Part 25

654 80 0
                                    

Hal yang paling sulit menurut Taehyung adalah mendapatkan kepercayaan lagi dari calon mertua alias Jeon Yunho.

Susah sekali. Diberi senyum malah diketusi, tak diberi senyum malah mengatai. Sebenarnya tentara itu inginnya apa, sih?

Taehyung selalu menyabari diri sendiri, kareni inipun terjadi lagi memang murni salahnya, tak akan keberatan jika harus bersimpuh lagi di kaki lelaki itu sampai restu kembali didapat.

"Selamat malam." Taehyung menyapa lelaki yang tengah bersantai di belakang rumah (yang terdapat kebun dengan banyak jenis bunga), katanya Mama Jaejoong dan Jungkook suka berkebun maka dari itu taman ini dibuat secantik dan senyaman mungkin.

Tak ada jawaban, Papa Yunho malah mendengus mendengar lontaran Taehyung yang kelewat santai, percayalah pria Kim tidak merasa tenang sedikitpun jika sudah berhadapan dengan Ayah dari si kekasih tercinta.

Tapi daripadaa canggung, Taehyung ikut mendudukkan diri di sebelah pria itu yang masih asik minum kopi sembari menggosok salah satu senjatanya dengan lap khusus, pria Kim menatap nyalang senjata laras panjang itu, seramnya bukan main. Tampak berkilat dan berbahaya, tapi pria paruh baya tersebut tampak kalem membersihkan senjata itu sembari bersandar pada kursi.

"Mau apa?" tanya Papa Yunho, tentu dengan nada ketus juga wajah kecut, matanya bahkan tak beralih dari senapan angin yang masih dibersihkan menggunakan lap khusus se-pelan mungkin.

"Mau minta izin bawa Jungkook malam ini, janji tak melebihi jam sebelas," ucap Taehyung dalam satu tarikan napas, kalau tak begitu bisa dipastikan si Guru muda akan tergagap-gagap tak keruan, jelas harus dihindari.

"Kemana?" Mata itu memicing memandang Taehyung dengan tatapan curiga dan tajam, menghunus tepat pada jiwa hingga pria Kim meneguk ludah dengan kasar.

"Jalan-jalan sambil jajan di daerah Hongdae." Taehyung memberitahu rencana kencan, Papa Yunho menghentikan acaranya dari membersihkan senapan.

Menodongkan senjata itu tepat di pangkal hidung dan Taehyung tercekat begitu saja kala dirinya diambang hidup dan mati begini.

"Awas saja kalau melebihi jam malam, kupastikan kepalamu pecah!" ancam sosok itu, tampak tak main-main.

Pun Taehyung angguk kecil sebagai tanggapan, mencoba tenang walau disergap rasa takut, lidahnya kelu untuk berucap hingga Papa Yunho memberi gestur untuk segera pergi. Si Guru muda akhirnya kembali ke dalam rumah dan mendapati Jungkook sudah teramat siap dengan pakaian manisnya.










"Ingin mochi!"

Baru saja injak kaki ke tanah Jungkook langsung menariknya ke salah satu penjual jajanan manis itu, memesan tiga tanpa persetujuan Taehyung terlebih dahulu.

"Woo Daebak, mochi-nya enak dan kenyal," puji Jungkook di sela-sela sibuk mengunyah, matanya terpejam merasakan sensasi lembut, kenyal dan menyenangkan itu dalam mulut.

"Lho, saya gak dibagi?" Tanya Taehyung setelah membayar makanan si gigi kelinci.

"Buka mulutnya!" pria Kim turuti, karena semua perintah Jungkook adalah mutlak untuk dilaksanakan kecuali bila pemuda itu ingin memutuskan hubungan, maka Taehyung tak akan membiarkan hal tersebut.

Kenyal pada bibir Jungkook yang memindahkan potongan mochi ke dalam mulut Taehyung buat getar dalam dada semakin menjadi. Tak pernah sangka memakan satu gigit mochi bisa se-intens ini, dan makanan itu kalah kenyal dari  ranum si gigi kelinci yang kini selesai menyuapi Taehyung dari mulut ke mulut.

"Mau beli mochi lagi gak?" tanya pria Kim dengan kerjapan semangat, Jungkook memandang heran, biasanya kalau ajak jalan-jalan Taehyung selalu membatasi apa yang dimakan si kekasih, tumben malam ini menawarkan lebih.

"Aku udah abis tiga, Tae. Yakin mau belikan lagi?" Tanya Jungkook memastikan, tapi nyatanya ekspektasi jauh dari realita, Taehyung malah angguk cepat.

