Hope [chapter's ten]

15 6 3
                                    

Ciittt byurrrr
Suara rem mendadak dari sebuah mobil guna menghindari genangan air yang berada didepannya tak terelakkan, genangan air itu malah menyiprat mengenai samping mobilnya dan—seorang gadis—yang berada ditrotoar.

"Aish". Umpat gadis itu melihat seragam sekolahnya yang kotor.

"YA! ISEKKI!". maki gadis itu pada mobil yang sudah berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan air muka yang gelap bercampur dengan lumpur akibat terkena cipratan genangan air tadi, gadis itu berjalan kearah mobil yang mana sang pengendaranya sudah keluar dari dalam mobil.

"Apa kau baru belajar mengendarai mobil?". Tanya gadis itu dengan menekan gigi-giginya marah.

Pria itu—sang pengendara—hanya melihat gadis itu dengan tatapan jijik. Pria itu melihat penampilan sang gadis yang berdiri didepannya dengan penampilan yang, uhh kotor sekali, membuatnya jijik untuk terus memandangnya lebih lama.

"Kau punya mulut tidak sih, ahjussi!". Marah gadis itu karena si pria tua didepannya tak juga mengeluarkan sepatah katapun.

Gadis itu mencebik dan berjalan kesamping mobilnya lalu membuka pintu untuk melihat isi didalam sana, ada satu orang wanita didalam sana dengan pakaian yang elegan dan anggun, gaun bewarna merah dan juga polesan make up yang sedikit tebal. Begitu sudah menemukan apa yang dicarinya, gadis itu kembali menutup pintu mobil dengan keras.

"Terima kasih!". Ucap gadis itu mengayunkan beberapa lembar tisu lalu meninggalkan pria tua itu dengan tatapan membunuh.

Tak jauh gadis itu berjalan sambil mengelap wajahnya dengan tisu, mobil yang mencipratinya tadi melewati dirinya begitu saja tanpa ada niatan untuk memberinya tumpangan.

"Untung sudah pulang sekolah, jika belum kuyakini mobilmu akan hancur!". Cebiknya kesal sambil mengayunkan kepalan tangan kirinya diudara.

Dengan perasaan kesal dan juga malu karena banyak orang-orang melihat gadis itu aneh, ya mungkin karena penampilannya yang kotor. Jadi orang-orang disekitar kompleks perumahannya tidak ada yang mengenali.

Begitu sampai dihalaman rumahnya, gadis itu melihat satu mobil yang bagian samping kanannya kotor. Dengan berjalan cepat menghampiri mobil itu dan mengintip kedalamnya melalui kaca mobil itu. Dan well, benar saja dugaannya, mobil itu adalah mobil yang tanpa rasa—ani—sang pengendara yang tanpa rasa bersalah sudah membuatnya kotor dan malu.

Gadis itu masuk kerumahnya dengan raut wajah yang sulit ditebak, tangan kirinya yang mengepal hebat, giginya yang menggeletuk keras dan sorot mata yang tajam.

Dengan henghela nafasnya pelan dan menetralkan amarahnya saat melihat—calon mertua—nya ada disana, begitu juga dengan calon tunangannya.

Dengan sedikit membungkuk dan menyapa calon mertuanya. Setelah itu matanya melirik keorang yang juga sedang menatapnya dengan bingung.

"Jjeosonghabnida, aku akan mandi dulu". Kemudian gadis itu pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Terdengar bantingan pintu yang sedikit keras ditimbulkan oleh gadis itu, mungkin ia bersumpah akan membuat pria tua itu malu seumur hidupnya, tampan sih iya, sudah gendut, uhh, bahkan gadis itu juga membayangkannya jijik.

Oh gadis itu jadi teringat dengan tunangannya, yang mana tunangannya itu juga memiliki postur tubuh yang bisa dibilang berisi tapi tidak gemuk, karena sepadan dengan tingginya, tapi pria tua itu, "iiiih berhenti membayangkan hal yang aneh-aneh, seokyung!". Gidiknya ngeri dan langsung masuk kedalam kamar mandinya.

Beberapa menit kemudian, seokyung turun menuju lantai dasar untuk mengisi perutnya yang berbunyi dari tadi. Sambil mengelus perutnya yang terus berbunyi dan langkah ringan menuju dapur, seolah-olah tidak menghiraukan suara keributan yang dihasilkan dari mulut-mulut para orangtua yang berada diruang santai.

Hope? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang