-voter keberapa nih?-
.
.
.Sepulang sekolah, seokyung langsung pergi kekantor divisi kejahatannya yang dipimpin oleh detektif kang yang usianya sudah menginjak kepala 4 bahkan hampir kepala 5. Sebelumnya seokyung pulang kerumahnya untuk berganti pakaian, bahkan dirinya meninggalkan makan siang yang sudah disiapkan oleh maid dirumahnya.
"Detektif kang". Panggil seokyung saat melihat pimpinannya itu.
"Eo, ikut keruangan saya sekarang". Seokyung mengikuti langkah detektif kang keruangannya.
Saat berjalan mengikuti detektif kang keruangannya, para detektif yang berada disana menatap seokyung dengan sendu, mereka takut jika seokyung akan sedih. Seokyung walaupun masih bersekolah, tapi tekat dia menerima pekerjaan itu sangatlah kuat, ada sesuatu yang ingin dia lakukan makanya dirinya menerima dengan senang hati.
Begitu sampai diruangan detektif kang, seokyung berdiri sambil meremat tangannya gugup, jarang-jarang detektif kang memanggilnya jika tidak ada hal yang penting.
"Ada apa detektif-nim?". Tanya seokyung membuka suara.
"Duduk lah".
Seokyung langsung duduk begitu diperintahkan untuk duduk.
Detektif kang menatap manik hitam seokyung dengan teduh, "komisaris bae memintaku untuk memberhentikanmu". Ucapnya langsung ketopik tanpa basa-basi.
Tubuh seokyung seketika menegang dan raut wajahnya juga berubah drastis, yang awalnya gelisah menjadi kaku dan tak berekspresi.
"Saya tahu ini berat, tapi maafkan saya". Ucapnya dengan sedikit lirih.
"Wae-yo?". Tanya seokyung yang bingung bercampur penasaran.
"Kamu masih terlalu dini untuk mengenal kejahatan". jelasnya.
Seokyung seketika tersenyum, senyum yang membuat detektif kang bertanya-tanya.
"Tindak kejahatan sudah saya alami ketika saya berusia 10 tahun". Katanya yang masih menampilkan senyum manis di bibirnya.
Seokyung menghela nafasnya, "kalau itu kemauan komisaris, saya akan undur diri, terima kasih". Seokyung bangkit dan keluar dari ruangan detektif kang.
Begitu menutup pintu, semua mata tertuju padanya dengan tatapan yang sedih bercampur khawatir. Seokyung kembali mengulas senyumannya dan membungkukkan badannya sopan.
"Terima kasih sudah bekerja sama dengan saya, kalau begitu, saya permisi". Setelahnya seokyung pergi meninggalkan kantor divisi kejahatan itu.
Sebelum pergi, seokyung menghampiri mejanya dan mengambil satu barang yang penting untuknya, tak lupa melepaskan kartu identitas yang menggantung dilehernya itu dan meletakkannya dimeja.
Begitu sampai diluar gedung, seokyung menatap gedung itu dengan sedih, "masih terlalu dini ya". Lirihnya lalu pergi dari sana.
Seokyung berjalan pulang kerumahnya, ia rasa dirinya harus mengisi perut nya yang lapar agar kepalanya dapat berfikir dengan jernih.
Begitu sampai dirumah, sang ayah menatap putri satu-satunya itu dengan khawatir.
"Dari mana saja? Pergi tanpa berpamitan dan tidak memakan apapun". Ucap sang ayah yang masih berdiri diambang pintu dengan nada yang kentara sangat khawatir.
"Maaf". Satu kata itu yang mampu seokyung ucapkan didepan sang ayah.
Dua empat dua
Gumam seokyung diikuti dengan suara tembakan dua kali kearah dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope? [Hiatus]
FanfictionHarapan ingin mengungkap sesuatu, percintaan yang begitu menyakitkan, cinta palsu? Harapan palsu? Keinginan untuk menjadi seorang idol terkenal adalah impiannya yang harus dirinya kejar. Persetan dengan tidak diizinkannya oleh sang ayah. Tekat yang...