Bagian Dua Puluh Tujuh🌹

539 53 3
                                    

♡ (\ (\
(>ㅅ< ) ♡
┏━━∪∪━━━━━━━┓
♡ 🌹Kebenaran🌹 ♡
┗━━♡━━━━━━━━┛•♫•.
.
.
.

Note : Part ini pokoknya panjang. Sepanjang jalan kenangan. Mohon di baca pelan-pelan ya zheyeng. Mohon maaf juga kalo ada typo atau ada kata yang belibet dan berlebihan ya

Langsung aja

Let's get it!

.

Dinda menatap bangunan bercat putih di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dinda menatap bangunan bercat putih di depannya. Tangannya bergerak ragu saat ingin menekan bel di dekat pagar hitam kokoh itu.

"Ck! Lama!" Ucap seorang pemuda sambil berjalan mendekat kearah Dinda, menggantikan gadis itu untuk menekan bel di sana.

Dinda yang kesal refleks memukul lengan pemuda bernama Gilang itu. Sedangkan sang pemuda malah tertawa terbahak-bahak menertawai ekspresi kaget Dinda.

"Ga papa bunda ga gigit kok.." ucap Gilang sambil melangkah membuka pagar sendiri lalu menuntun sepeda motornya ke halaman rumah itu.

Dinda menganga lebar, jika pemuda itu dapat dengan santai melakukan hal itu lalu mengapa pemuda itu ngotot meminta Dinda agar membunyikan bel rumahnya? Sungguh menyebalkan!

Dinda menggembungkan pipinya kesal, kakinya ia hentak-hentakkan mengikuti Gilang yang sudah berdiri di depan pintu rumah itu.

"Tungguin dong.." protes Dinda

Sedangkan Gilang lagi-lagi terkekeh geli melihat wajah kesal Dinda.

"ASSALAMUALAIKOM.. BUNDA.. YUHUUU GILANG BAWA CALON MANTU BUNDA NIH.." Teriak si Gilang dengan wajah tanpa dosanya.

Lain halnya dengan Dinda, pipinya terasa panas seketika, jantungnya berdegup kencang, bisa-bisanya pemuda di sampingnya ini berbicara se enteng itu.

Dinda menatap tajam pemuda yang sudah menjadi sahabat kekasihnya sejak di bangku sekolah menengah pertama itu. Sedangkan yang di tatap malah mengedipkan sebelah matanya dan menampilkan wajah super duper menyebalkannya membuat siapapun yang melihatnya pasti akan naik pitam. Astaga hampir Dinda ingin mengumpat kasar.

Perhatian Dinda teralih ketika melihat si pemilik rumah membuka pintu kayu itu, namun bukan seorang wanita yang sempat Gilang panggil bunda yang keluar, melainkan seorang pemuda tampan yang terlihat sedikit pucat dan kantung mata yang tampak sedikit cekung, jangan lupakan dengan rambut acak-acakannya yang menunjukkan jika pemuda itu baru bangun dari tidurnya.

"Taya..." Ucap Dinda dan segera berhambur ke dekapan kekasihnya itu.

Sedangkan sang kekasih sempat terkejut namun detik berikutnya ikut membalas dekapan itu dan terkekeh pelan.

"Kangen banget kayanya?" Ucapnya Nata guna menggoda gadisnya.

"Iya kangen pake banget." Jawab Dinda sambil mengeratkan pelukannya, Dinda tidak tau saja jika wajah Nata sudah berubah menjadi merah berkat ucapannya.

Graisse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang