Orang asing?
Gua nggak berpikir itu buruk. Semua orang yang dekat di dunia ini emang awalnya orang asing, kan?
---
Jarvas : Ini Jarvas.
Rhea : Oh, oke.
Jarvas : Sibuk, nggak?
Rhea : Banget.
Jarvas : Kalo udah nggak sibuk, kabari, ya.
Rhea : Nggak janji.
Jarvas : Oke, ntar gua chat lagi.
Rhea mengernyit menatap percakapannya dengan kontak tak dikenal yang telah memperkenalkan diri sebagai Jarvas. Demi apa, ini baru jam delapan pagi dan seseorang sudah mengirimkan chat tidak penting yang menyita waktu.
"Apaa, sih, nih cowok. Gaje banget."
Kelas mata kuliah Psikologi Sosial dimulai pukul sembilan dan sekarang dirinya tengah mempersiapkan diri untuk presentasi. Rhea adalah tipikal yang akan sangat emosional apabila dibuyarkan konsentrasinya.
***
"Rhe, lu presentasi, kan hari ini?"
Pertanyaan Marsya langsung diangguki oleh Rhea yang baru saja datang dan menghempaskan bokong di kursi paling depan. Ia mengeluarkan buku setebal 400 halaman dan membuka kembali materi yang akan ia presentasikan.
"Rhea!"
Rhea mendongak, menatap cowok yang baru saja masuk. Cowok itu tersenyum, mengangkat sebelah alis dalam rangka flirting, dan berjalan ke kursi di belakang Rhea. Sementara itu, Rhea yang tidak tertarik hanya menatap malas.
Ganggu banget, sih si Jarvas.
Ia mengembalikan atensinya pada buku tebal yang tadi baru ia buka. Namun, sesuatu membuat matanya membola. Segenap pertanyaan lantas memasuki kepalanya seperti,
Jarvas bukannya mahasiswa fakultas sebelah? Fakultas Kedokteran? Kok bisa ada di sini? Ngapain dia?
Rhea baru akan menoleh pada Jarvas di belakangnya saat teman satu kelompoknya menepuk bahu.
"Yuk siap-siap. Dosennya join 5 menit lagi. Mampus kalo doi udah dateng lu masih leha-leha." Ultimatum itu berasal dari mulut tipis Dion. Mata cowok itu sesekali melihat ke arah kertas hvs yang berisi banyak coretan tentang materi di tangannya.
"Oke." Rhea segera bergabung dengan Dion dan dua temannya yang sudah stand by di depan.
***
Guess what?
Presentasi tidak berjalan lancar. Meski sudah membaca materi dari buku-buku dan jurnal penelitian, Rhea tetap tidak bisa menjawab pertanyaan teman-temannya yang entah kenapa aneh-aneh. Tidak terjawabnya pertanyaan ini berdampak pada dia dan tiga teman kelompoknya terus ditanya dan berkhir dengan bungkam tanpa kata di depan kelas.
Rhea tidak tahu harus menaruh mukanya dimana, itu sangat memalukan. Apalagi ada Jarvas yang merupakan penyusup di kelasnya. Dia membuat rasa malu Rhea berlipat-lipat. Kebodohannya sekarang sudah diketahui oleh orang dari lintas fakultas.
Bagus.
Dunia benar-benar indah.
"Udahlah, Rhe." Dion di sebelahnya menepuk bahu Rhea, "jangan mikirin presentasi tadi. Kelompok lain juga pada di-bully sama Bu Ilana. Lu tahu kan seberapa kritisnya beliau."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Days of Jarvas
Подростковая литература"Rhe, gua di depan." "DEMI APA JARVAS GUA LAGI MASKERAN!" *** Jarvas Kanigara, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusantara. Anak band, major di gitar. "Kenapa masuk FK?" "Karena...prospek kerjanya bagus. Jadi dokter." Cowok dengan tinggi ba...