Hope [chapter's eleven]

13 5 3
                                    

Mungkin part ini lebih panjang dari part sebelumnya, selamat membaca^•^

—voter keberapa nih?—

Kalo ada kata yang typo, beri tahu author ya:))

.
.
.

Beberapa jam sebelum hari pertunangan dilaksanakan, kyuhyun menyusuri koridor cafe yang tak jauh dari rumahnya, mengedarkan matanya untuk mencari seseorang yang sudah membuatnya untuk datang. Saat matanya menangkap orang itu, kyuhyun langsung berjalan kearah meja yang dekat dengan jendela cafe.

Kyuhyun langsung duduk tanpa menyapa membuat orang yang sudah menunggunya itu terjengkit kaget.

"Katakan, aku tidak punya banyak waktu saat ini, masih ada banyak hal yang harus aku urus sebelum pertunanganku dilaksanakan". Kyuhyun langsung mengatakan dan tidak walaupun hanya sekedar basa-basi.

"Tolong jangan pecat ayahku, ini kesalahanku bukan ayahku, tolong pekerjakan dia lagi, aku mohon". Mata berlinang itu membuat kyuhyun melebarkan matanya.

"Ku akui aku dekat dengan Seokyung, tapi tolong jangan pecat ayahku, itu membuatku merasa bersalah padanya". Mohonnya lagi sambil terus menampikkan mata yang berlinang. Tidak perduli dirinya terlihat lemah, yang terpenting ayahnya kembali bekerja dan tidak terus-terusan menyalahkan ibunya yang sudah tiada. Ia hanya memiliki ayahnya, dan ia juga tak ingin kehilangannya juga.

"Apa jaminan yang akan kau beri jika aku kembali mempekerjakan ayahmu?". Kyuhyun menautkan alisnya bernegosiasi.

"Apapun yang kau inginkan aku akan menurutinya". Jawabnya dengan lantang sambil menegakkan badannya.

"Setuju!".

.
.
.

Seokyung saat ini sedang memilih-milih gaun bersama ibu kyuhyun yang akan ia kenakan nanti diacara pertungananya. Mata hazelnya tertarik dengan gaun berwarna pink dan bunga kecil dipinggangnya bwrwarna lilac.

"Boleh seokyung memilih yang ini eomma?". Tanyanya sambil menunjukkan gaun yang membuatnya tertarik.

"Cantik, baiklah kita ambil yang ini saja". Ucap ibu kyuhyun sambil tersenyum menenangkan dan membuat seokyung sedikit berjingkrak senang, ibu kyuhyun melihatnya hanya tertawa ringan, dan seokyung malah cengengesan.

Drrtt
Ponsel seokyung berdering dan dirinya meminta izin untuk mengangkatnya, setelah berada agak jauh dari posisi sang ibu, baru seokyung mengangkat panggilan itu.

"Ne, detektif-nim". oh teryata dari detektif kang, ya seokyung akui dirinya menyembunyikannya pasal dirinya meminta bantuan pada divisi kejahatan dan para anggota polisi untuk menjaga acara pertunangannya nanti. Karena sedikit banyaknya ia berfilling, semua teka-teki angka itu akan terpecahkan diacara sakral itu.

"Ne, ghamsahabnida, detektif-nim".

Pip
Sambungan terputus sesaat seokyung menjauhkan ponselnya dari telinganya. Namun saat akan berjalan untuk kembali menuju cho eomma, ponselnya kembali bergetar dan seokyung langsung mengangkatnya.

"Eo".

"Assa, kerja bagus, gomawo oppa". Seokyung menyunggingkan senyum manisnya.

"Araseo, aku akan membuat moment yang tidak akan pria tua sombong itu lupakan dengan sekali kedipan".

"Geurae, aku menunggu kehadiran mereka". Seokyung sedikit tertawa karena orang yang berada disebrang sana juga tertawa.

"Ne, sampai bertemu nanti malam". Dan sambungan telepon kembali terputus.

"Tunggu kejutanku pria tua sombong, akan ada moment yang akan selalu kau ingat seumur hidupmu". Seokyung menyeringai dan kembali kedalam

.
.
.

Hope? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang