BAB 1

9.6K 499 1
                                    

JANGAN LUPA DI VOTE.

Kania Anastasya seorang karyawan penjaga toko roti, ia sedang membereskan roti-roti yang tidak tertata rapi karena ia harus segera menutup tokonya karena sudah larut malam. Kania bekerja sebagai penjaga toko roti milik ibu kos dimana kania tinggal saat ini.

Dengan telaten ia mengecek segala sesuatu di dalam toko, Ia menutup pintu belakang, mengecek oven dan mengecek persediaan bahan untuk membuat roti esok hari.
Lalu ia dengan segera mengunci toko roti dengan benar.

Kania hidup sendirian di kota bandung karena keluarganya semuanya ada dikampung.
Kania awalnya tidak ingin merantau namun ekonomi keluarga memaksanya untuk bekerja di kota walaupun hanya sekedar menjadi penjaga toko roti.
Setidaknya ia bisa mengirimkan uang walau tidak dengan jumlah yang banyak.

Beruntungnya bagi Kania ia tinggal di kosan pemilik toko roti dimana ia bekerja. Pemilik toko roti mengizinkan kania untuk tinggal dengan gratis karna sudah bekerja di toko rotinya.

Di toko roti ada satu karyawan lain yang juga membantu kania untuk menjalankan toko dengan baik. Namanya Nina namun hari ini ia harus pulang cepat karena mendadak ibunya di bawa kerumah sakit.
Jadi hari ini kania menjaga toko roti hingga larut malam.

Kania berjalan sendirian di malam yang semakin sunyi apalagi tiba-tiba hujan turun begitu derasnya membuat baju kania basah kuyup. Mau tidak mau Kania harus mencari tempat untuk berteduh hingga hujan sedikit reda.

"Kenapa aku sampe lupa bawa payung sih.." gumam kania sambil mengusap-usap lengannya karena kedinginan.

Hujan semakin deras dan sepertinya akan cukup lama untuk berhenti. Kania semakin bingung bagaimana dengan nasibnya yang tengah berada di pinggiran toko yang sudah tutup sendirian.

Bisa saja ia menelfon ibu kosnya untuk meminta tolong menjemputnya. Namun Kania merasa sungkan untuk menyusahkan orang yang sudah baik dengannya selama ini.

Namun tiba-tiba ada mobil yang berhenti tepat di hadapan Kania sedang berteduh.
Kania sedikit merasa aneh dengan mobil yang tiba-tiba berhenti, tidak mungkin pengendara mobil itu hendak berteduh sedangkan ia bisa langsung pulang dengan mengendarai mobilnya.

Kania merasa sedikit gelisah, ia melihat kesana kemari berharap ada orang yang bisa dimintai tolong jika pengendara itu adalah orang yang ingin berniat jahat.

Namun nihil mana ada orang yang akan berkeliaran di hujan yang cukup deras seperti ini.
Tubuh kania seketika bergetar karena takut dengan situasi seperti ini.
Tapi ia mencoba untuk mengendalikan dirinya agar tidak terlihat bahwa ia adalah wanita lemah walau sebenarnya itu adalah kenyataannya.

Perlahan pintu mobil terbuka seorang pria keluar dengan memegang payung di tangannya.
Karena keadaan semakin larut malam dan sangat gelap,kania menjadi lebih sulit untuk mengenali wajah pria itu.

"Ya ALLAH lindungi hamba.." gumam Kania sambil mengenggam erat tangannya sendiri.
Lalu tiba-tiba pria itu berjalan tepat di bawah cahaya lampu jalan dan terlihatlah wajah pria itu dengan jelas.

"Mas Lingga.." gumam Kania kaget.

Lingga Tirta Nugraha seorang pengusaha kaya raya yang juga seorang pelanggan tetap di toko roti dimana Kania bekerja.
Ia sering membeli cake dan berbagai roti untuk adiknya.
Maka dari itu kania langsung mengenali siapa pria yang datang tiba-tiba di hujan deras seperti ini.

"Kania yuk saya antar pulang.." ujar Lingga.

Awalnya Kania sedikit segan dengan Lingga, karena mereka hanya saling kenal sebatas pelanggan dan penjaga toko roti.
Namun disaat hujan yang tiada henti-hentinya seperti ini, Kania akan mengesampingkan rasa tidak enaknya demi menyelamatkan dirinya saat ini.

Kania berjalan mendekat ke arah mas lingga dan kini mereka berjalan berdampingan disatu payung yang sama. Lingga membukakan pintu untuk kania agar bisa masuk ke dalam mobil.
Lalu setelahnya ia berbalik arah menuju pintu mobilnya yang satu lagi.

"Waahhh kamu basah kuyub Kania.." ucap Lingga, ia langsung mencari-cari handuk yang ada di kursi belakang mobilnya.
Lalu ia menyodorkan handuknya kepada Kania.

"Terima kasih mas.." ujar Kania canggung.

"Iya sama-sama.. oh iya Kania.. sebelum saya mengantarkan kamu pulang.. boleh saya antarkan martabak untuk adik saya dulu dirumah? Saya takut dia sudah tidur jika saya terlambat pulang kerumah.." ujar Lingga.

Mendengar penuturan Lingga, Kania jadi merasa bersalah. Maka ia mengiyakan permintaan Lingga untuk mengantarkan martabak pesanan adiknya dahulu. Setelahnya pasti mas Lingga akan mengantarkan ia pulang ke kosannya.

"Iyaa gapapa mas.. anterin dulu aja martabak adiknya mas.." jawab Kania sambil tersenyum canggung.
Ia yang menumpang selayaknya lebih tau diri.
Kania melanjutkan membasuh rambutnya dengan handuk yang sebelumnya diberikan oleh mas Lingga.

Lingga melajukan mobilnya menuju kerumahnya. Kania hanya duduk diam tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Kania tidak punya bahan obrolan apa pun karena memang dasarnya mereka hanya sekedar kenal bukan dekat.

Mobil masuk kesebuah rumah yang cukup besar dan mewah. Kania sampai terkaget-kaget melihat rumah yang baginya luasnya sudah seperti lapangan sepak bola.

Mobil berhenti tepat di teras rumah itu, mas Lingga keluar dan tidak lupa mengambil kantong kresek yang Kania tau isinya adalah martabak pesanan adiknya mas Lingga.

Lalu tiba-tiba Lingga membuka pintu samping tepat dimana Kania duduk.
Kania sedikit heran kenapa mas Lingga membuka pintunya.

"Kania yuk masuk dulu.." ujar Lingga yang sudah membuka pintu mobilnya.

"Maaf mas saya tunggu disini aja.." ujar Kania yang menolak dengan lembut.
Namun tiba-tiba wajah mas Lingga berubah menjadi penuh amarah.

"KAMU MAU KELUAR ATAU SAYA SERET!!" Teriak Lingga.

Bak disambar petir di keadaan hujan tiba-tiba Lingga menaikkan nada suaranya terhadap Kania.
Kania yang masih duduk di dalam mobil tubuhnya langsung bergetar hebat saat mendengar suara amarahnya Lingga.

"Ada apa ini? Kenapa seperti ini?" Gumam Kania di dalam hati dengan penuh ketakutan. Ia bingung menghadapi situasi yang diluar pemikirannya seperti ini. Ia terdiam terpaku menatap wajah Lingga yang penuh dengan amarah dan rasa benci.

CINTA KANIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang