Hope [chapter's fourteen]

12 2 0
                                    

Diperjalanan menuju rumah sakit, seokyung melihat tunangannya itu bersama seorang wanita yang berada dalam video berdurasi 5 menit itu, mereka terlihat saling bertukar pandang, bertukar cerita, bertukar tawa, dan mungkin saling melontarkan guyonan yang membuat mereka tidak hentinya untuk tidak tertawa.

Sakit tentu saja, sejauh ini seokyung memang benar-benar meyakinkan dirinya untuk meninggalkan kyuhyun, dan menghapus janji yang pernah ia ucapkan dulu pada tunangannya itu. Ia rasa melihat secara langsung seperti ini malah semakin menguatkan dirinya untuk meninggalkan pria itu.

Drtt
Ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk, seokyung membukanya, ia melihat beberapa foto kyuhyun bersama dengan wanita yang ia lihat tadi. Seokyung rasa ia harus membalas budi pada renan nanti. Ya renan, renanlah yang mengirimkan video berdurasi 5 menit itu pada seokyung. Seokyung sendiri memang meminta bantuan renan untuk mengikuti setiap pergerakan yang kyuhyun lakukan, mau itu diarea kampus, perkantoran, apalagi ditempat terbuka seperti ini. Ingatkan seokyung untuk membalasnya nanti, ya.

Begitu bus yang dinaikinya sudah berhenti dihalte tak jauh dari rumah sakit, seokyung turun dan duduk sebentar dikursi halte karena ia ingin menelpon seseorang.

Ponselnya terangkat menuju telinga kirinya, "eomma".

"Aniya, apakah eomma dirumah?". Tanya seokyung pada ibu kyuhyun melalui sambungan telepon itu, ia rasa malam ini adalah waktu yang tepat untuknya bercerita pada wanita baya itu.

"Aku akan berkunjung eomma". Seokyung ikut tertawa karena calon ibu mertuanya itu tertawa disana.

"Gwaenchana, aku datang hanya untuk bertemu dengan eomma saja". Persetan dengan kyuhyun, seokyung rasa, perasaannya pada kyuhyun saat ini mulai memudar. Rasa sakit yang selama kurun waktu 2 bulan ini yang kyuhyun buat sudah cukup untuk dirinya rasakan.

"Ne, gomawo eomma". Kemudian sambungan telepon terputus dari sebrang sana. Tapi sebelum sambungan telepon itu terputus, seokyung dapat mendengar suara wanita lain yang menyapa calon ibu mertuanya itu.

Seokyung menghela nafasnya panjang, lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju rumah sakit.

.
.
.

Seokyung membuka pintu dimana ruang periksa milik jaehyun berada, membukanya secara perlahan, kemudian menyapanya sesaat menutup pintu ruang periksa itu.

"Bagaimana kabarmu, adikku". tanya jaehyun dengan nada yang manis sekali, kata adikku? Ia rasa sudah lama sekali ia tidak mendengar kata itu dari mulut jaemin. Karena jaemin belakangan ini sangat sibuk sekali dikantor, begitu juga dengan siwon.

"Kabarku baik, uisa-nim". Jawab seokyung tak kalah manis. Ia dapat melihat perubahan ekspresi dari dokter yang duduk didepannya itu. Tidak tahu apa yang salah, tapi ia rasa dirinya salah bicara.

"Sudah berapa kali aku bilang, jangan panggil aku seperti itu, oppa, jaehyun oppa". Tekannya pada seokyung, terlihat juga jaehyun mengembungkan pipinya lucu dan mata yang sedikit melirik tajam.

Seokyung tertawa, ia tidak tahu hanya dengan memanggilnya—uisa—saja dapat membuatnya selucu itu, "iya-iya, jaehyun oppa". Seokyung sedikit memutar matanya malas.

Tangan jaehyun terayun seperti akan memukul seokyung, tapi ayunannya memelan seraya mengelus pucuk kepala seokyung dengan lembut.

"Baiklah, ayo kita periksa tangan kamu sekarang". Jaehyun bangkit dari duduk mendekat pada seokyung, membuka kain penyangga itu perlahan.

Mempersingkat, setelah pemeriksaan itu selesai, jaehyun menyarankan untuk seokyung agar terus melatih tangannya, jika seokyung sering berlatih ada kemungkinan dalam waktu dekat ini dirinya akan sembuh.

"Gomawo, oppa". Seokyung mengulas senyummnya serasa jaehyun kembali memasangkan kain penyangga tangannya.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi, appa dan nana pasti sudah pulang". Kemudian seokyung bangkit dan pergi dari sana.

Jaehyun menatap kepergian seokyung dengan tatapan penuh prihatin, ia kasihan, jaehyun tahu apa masalah yang dilalui adiknya itu sekarang.

.
.
.

Seokyung saat ini sudah berada didalam halaman rumah keluarga cho, ia berjalan tertatih sembari membawa satu buah paperbag berukuran kecil, ia juga melihat mobil kyuhyun terparkir rapi dihalaman rumahnya.

Seokyung menekan bel beberapa kali sampai seseorang membukanya.

"Nuguseyo?". tanya seorang wanita cantik pada seokyung. Oh tidak, wanita itu adalah wanita yang ia lihat tadi bersama kyuhyun saat menuju kerumah sakit, seokyung mengulas senyumannya, ia tidak ingin terlihat kaku didepan wanita itu, ia harus menguatkan hatinya.

"Apa cho ahjumma ada didalam?". Tanya seokyung, tapi sebelum wanita itu menjawab, seokyung mendengar suara pria yang ia sangat kenal.

"Siapa sayang?". Tanya pria itu dan menampikkan dirinya didepan seokyung.

Oh sayang? Seokyung hanya bisa tersenyum sulking, ia melirik sedikit pada tangan kanan kyuhyun, uhh, cincin pertunangannya juga sudah tidak ada disana.

"Ahh~". Jedanya sambil tersenyum mengkasihani dirinya sendiri, "apa cho ahjumma ada dirumah? Aku hanya mampir untuk memberikan ini padanya". Jedanya lagi, "dan bisakah kau panggilkan sekarang, karena aku harus segera pulang, sudah hampir larut". Imbuhnya pada kyuhyun.

"Ah, tidak usah, ini untukmu saja". jedanya lagi sambil memberikan paper bag kecil itu pada kyuhyun, "dan terimakasih untuk semuanya, kalau begitu aku permisi, maaf sudah mengganggu malam kalian". Kemudian seokyung berbalik meninggalkan rumah kediaman keluarga cho, ia merasa ada sebuah tangan yang menahan tangan kirinya. Seokyung berhenti menapak dan membalikkan badannya.

Seokyung mengulas senyum manisnya yang biasa ia tampikkan pada orang yang sudah menahannya itu. "Wae?". Tanyanya sambil melirik kearah belakang orang itu guna melihat seseorang yang masih berada diambang pintu.

"Mianhae". Katanya dengan menampikkan air muka yang sedih.

"Gwaenchana, hati tidak bisa untuk dipertahankan jika itu karena terpaksa, dari awal aku juga sudah tidak yakin dengan ungkapan cintamu padaku", jedanya seraya menggelengkan kepalanya. "Jangan menangis, kali ini aku tidak akan menghapus air matamu, tangan yang biasa menghapus air matamu tidak bisa bergerak, jadi jangan menangis". Sambungnya. Seokyung terlihat menghela nafasnya panjang, "aku pulang, dan~ hubungan kita sampai sini saja, aku rasa kau lebih bahagia bersamanya dari pada bersamaku, aku hanya gadis sekolahan yang cacat dan tidak memiliki teman". Jedanya lagi, "kudoakan kau bahagia, dan lupakan saja semua janji yang sudah kita ucapkan sebelum hari pertunangan". Setelahnya seokyung benar-benar pergi dari sana dan kyuhyun pun tidak menahannya lagi.







To be continue✨

See you next chapter's🌸

Janjinya up tengah malam, eh baru ter up sekarang,, hhhhh maaf ya:'))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hope? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang