11. Selanjutnya Apa?

83 8 0
                                    

Carlita menangis di dalam kamarnya pelan. Ia tak mau keluarganya menyadari ia menangis.

Tiba-tiba ia menyadari sesuatu dan segera mencari sesuatu dari kumpulan bukunya. Setelah mencari cukup lama ia menemukan sebuah kertas yang berisi nama-nama siswa di kelasnya yang pernah dibuat oleh ketua kelas. Di situ terdapat nama lengkap, tanggal lahir dan nomor hp. Pada nomor 10 terdapat nama Leandro Jonathan Santoso. Air mata Carlita meluncur keluar. Mengapa ia bisa tak sadar padahal begitu jelas.

Kenapa hidupnya begitu menyedihkan hingga ia harus jadi seperti ini. Apa salahnya? Seingatnya, dia tak pernah melukai orang lain. Tapi kenapa kisahnya selalu berakhir menyedihkan. Jangankan lelaki yang punya pacar, tapi ini lelaki yang sudah beristri.

Pikirannya melayang mengingat Phinelia. Ya.. dia adalah teman perempuan pertamanya. Di saat teman lainnya iri dan membencinya, hanya Phinelia yang mau menyapanya ramah. Di saat teman lainnya menatapnya sinis, hanya Phinelia yang mendekatinya. Di saat teman lainnya tak mau berbicara dengannya, hanya Phinelia yang bersedia curhat dengannya. Tapi mengapa Ia bisa begitu tega melakukan ini pada Phinelia.

Pikirannya melayang mengingat curhatan Phinelia tentang suami yang Ia cintai walaun Ia tak dicintainya. Air matanya mengalir lagi. Entahlah untuk sekarang sepertinya Ia tak punya muka untuk bertemu dengan Phinelia dan keluarganya. Termasuk Leo.

--------------

Paginya Carlita keluar rumah pukul 6.15. Itu adalah waktu yang biasa digunakannya untuk menghindari Leo.

"Ma.. aku pergi ya.." teriaknya ke arah dalam rumah.

Saat ia menoleh keluar rumah ia terhentak dan berhenti, menatap Leo berdiri di depan rumahnya.

"Hai" sapanya.

Kenapa orang yang tak ingin untuk ditemui malah ada di depannya. Biasanya jam segini orang ini masih belum datang. Ah siap. Ia pernah datang jam 5 pagi.

Carlita berjalan keluar pelan dan berusaha seolah-olah tak melihat Leo dan berlalu.

Segera Leo menarik tangan Carlita, "Jahatnya lo diemin gue!"

"Ah Leo... gue...."

"Baru liat gue gitu? Udahlah gak usah banyak alasan. Ayo"

Carlita dipaksa masuk ke mobil Leo.

Carlita terdiam dengan menyandarkan kepalanya pada kaca mobil. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan.

"Gue gak nyangka ternyata lo kenal kakak gue" Celetuk Leo.

"Gue juga tak nyangka" gumamnya.

"Ketemunya dimana?"

"Di hotel Fatamorgana waktu lo ajak gue"

Leo mengerutkan alis, "Berarti gue jembatannya dong ya?"

Carlita terdiam.

"Yah memang sih sebagian besar gue ikut andil dari masalah ini. Karena tanpa ada lo atau ada lo semuanya memang sudah seperti ini. Apalagi gue gak pernah cerita sehingga lo gak tau" Lanjutnya. "Oh ya gue kan ada janji buat traktir lo nih, nanti gue mau tepatin janji gue"

"Gak ah. Gue gak nafsu."

"Jangan gitu dong Car. Karena lo sudah kena basah juga akan gue ceritakan semuanya ke elo."

Carlita segera menatap Leo yang sedang memandang lurus ke depan.

"Semuanya. Ya tentang gue dan kakak gue, kakak gue dan Phinelia serta gue dan Phinelia. Yah mungkin lo bakal risih atau gimana cuma karena gue udah membuat lo terlibat dan hanya lo satu-satunya yang gak tahu bukannya itu gak adil?"

I am notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang