Rhea melihat ponselnya setelah melumuri wajah dengan masker. Ada pesan dari temannya di sana. Kanita.
Kana : Rhe, Avi lagi sibuk kah? Gua chat kagak dibales.
Rhea : Abangnya masuk rumah sakit, Kan. Dia keknya sibuk jagain. Tapi, terakhir kali dia curhat sih dijadiin babu sama abangnya.
Kana : Yarobbi. Yang Bang Ramon itu?
Rhea : He'em.
Kana : Kenapa emangnya?
Rhea : Kakinya patah.
Kana : Wah, parah. Gua kagak dikasih tauuu... padahal kan kalo tahu, gua bisa jengukin.
Rhea : Ntar lu bukannya jengukin malah tebar pesona... dikira gua nggak tahu akal bulus lu
Kana : Niat tetep jenguk, Rhe. Lihatin abang Ramonnya itu bonus. Mana ganteng, kan. Mayan cuci mata. Kagak ada yang bening di FISIP, mah.
Rhea : Dikira gua nggak tahu akal bulus lu (2)
Kana : Wkwk. Btw, Rhe, lu ada waktu nggak besok?
Rhea : Cuma kelas pagi gua. Jam 10 ke atas udah free. Gimana?
Kana : Good news. Lu harus temenin gua ke FK.
Rhea : Ngapain? Jangan bilang gebetan lu di sana.
Kana : Elah, lu kagak ada positif thinking-nya sama sekali, yak ke gua. Ada dies natalis di sana. Ada bazar juga. Rugi bandar sih kalo sampe dilewatin.
Rhea : Weh, boljug. Jamber tuh?
Omong-omong Kanita atau yang kerap dipanggil Kana, dia adalah cewek anggun dengan kecantikan yang benar-benar tidak bisa diremehkan. Tubuhnya proporsional dan wajahnya sangat menawan. Biasanya, para pria akan menoleh dua kali saat berpapasan dengannya.
Maklum saja, dia adalah model. Kana menggeluti profesi itu sejak kelas dua SMA katanya.
Sayanganya, Kana memiliki kenangan buruk dengan relasi romantisnya di masa lalu. Rhea tidak tahu persisnya seperti apa. Namun, cowok yang sangat Kana sukai membuat Kana terluka dan meninggalkannya begitu saja. Itulah kenapa Kana tidak ingin menjalin hubungan semacam pacaran dengan pria manapun.
Itu juga alasan yang sama yang membuat Rhea tidak jujur pada Dion sewaktu menanyainya soal Kana. Ia takut Dion adalah satu dari para cowok hidung belang yang hanya akan menyakiti hati teman dekatnya.
***
Rhea bersedekap dan melemparkan satu lirikan sengit pada Kana.
"Mana katanya bazar." Rhea protes pada Kana yang malah kelihatan sangat bahagia.
"Bazar makanan, Rhe. Lu nggak lihat dimana-mana ada makanan? Mana murah plus enak lagi."
Rhea manyun. Apa-apaan.
Ia memikirkan bazar buku ketika Kana menyinggung "bazar" dalam percakapan singkat mereka. Kepalanya bahkan sudah memikirkan tumpukkan buku-buku murah yang bisa ia beli tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Sayangnya, apa yang tampak di depan matanya ini berbeda jauh dari ekspektasi. Alih-alih buku, yang terlihat adalah stan makanan dimana-mana.
Ada juga panggung di depan gedung FK yang sepertinya adalah panggung untuk penampilan sesuatu. Mungkin tarian atau orang menyanyi. Entahlah. Yang pasti, Rhea tidak berpikir bahwa itu baik mengingat ia agak sangsi dengan keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Days of Jarvas
Roman pour Adolescents"Rhe, gua di depan." "DEMI APA JARVAS GUA LAGI MASKERAN!" *** Jarvas Kanigara, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusantara. Anak band, major di gitar. "Kenapa masuk FK?" "Karena...prospek kerjanya bagus. Jadi dokter." Cowok dengan tinggi ba...