Maka Jungkook tak dapat menolak, kepala mengangguk kecil sebagai tanda setuju untuk menambah satu mochi, pria Kim segera pesan tanpa banyak protes.

Setelah pesanan selesai dikemas dan Taehyung membayar semuanya maka pria Kim ajak Jungkook sedikit pojok. Di sana agak sepi dan ada tempat duduk, perlu diketahui sedari tadi mereka berdiri di tengah temaram dengan banyak pengunjung di sisi kiri dan kanan.

Bagaimanapun Taehyung itu masih tetap laki-laki dengan aura dominasi tinggi, ketika Jungkook mengunyah pelan mochi dengan khidmat, maka dengan sigap Taehyung mendekatkan wajah dan memagut bibir si gigi kelinci yang mulutnya masih penuh makanan khas Jepang tersebut.

Lidah Taehyung menyelinap masuk ke dalam rongga yang terasa manis, memindahkan makanan tersebut ke dalam mulutnya, setelah itu melepas pagutan dan mengunyah hasil curiannya dengan dengan pandangan sarat akan nafsu yang membungbung tinggi.

Jungkook merona atas kejadian tadi, kepalanya menunduk dengan telinga merah. Malu sekali saat Taehyung yang memulai duluan, padahal biasanya si gigi kelinci yang mulai dengan segala keagresifan.

Terlampau paham keinginan si kekasih apalagi kini Taehyung mengusap paha dengan mulut meniup daun telinga Jungkook yang masih kemerahan. Deru napas yang berat buat si gigi kelinci merinding, Taehyung begitu menggebu, apa segitu menginginkannya? Wajar sih, semenjak satu bulan lalu mereka tak melakukannya lagi.

Tangan dengan jari-jari panjang itu mengusapi paha Jungkook yang terbalut celana warna abu, kelewat sensual hingga lenguhan si gigi kelinci terdengar tak berdaya.

"Nghh."

Bibir Taehyung masih asik berada pada daun telinga, sesekali menggigit dan mencium hingga Jungkook menggeliat tak nyaman atas kelakuan si kekasih, tangan Jungkook terkepal erat dengan mata terpejam, mencoba menahan suara atau pengunjung lain akan menatap mereka.

"Jung."

Suara berat dengan embusan napas panas buat Jungkook meremang, tak ayal menyahuti saat Taehyung mulai melumati bibir, benar-benar kasar dan berantakan.

Taehyung benar-benar tak bersikap lembut, begitu membara dan Jungkook kewalahan. Tak seperti biasanya yang selalu minta izin, kali ini pria Kim begitu menantang dengan tangan tak henti menguasai paha dalam milik kekasihnya.

Melepas tautan kala saliva mulai mengalir dari sudut bibir hingga rahang, bentangan benang itu memberitahu kalau Taehyung memang rindu si kekasih.

Bibirnya turun ke leher pun ...

matanya tak sengaja lihat jam tangan.

Astaga, hampir jam sebelas!

Taehyung menjauhkan wajahnya dengan segera dan membenahi Jungkook yang tampak berantakan dengan napas tersengal.

"Ayo pulang," ajak Taehyung setengah berbisik dengan suara berat, tanda masih diliputi nafsu, Jungkook merenyit tak suka.

"Kenapa gak diterusin? Atau mau ke apartemen aja?" Bukan tanpa sebab Jungkook menawarkan itu, dilihat dari sisi manapun bahwa Taehyung amat tersiksa dengan hormonnya yang melonjak, apalagi setelah lihat celana pria Kim itu yang besar dan menggembung.

Taehyung menggeleng pelan, terlihat pasrah, segera beranjak dari kursi dan sedikit menurunkan tubuh, mengalungkan lengan Jungkook pada lehernya, diangkat dan digendong seperti biasa.

Bukan Taehyung tega, atau tiba-tiba tak selera. Ketika lihat jam tangannya, pria Kim jadi ingat senapan yang sempat ditodongkan pada kepala. Makanya cepat-cepat melupakan kepemilikan yang berdenyut tak nyaman, menolak Jungkook yang ingin menginap.

Semata-mata tak mau kepalanya kena pertunjukan enak Papa Yunho yang masih murka sebab sudah lancang menyakiti hati anaknya.

Sabar manis, saya sedang coba yakinkan lagi ayahmu——batin Taehyung berujar sendu.







Tbc

Seperempat NC ngehehe 😂

Sweety DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang