Happy reading...
Seperti biasa, setiap pagi Alesya akan selalu menelpon Jimin. Itu sudah menjadi kebiasaan barunya semenjak mempunyai nomor Jimin di ponselnya.
Karena setiap Alesya membuka mata, yang dipikirannya pertama kali hanya Jimin. Dia memang sudah dibutakan olehnya. Sepertinya dia bahkan rela memberikan nyawanya jika itu untuk Jimin.
Berlebihan memang, tapi jika itu sesuatu yang tidak bisa ia hindari, mau bagaimana lagi. Jika ia bisa menghindari rasa itu, mungkin ia juga akan lebih memilih untuk memikirkan masa depannya, dari pada memikirkan lelaki yang tidak pernah menganggapnya itu.
Tapi cinta tidak bisa ditolak kehadirannya. Meskipun ditolak ribuan kali, Alesya tak ada lelahnya mengejar cinta Park Jimin. Entah sampai kapan itu akan berakhir.
Dipagi hari buta, ponsel Jimin berbunyi. Yang membuat pemiliknya membuka matanya malas dan mengangkatnya.
Alesya :
Halo! Selama pagi!
Jimin :
Hmm
Suara basah khas bangun tidur itu terdengar ditelinga Alesya. Ia tersenyum simpul mendengar itu.
Alesya :
Oppa bangun, ini sudah pagi.
Jimin :
Aku tutup, mau melanjutkan tidur.
Kemudian Jimin menutup telponnya. Itu memang sudah biasa. Alesya hanya ingin mendengar suara Jimin, itu saja sudah cukup.
Lalu ia beranjak dari tempat tidurnya, dan memulai aktivitasnya seperti biasa. Dari mulai mandi, berdandan, sarapan, pergi ke kampus, dan bermain bersama temannya.
Kini ia sedang berada di sebuah lapangan golf besar untuk bermain bersama ketiga sahabatnya.
Ini sangat menyenangkan. Sehingga mereka tidak ingat waktu. Dan tak terasa ini sudah cukup sore, dan membuat mereka harus mengakhirinya.
"Sya nanti malam mau nonton bioskop?" tanya Prisil.
"Nonton bioskop?" tanya Alesya.
"Iya, ada film baru loh. Kayaknya seru."
"Tapi aku ingin bersama Jimin saja."
"Oohh begitu. Yasudah kita pulang ya." ujar Agatha.
"Iya, hati-hati."
Mereka berpisah. Alesya sedang mengendarai mobilnya pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, ia bersih-bersih dan mengganti pakaiannya. Ia makan malam bersama keluarganya seperti biasa.
Setelah selesai, ia kembali ke kamar dan mengambil ponselnya. Ia ingin menghubungi Jimin.
Beberapa detik berikutnya, bunyi deringnya berubah menjadi suara khas kesukaan Alesya.
Jimin :
Halo?
Alesya :
Aku ingin bertemu denganmu. Sedang dimana?
Jimin :
Pulang.
Alesya :
Mau menonton bioskop?
Jimin :

KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle
FanfictionSetiap cinta harus melewati proses yang panjang untuk bisa berjalan beriringan. Tak butuh untaian kata untuk diungkapkan, cukup hati yang berbicara dalam diamnya. Cinta bukan soal paksaan, tapi cinta tumbuh seiring berjalannya waktu. "Aku bisa mend...