Part 11

680 90 2
                                    

Masih terserang gelisah, tapi Taehyung memaksakan kakinya untuk masuk ke dalam rumah dengan tingkat dua itu, beberapa kali mengembuskan napas gusar dan benar apa yang dikhawatirkan sudah terduduk manis di atas sofa putih gading.

Tapi sudah sejauh ini Taehyung melawan gugup masa mau balik badan bubar jalan, tak lucu. Segera dihampiri lelaki bertubuh tegap itu, tubuh yang sehat dan atletis tampak kuat di bagian bahu dan lengan, maklum abdi negara, tubuh pun terbentuk hasil dari banyak latihan menjaga pertahanan.

"Hoo, masih berani datang juga ya ternyata, Pak guru?" ujaran itu begitu kental akan ejekan.

Bahkan Taehyung belum menyapa atau mendekat, kenapa lelaki itu tahu keberadaannya?

Lebih-lebih tentara itu tak menoleh sedikitpun, dan dengan langkah perlahan Taehyung menghampiri lelaki setengah baya itu hingga duduk berhadapan, sialnya Jungkook sudah masuk kamar untuk ganti baju, tahu sendiri si gigi kelinci suka sekali berlama-lama dalam kamar.

"Ada keperluan apa?" Ketus sekali dan Taehyung meneguk ludahnya berkali-kali, sampai jakunnya naik-turun dengan cepat.

"C-cuma mampir, Om apa kabar?" Lelaki itu memandang Taehyung dari atas ke bawah begitu terus sampai pria Kim dibuat mematung bagai pajangan.

"Oh mampir, saya selalu dalam keadaan baik, tidak tahu kalau dengan keadaanmu." sebuah ucapan sarkas, jelas saja keadaan Taehyung tidak baik, apalagi dipandangi dengan intimidatif.

"Kok, suasananya gak enak begini, sih?" ujar seseorang dengan alis menukik, mempertanyakan aura tegang di ruang tamu.

Terima kasih pada Jungkook yang tiba-tiba muncul dengan setelan baju santainya, kemudian mengecup pipi Papa sebelum duduk di samping Taehyung.

"Tae, kamu gerah? Dahimu berkeringat." Jungkook mengelap keringat dingin itu menggunakan telapak tangannya, untuk kemudian dikecup sayang dahi tersebut.

"Bentar, mau ambil minum dulu, Papa mau kopi?" Papa Yunho mengangguk untuk kemudian Jungkook melesat pergi ke dapur.

"Lihat? Wajahmu merah hanya karena kecupan dari anak saya." Papa Yunho senyum miring, meremehkan memang, tapi Taehyung malah tak merasa ter-ejek oleh senyum itu, ia malah semakin dibuat gugup.

"Kau benar suka Jungkook atau hanya suka ketika memasukkinya?" Lelaki itu memandang Taehyung tepat pada netra, entah kenapa kali ini pria Kim merasa terhina dengan pengutaraan Ayah kekasihnya ini, cintanya bukan sekedar nafsu belaka!

"Ah maaf, saya tidak bermaksud melawan orang tua tapi jika diperkenankan berorasi, saya akan beritahu bagaimana cara saya memandang cinta untuk Jungkook." tubuh gugup itu tampak membara.

Iya! Amarahnya sedikit tersulut saat Papa Yunho memandang remeh cintanya untuk Jungkook dan itu tak bisa dibiarkan. Rasa cinta ini tidak untuk dipandang rendah.

Papa Yunho menaikkan satu alisnya, sudut bibir terangkat sebelah, setelah itu mengangguk mempersilakan.

"Jungkook adalah cinta pertama saya, dan saya berani sumpah! Jungkook segalanya untuk saya, senyumnya, tawanya bahkan rengekannya, saya menyukai itu semua. Tak pernah terlintas dalam benak untuk memandang Jungkook sebagai pelampiasan hasrat, kami bahkan melakukan itu saat hubungan kami menginjak empat bulan. Saya kurang terima atas pandangan Om tentang saya yang memandang Jungkook layaknya manusia hina."

Orasi Taehyung tampak menggebu-gebu, Papa Yunho berdecak. Pandai juga Taehyung berargumen sepanjang itu, ah iya lupa dia 'kan guru sastra tak salah jika pandai berpendapat dengan bahasa yang kelewat rapi dan mengandung banyak makna.

"Nih Pa, kopinya." Jungkook datang di saat Papa Yunho ingin kembali menginterogasi pacar anaknya ini.

Kenapa sih Jungkook seolah tahu kalau kekasihnya akan dipojokkan? Pandai sekali menyela dengan ketidaksengajaan begini.

"Lho? Tae, kelihatan menggebu-gebu, Papa bikin kesal, ya?" Jungkook kembali duduk di samping Taehyung sembari menaruh dua gelas lain, yang satu berisi teh dan satu lagi berisi cokelat panas.

"Kok, jadi Papa?" Papa Yunho mengelak tak terima, diteguknya kopi yang sudah ditiupi beberapa kali.

"Papa 'kan emang selalu buat kesal, wajar aja sih pacarku juga ikut kesal." beginilah Jungkook, terlalu jujur jadi terkadang sering buat orang merasa tersinggung.

"Cih." Papa Yunho mendecih, segera beranjak ke belakang, dan Jungkook terkekeh saat ayahnya pergi ke taman yang berada di bagian belakang rumah.

"Maaf Tae, Papa emang otoriter, ya maklum lah pekerjaannya emang butuh yang begitu. Kamu gak diapa-apain 'kan?" Taehyung mengangguk, dia memang tak diapa-apakan, tapi tadi sempat dibuat kesal dengan ujaran lelaki itu.

Jungkook pindah ke pangkuan Taehyung, meneguk cokelat terlebih dahulu kemudian mencium si kekasih, bukan mencium tapi memindahkan minuman kental manis itu ke mulut Taehyung hingga minuman itu tertelan tenggorokan.

"Manis," ujar Taehyung setelah tautan bibir mereka terlepas, Jungkook yang terengah hanya tersenyum menanggapi kemudian memeluk tubuh kurus kekasihnya.

Karena Taehyung maupun Papa Yunho tak pernah tahu kalau Jungkook mendengar semua percakapan mereka, tapi untuk saat ini pemuda Jeon akan bungkam dulu, sembari meninggikan kembali semangat Taehyung untuk mendapatkan hati ayahnya.

Pelukan dan ciuman selalu jadi metode efektif, tapi jangan biarkan Jungkook memeluk terlalu lama atau dia akan memejamkan mata.

"Jung, hei kok malah tidur?" Benar Jungkook terlelap dalam dekapan hangat Taehyung yang selalu terdengar debar menyenangkan di balik dadanya.

Jungkook terlampau nyaman dan suka saat debaran itu ditujukan untuknya, merasa setara dengan apa yang selalu ia rasakan. Dan umur yang terpaut serasa tak berjarak saat Taehyung mengecup pelipis dengan tangan mengelusi punggungnya.

Cinta memang tak pandang usia.







Tbc

Sweety DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang