Ketika Rhea pulang, mamanya sudah stand by di kosan. Seperti biasa, kunjungan bulanan untuk mengecek apakah anak tengahnya ini masih hidup atau tidak. Beruntung, perempuan akhir empat puluhan itu sempat menge-chat Rhea malam sebelumnya. Jadi, Rhea bisa memberesi kamarnya yang sudah serupa kapal pecah agar kelihatan lebih baik dan enak dipandang.
Seperti mama mama pada umumnya, mamanya Rhea juga suka mengomeli anak perawannya yang suka tidur, bangun siang, malas mencuci baju, atau membereskan kamar. Plus, dia suka membanding-bandingkan Rhea dengan anak tetangga atau kakaknya yang super duper anggun dan rajin.
Rhea sendiri adalah tipikal pecinta kebebasan. Dia juga mencintai kebebasannya dalam melempar pakaian-pakaian yang baru diangkat dari jemuran. Sasaran paling empuk untuk omelan sang mama.
"Mama pokoknya mau makan malem sama kamu," Sang Mama bicara dengan nada memaksa sembari memberesi plastik-plastik belanjaan yang berserakan di lantai, "ini Mama mau bikinin kamu rendang, jadi kamu nggak boleh kabur."
Sebelum-sebelumnya, Rhea sering memiliki acara di malam hari seperti rapat organisasi atau kerja kelompok. Kadang juga hang out dengan Avi atau Kana di malam hari demi menuntaskan stres yang perlahan berubah menjadi distres. Kalau mamanya datang di saat seperti itu, biasanya Rhea tidak sempat makan malam bersama dan memilih untuk pergi.
Sayangnya, malam ini Rhea ada jadwal rapat dengan organisasinya. Senat Mahasiswa Fakultas.
"Ma, aku ada rapat senat deh malem ini. Baru pulang jam sembilan atau sepuluh gitu. Gimana?" Rhea yang tengah tiduran di kasur single bad dengan ponsel di tangan menatap mamanya.
Sang mama mendesah, "Kamu ini, lho. Mama kan jarang-jarang datengnya."
Rhea menggigit bibir, merasa tidak enak, "Makan malem jam sembilanan oke, kan?" dia bertanya hati-hati.
"Kamu mau mama jadi gendut gara-gara makan malem-malem?"
Ini bahasan yang cukup sensitif untuk perempuan. Tapi, mamanya Rhea ini adalah tipikal perempuan dengan badan kurus yang tidak akan gendut meskipun makan banyak. Rhea sering memergoki mamanya makan banyak, cukup banyak untuk ukuran perempuan, tapi dia selalu tampak langsing. Sama dengan kakaknya yang juga memiliki tubuh kurus dan indah. Berbeda denga Rhea yang mirip papanya. Dia harus diet ketat kalau ingin menurunkan berat badan.
"Okedeh kalo gitu. Mama bakalan tungguin sampe jam sembilan, ya." belum sempat Rhea menjawab, mamanya sudah memberikan putusan final sembari keluar dari kamar dengan berbagai macam sayur mayur di tangan.
Rhea tahu kalau tujuan mamanya tidak lain dan tidak bukan adalah dapur. Tidak ingin menjadi anak yang durhaka dengan membiarkan mamanya bergelut dengan bahan makanan sendirian di kosannya, Rhea menyusul.
***
"Mama inget Brama nggak?" Rhea bertanya sembari memotong kangkung.
"Brama?" sang mama yang tengah memotong bawang mengerutkan kening.
"Iya, dulu se-TK sama aku. Inget nggak?"
Gerakan tangan sang mama terhenti, ia langsung membalikkan badan dan menatap Rhea yang khidmat dengan kangkung, "Ooh, yang sekarang nge-band bukan?" matanya tampak berbinar-binar antusias.
Sementara itu, Rhea malah bingung, "Kok Mama tahu kalau Brama nge-band?"
"Dia, kan anaknya temen Mama, Rhe. Tante Kirana. Tahu, nggak?"
"Ma, temen Mama tuh banyak banget, Rhea nggak kenal satu-satu."
"Ah, kamu, nih. Yang suka v-call sama Mama itu lho."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Days of Jarvas
Teen Fiction"Rhe, gua di depan." "DEMI APA JARVAS GUA LAGI MASKERAN!" *** Jarvas Kanigara, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusantara. Anak band, major di gitar. "Kenapa masuk FK?" "Karena...prospek kerjanya bagus. Jadi dokter." Cowok dengan tinggi ba...