Hope [chapter's thirteen]

10 3 2
                                    

Dua bulan kemudian~

.
.
.

Berlari dengan kencang, melangkah lebar menyusuri trotoar yang sedikit ramai. Dengan tas ransel yang berada dipundak kirinya dan satu bungkus plastik ia tenteng ditangan kanannya.

Begitu sampai ditempat tujuannya, ia langsung menyerahkan bungkus plastik itu pada orang yang sedang duduk disebuah taman menunggunya.

"Apa aku lama?". Tanyanya dengan nafas yang tersenggal karena habis berlari demi membelikan semangkuk tteokppeoki untuk kekasihnya.

Gadis yang menjadi kekasihnya itu tersenyum kemudian menggeleng, ia sudah cukup senang melihat kekasihnya itu mau membelikan makanan kesukaannya, jarang sekali ia lihat kekasihnya itu mau menuruti apa yang diinginkannya.

"Terimakasih". Meletakkan bungkus plastik dipangkuannya, lalu mengeluarkan mangkuk tteokppeoki itu.

"Aku bantu". Pria yang rela berlari membelikan tteokppeoki dari kedai langganan sang kekasihpun mengambil alih semangkuk tteokpeoki itu untuk membukakannya, karena ia tahu kekasihnya tidak dapat menggunakan tangan kanannya karena cedera. Ia juga menyuapi sang kekasih karena ia juga tahu kalau kekasihnya itu tidak dapat memegang sumpit dengan benar dengan tangan kirinya.

Satu potong tteokppeoki sudah masuk kedalam mulut kekasihnya, ia mengulas senyumnya saat melihat gadis yang duduk disebelahnya ini juga tersenyum padanya.

"Terimakasih sudah menungguku".

Gadis yang sedang menikmati rasa pedas yang dihasilkan dari tteokppeoki itupun menelengkan kepalanya untuk melihat wajah kekasihnya.

"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, kyu". Jedanya, "karena sudah menungguku saat aku hampir pergi". Gadis itu kembali mengulas senyumnya. Ia tidak berfikir sampai sejauh ini, ia pikir, janji yang dilontarkan oleh pria disebelahnya ini hanya omong kosong belaka. Saat ia mendengarkan cerita dari kedua sahabat kekasihnya itu sesaat ia dipindahkan keruang rawat, hatinya mencelos, matanya memburam karena linangan air mata.

"Seokyung-ah, bolehkah aku meminta sesuatu darimu?". Tanya kyuhyun membuat seokyung langsung mengangguk. Ia tahu ada hal penting yang akan kekasihnya itu bicarakan.

"Eum, bolehkah aku menciummu?". Pria yang duduk disebelahnya itu menarik sudut bibirnya tipis, ia tidak menyangka kalau kekasihnya itu akan meminta hal wajar yang dilakukan pasangan muda lainnya. Dan seketika mata yang mula teduh menjadi gelap dalam sepersekian detik, ia pikir—kekasihnya itu akan membicarakan hal yang penting, ternyata hanya meminta bolehkah kekasihnya itu mencium dirinya.

Seokyung menarik sudut bibirnya terang-terangan, sebelum ia melontarkan ancaman yang biasa ia katakan pada kekasihnya itu, seokyung tersenyum manis bak malaikat membuat kyuhyun menelan salivanya dengan susah payah.

"Kau tahu, ada pepatah bilang, jika seseorang meminta sesuatu hal yang tidak masuk akal, maka orang itu wajib mendapatkan satu pukulan sampai orang itu meminta ampun untuk mendapatkan pukulan itu lagi". Perkataan seokyung mampu membuat kyuhyun kembali menelan salivanya dengan susah payah. Ia melihat kyuhyun tersenyum kaku sambil menggaruk pipi gembilnya itu dengan jari telunjuknya. "Sudah dua bulan tangan ini tidak dapat bergerak dengan bebas, jika saja saat ini tanganku mampu terangkat, kuyakini dari kedua sudut bibirmu itu akan mengeluarkan darah yang sangat banyak". Sambungnya.

Kyuhyun langsung menutup mulutnya, tatapan gugup tidak bisa ia hindari, tatapan tajam itu seakan-akan sedang mengulitinya hidup-hidup. "Araseo, mianhae". Kyuhyun langsung mengalihkan pandangannya kearah lain sambil menghembuskan nafas panjang.

Seokyung masih memperhatikan perubahan ekspresi dari wajah kyuhyun, "kau masih ingat dengan janji kita, bukan?". Tanyanya dan membuat kyuhyun mengangguk lemah tanpa melihat kearah kekasihnya itu. "Tapi kurasa, kau sedang mengkhianati janji itu belakangan ini". Imbuhnya dan membuat kyuhyun langsung memposisikan duduknya menghadap seokyung.

Hope? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang