah lebih awal. Ia malas jika harus bertemu Leo lagi. Di sekolah pun Carlita seolah menghindari Leo tapi Leo seolah tak peduli akan hal itu. Carlita mengingat kejadian saat Leo selalu mencoba mendekatinya walau ia mencoba menghindar agar terlihat seperti pacaran. Yah mungkin dia memiliki masalah yang kompleks hingga cuekin Carlita. Cobanya menghibur diri.

Pulangnya ia kembali ke cafe depan hotel untuk melihat diam-diam Rey. Ia memesan makanan dan seperti biasa diam sambil memainkan sedotan minumannya.

Karena ia datang sendiri, tak banyak yang bisa ia lakukan sehingga lebih banyak ia mendengarkan percakapan pengunjung lain yang menarik.

"Eh lo tau gak tadi gue disapa sama pak Rey!"

Rey? Apakah itu Reynald Jonathan Santoso? Karena terlalu tertarik siapa yang dibicarakan, Carlita mencoba mendengarkan percakapannya lagi.

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang