16. Taman Bermain

77 6 0
                                    

Leo dan Carlita sudah merencanakan sebuah misi. Untuk memancing perasaan Rey, Carlita berencana untuk mengajak Rey pergi ke taman bermain dan tak sengaja melihat Phinelia yang berjalan dengan Leo.

"Hmm untung ya hari ini carah." Sahut Carlita.

"Iya. Kamu mau naik apa nih? Gak ku sangka kamu suka taman bermain"

"Iya aku suka hehe... mungkin yang pertama gimana kalo naik roller coster?"

"Boleh"

Mereka berjalan dan tak jauh dari situ terlihat Phinelia. Serontak membuat Rey terdiam.

"Ada apa?" Tanya Carlita melihat ke sekitar. Ia melihat Phinelia dan Leo tapi tetap melewati pandangannya. Tak disangka rencana mereka bisa berjalan secepat ini. "Kenapa? Tidak ada apa-apa kan?"

"Ah maaf seperti aku tiba-tiba terasa pusing. Aku mau duduk sebentar"

"Hmm bagaimana kalo aku beli minuman dulu"

"Iya ide bagus. Tolong ya!"

Carlita berlalu tapi saat sudah tertutup oleh orang-orang, ia melihat Rey yanh langsung bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah Phinelia. Segera Carlita mengikuti dari belakang.

Carlita memperhatikan wajah sedih Rey terlihat saat melihat Phinelia tertawa lepas dengan Leo. Dugaannya tak salah. Lalu kenapa Rey melakukan hal jahat ini? Bagaimana cara membongkar perasaan Rey?

Carlita tersenyum dan sepertinya ia memiliki ide.

"Rey.. katanya kamu sakit kok malah jalan-jalan?"

Rey tersentak melihat Carlita di belakangnya.

"Ada apa? Apa yang kamu liat?" Carlita memperhatikan arah pandang Rey. "Ah... aku tahu... PHINELIA!" Serunya sambil melambaikan tangan.

"Hei apa yang... kamu kenal Phinelia?"

-------------------

Carlita, Leo, Phinelia dan Rey duduk di sebuah bangku dengan meja melingkar. Suasanan hanya diam membisu.

"Ehem.." pecah Carlita pada keheningan.

Semua orang menoleh ke Carlita dan termasuk Leo.

"Apa? Selanjutnya apa? Ini tidak ada di misi kita!" Tanya Leo dengan isyarat bibir tanpa suara.

Seolah tak mendengarkan Leo, Carlita berbicara. "Oke bisa tolong dijelaskan apa maksudnya ini?"

"Hei gue yang seharusnya minta penjelasan!" Lontar Leo.

"Leo tolong jangan berisik deh. Oke akan aku jelaskan dulu. Pertama-tama Rey bilang sakit tapi ternyata malah mengikuti Phinelia. Jadi maksudnya apa?"

"Kamu ngikutin aku?" Tanya Phinelia tak percaya.

Rey membuang mukanya.

"Rey! Kamu ngikutin aku? Kenapa?" Desak Phinelia lagi.

"Yaaa benar aku ngikutin kamu! Kenapa ya karena aku ingin tahu yang kamu lakukan. Karena aku suka kamu. Terserah kamu mau tambah membenciku atau apa!" Katanya keras.

"Benci? Kenapa?"

"Aku.. aku seharusnya tidak mengganggu privasimu agar kamu tetap di sisiku. Walau kamu tak menyukaiku tapi aku tetap bertahan agar kamu tetap di sisiku. Apapun itu! Walau harus menyangkal perasaanku aku akan bertahan!" Rey terdiam sejenak, "jadi aku tak akan terima surat cerai! Walau kau merasa risih dengan aku yang suka padamu!" Katanya lalu berdiri dan hendak berlalu.

Tangan Rey ditahan Phinelia. "Aku... aku yang selama ini bertahan walau kau benci padaku Rey!"

Mata Rey membesar dan menatap Phinelia. "Kenapa?"

"Kau bermain dengan banyak wanita bahkan di malam pertama kita. Aku bertahan membunuh rasa cemburuku agar kamu... tak pergi dariku"

Mata Rey membesar. Carlita menarik Leo pergi walau awalnya Leo tak mau pergi dan ingin menyaksikan semua ini.

"Bukankah... bukankah kamu membenciku setelah aku memecahkan barangmu dulu? Karena itu aku harus terlihat seolah tak mencintaimu agar kau tak risih padaku..."

Phinelia menggeleng. Matanya sudah berkaca-kaca. "Kamu tahu? Benda apa yang kamu jatuhkan dulu?"

Rey menggeleng.

"Itu adalah hadiah pertama yang kamu berikan di hari ulang tahunku. Aku kesel sama kamu yang bahkan tak sadar dengan benda itu! Aku sudah menjaganya dengan baik tau!"

"Jadi.. selama ini.. kamu tak keberatan menikah denganku?"

Phinelia tersenyum. "Tentu saja"

----------------

Akhirnya mereka saling menceritakan perasaannya masing-masing.

Rey terluka karena dibenci oleh Phinelia. Ia mencoba meminta maaf dengan Phinelia tapi amarah Phinelia tak kunjung padam. Rey yang takut dibenci lebih dalam oleh Phinelia memutuskan untuk tidak mengajaknya komunikasi. Ia hanya bisa melihat Phinelia yang tertawa dengan adiknya.

Karena tak tahan dengan keadaan akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di Autralia jurusan matematika tanpa persetujuan ayahnya (ayahnya ingin ia masuk jurusan ekonomi atau bisnis). Ia lulus dengan waktu 3 tahun dan tidak langsung pulang karena tak tahan melihat Phinelia dengan Leo tapi langsung bekerja di sana. Hingga suatu ketika ia dapat telpon dari ayahnya.

"Rey. Kamu benar-benar tak mau mewarisi perusahaan papa?"

"Papa aku udah bilang..."

"Papa mau berhubungan baik dengan keluarga Sanjaya. Papa ingin memberikan kepastian pada keluarga Sanjaya siapa yang papa jodohkan dengan anaknya jika kamu benar-benar...."

"Aku mau pa."

"Apa maksudmu?"

"Aku mau mewarisi perusahaan papa!"

Saat pertemuan Rey berfikir positif dengan berfikir Phinelia sudah lupa masalah dulu. Tapi tanpa disangka Phinelia menunduk murung di depannya. Apakah Phinelia kecewa karena bukan Leo yang dijodohkan dengan Phinelia melainkan dengan dirinya?

Bagaimana ini? Rey harus memikirkan cara agar Phinelia tak menolak pertunangan ini? Apa? Sebaiknya memikirkan cara agar dirinya tidak terlihat mencintai Phinelia agar Phinelia tidak risih. Ya benar hanya itu satu-satunya cara.

Malam pertama pun Rey tak bisa tidur menatap wanita yang dicintainya tidur di sampingnya. Dengan perasaan gelisah ia kelur kamar.

"Rey! Apa kabar!" Seru seseorang bule saat melewati koridor hotel.

"Tom! What are you doing here?"

"I have some bussiness at Jakarta." Ia menatap Rey. "What's happen?"

"Just little problem"

"Tell me what your problem. It's not like you, bro"

Akhirnya Rey masuk ke kamar Tom yang letaknya 2 kamar dari kamarnya. Ternyata di kamar Tom sudah ada istrinya. Mereka tidak tidur sepanjang malam dan hanya berbicara dan bermain kartu. Paginya Rey ingin sarapan dan diikuti istri Tom yang ingin membeli minuman.

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang