BAB 8

4.3K 326 6
                                    

Perlahan kesadaran kania sudah pulih, ia melihat ke sekelilingnya sebuah ruangan yang ia yakini adalah ruangan rumah sakit. Namun terlihat begitu mewah, mungkin kamar ini khusus untuk orang-orang yang memiliki uang berlebih.

"Bayikuuu.." gumam kania kawatir dengan keadaan bayi yang ada di perutnya.

"Tenang saja, dia baik-baik saja.." ujar lingga yang ternyata duduk di sofa ruangan sedari tadi. Kania kaget mendengar suara lingga yang juga berada di ruangan yang sama dengannya. Karena tertutup oleh tirai kania tidak menyadari bahwa lingga juga berada di ruangan itu.

Kania menghela nafas lega mendengar bahwa bayinya baik-baik saja.
Lalu ia menarik tirai yang menutupi pandangannya dan terlihatlah lingga yang sedang duduk dengan santainya di sofa.

"Sebaiknya kamu pergi dari sini.."perintah kania dengan datar.

"Kau tidak punya hak untuk mengusirku.." jawab lingga.

Tidak ingin berdebat dengan lingga kania memilih untuk membalikkan tubuhnya agar membelakangi lingga padahal ia hanya harus menarik tirai saja sudah bisa membuat lingga tidak terlihat.

"Kenapa dia harus tau aku hamil.. tanpa kehadirannya juga aku bisa merawat bayiku sendiri.." gumam kania di dalam hati.

Dari lubuk hati yang paling dalam sebenarnya kania masih merasakan takut jika bertemu dengan lingga. Apalagi dengan kehadiran lingga membuat ia mengingat kembali kejadian yang sangat kelam itu.

Tiba-tiba perut kania mual dan ia ingin muntah reflek ia berlari menuju kamar mandi dan melupakan infus yang ada di tangannya.
Membuat tangannya mengucurkan darah dari bekas jarum infus.

Lingga kaget melihat kania berlari ke arah kamar mandi. Ia melihat darah menetes di lantai, ia berfikir kania mengalami pendarahan lagi namun ia sadar saat melihat cairan infus dan jarumnya masih menggantung di tempanya.

"Dasar ceroboh!!" Gumam lingga mencemooh kania.
Lalu lingga mendengar kania muntah-muntah di dalam kamar mandi, ia berfikir kania berlari terburu-buru karena ingin biang air kecil namun ia ternyata salah.

Hueeekkk..hueeeekkkk...
Kania memuntahkan segala yang ada di perutnya.

Tuk!! Tuk!! Tuk!!
"Buka pintunya.." teriak lingga dari luar.
Namun kania tidak juga membuka pintunya.

"Kau tidak mendengarku? Aku bilang buka pintunya.."teriak lingga.

Kreeekkk!!
Akhirnya pintu kamar mandi terbuka, kania dengan wajah pucatnya berjalan terhuyung-huyung keluar kamar mandi.
Karena keadaan kania yang tidak baik dan saat ini ia mual akhirnya kania oleng dan pingsan. Reflek lingga langsung meraih tubuh kania agar tidak terjatuh ke lantai.

"Heiii.. bangun.. kau kenapa?" Ujar lingga memanggil-manggil kania, namun kania juga tidak bangun dengan terpaksa lingga mengendong kania ala bridal style.

"Menyusahkan" guman lingga kesal, melihat darah di tangan kania lingga langsung memanggil perawat.

Setelah kedatangan perawat lingga menjelaskan semua kejadian yang terjadi kepada perawat. Namun respon sang perawat tidak disangka-sangka oleh lingga.

Perawat memandang aneh terhadapnya ia berfikir bagaimana bisa seorang suami tidak becus menjaga istrinya yang sedang hamil.

"Sial, kenapa seolah-olah semua ini kesalahanku.." gumam lingga.

Akhirnya kania kembali sadar dan menyadari dirinya sudah berada di tempat tidur dengan infus yang sudah terpasang.

"Kau sudah sadar? Kenapa kau sangat menyusahkan sekali.. gara-gara kau.."

CINTA KANIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang