Hope [chapter's four]

17 7 2
                                    

-voter keberapa nih?-

.
.
.

Keesokan harinya, matahari tidak mengganggu tidur Seokyung saat ini, karena hanya ada awan putih yang tebal dan sedikit gemuruh terdengar diatas sana.

Seokyung terbangun karena bunyi alarm dari jam bekernya yang berada dinakas samping tempat tidurnya.

Jam menunjukkan tepat pukul 6.00 AM Kst. yang mana seokyung langsung beranjak dari tempat tidur nya menuju kamar mandi.

Begitu masuk kedalam kamar mandi, seokyung menanggalkan semua pakaiannya. Ia melihat bekas luka di seluruh tubuhnya akibat pukulannya sendiri tadi malam.

Ya, seokyung jika marah pasti selalu menyakiti dirinya sendiri, tidak ada yang tahu akan semua luka-luka yang ada dibadan dirinya. Hanya dirinya dan tuhanlah yang tahu.

Selesai membersihkan diri, seokyung keluar dan mengeringkan rambutnya yang basah.

Tok tok tok
Ketukan pintu kamarnya mengalihkan fokusnya, "masuk!". Suruh nya saat orang itu tak henti-hentinya untuk terus mengetuk membuat seokyung kesal.

Begitu orang itu masuk, seokyung langsung meletakkan alat pengering rambutnya dan menoleh kearah seseorang yang masuk kedalam kamarnya.

"Aku sedang sibuk, pergilah". Seokyung mengusir orang itu dan kembali melanjutkan mengeringkan rambutnya yang masih sedikit basah.

"Eomma menyuruhku untuk datang menjemputmu". Sahut orang itu yang terus melangkahkan kakinya mendekat kearah seokyung.

"Jika eomma yang menyuruhmu, lalu kau menurutinya gitu? Lebih baik tidak usah, dari pada itu akan membebani dirimu sendiri".

"Mau bagaimana lagi? Omongan orangtua tidak bisa ditolak, padahal mereka sendiri yang mengatakan untuk tidak bertemu sebelum hari pertunangan tiba".

"Lebih baik kau pulang saja, aku bisa berangkat sendiri, appa dan nana oppa ada jika mereka mau mengantarku". Ketus seokyung yang tidak mau kalah, kali ini dirinya harus menang apapun caranya.

"Lalu, eomma akan membunuhku jika tahu aku tidak mengantar mu ke sekolah". Sahut kyuhyun lagi yang juga tak mau kalah.

Seokyung mendengus kesal sambil memakai lipbam dibibirnya. "Kau pulang saja sana, aku bisa berangkat bersama anak tetangga jika perlu, dia baik dan berprasaan, tidak sepertimu kyuhyun-ssi".

Alis kyuhyun terangkat dan bibirnya sedikit terpout, "kau menyamakanku dengan anak tetanggamu disini?".

"Tentu saja tidak, dia jauh dari kata baik, ramah, dan berperasaan tentunya, dan kau, sama sekali tidak ramah dan berperasaan". Seokyung merampas tasnya yang berada diatas meja belajarnya yang sudah ia rapikan sebelum tidur tadi malam. Lalu berjalan kearah lemari sepatu yang berada disamping pintu kamarnya.

Kyuhyun memperhatikan setiap gerak seokyung dan matanya juga tak pernah lepas dari seokyung sesaat masuk kedalam kamarnya.

"Buang pandangan mesum mu itu, sebelum aku mengkebiri milikmu itu".

Ngiiiikkk
Ngilu rasanya, kyuhyun langsung menutup miliknya spontan saat seokyung mengatakan akan mengkebiri miliknya dan hidupnya juga mainannya tentu saja.

"Aku akan turun, kau mau di sini atau ikut aku turun sarapan?". Tanya seokyung yang sudah malas sebenarnya dengan pria iblis didepannya itu.

"Eo, aku ikut". Seakan tersadar, kyuhyun langsung mengikuti arah langkah seokyung menuju dapur.

.
.
.

Selesai sarapan, seokyung berangkat kesekolah dengan diantar oleh eum... kyuhyun. Ya kyuhyun, karena siwon dan jaemin kakak laki-lakinya yang membujuk dirinya untuk diantar oleh kyuhyun. Kasihan katanya karena kyuhyun sudah datang.

Hope? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang